Ustad ; Sahrul Arifin
Beberapa waktu yang lalu, salah seorang teman menghubungi. Dia menceritakan bahwa ayah dari rekan kerjanya sedang sakit dan ingin melakukan terapi ruqyah. Karena ayahnya tidak bisa jauh dari tempat tidur, maka dia meminta kesediaan untuk berkunjung ke rumahnya. Insya Allah, mudah-mudahan Allah memudahkan.
Setelah menempuh satu jam perjalanan, dan tiga kali tanya orang, akhirnya sampai juga ditujuan. Ditengah percakapan, sang ayah yang semula berbaring diruang tengah ingin dipapah ke depan. Lumayan kaget ketika melihat kondisi ayahnya yang tengah sakit. Usianya sekitar 45 tahun dengan wajah layu pucat, badan yang kurus kering, dan pandangan yang tidak seperti biasa, melotot bukan karena marah tapi...., entahlah saya juga kurang tahu apa masalahnya.
Dari diagnosa, infeksi lambung, sakitnya sudah lama, sering masuk ke rumah sakit tapi tidak ada hasil, sekarang pun masih obat jalan, hampir kehilangan cara, pernah juga berobat ke alternatif, minum jamu herbal, tapi tetap tidak ada perubahan dan 4 bulan terakhir keadaan bertambah parah. Keterangan ini saya dapatkan dari anak-anaknya, karena si Bapak sulit diajak komunikasi, seperti tidak nyambung.
Saya berpesan kepada keluarga untuk sabar menghadapi takdir Allah. Tugas kita adalah berdo'a dan berikhtiar semampu kita. Untuk hasilnya kita serahkan kepada Allah. Sesungguhnya keadaan sakit ditakdirkan Allah dengan 3 alasan:
- Sebagai uiian. Hal ini diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman. Dimana keadaan sakitnya merupakan kondisi dimana dia sedang menjalani proses untuk menaikkan derajatnya disisi Allah. menjadikannya lebih dekat dengan Allah.
- Sebagai peringatan. Hal ini diperuntukkan kepada seorang muslim atau mukmin yang telah lalai dalam kehidupannya. Mungkin disatu sisi dia beribadah dan disisi lain juga berbuat dosa, sehingga Allah menegurnya. Hal ini bukan berarti Allah benci kepadanya. Tapi justru dengan sakit ini, insya Allah jika dihadapi dengan ikhlas dan sabar akan menjadi penebus bagi dosa-dosanya dan mengingatkannya kembali kepada Allah. Dan ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
- Sebagai azab (hukuman). Yakni kepada orang-orang kafir, musyrik, munafik yang telah menghina dan merendahkan Allah dan Rasulnya-na'uzubillahi min zaalik- mudah-mudahan kita terhindar dari sakit seperti ini.
Sebelum memulai proses ruqyah, saya tanyakan apakah bapak ini pernah menyimpan jimat, wifiq atau semacamnya. Dan pihak keluarga dengan ikhlas menyerahkannya, sabuk yang terpasang dibadan dan jimat yang dipasang dirumah. Saya buka kedua jimat tersebut dihadapan keluarga dengan berpesan jangan menggantung diri kepada jimat, karena hal seperti tidak akan memberi manfaat dan mudharat apapun. Hanya Allah tempat kita bergantung, tempat menyembah dan meminta pertolongan. Setelah itu menghinakan dan membakarnya.
Proses ruqyah saya lakukan dua kali putaran dengan membaca ayat-ayat ruqyah standart. Tapi tidak ada nampak reaksi sama sekali. Ditengah-tengah ruqyah saya selingi dengan pesan-pesan, supaya bapak ini minta maaf kepada Allah jika mungkin selama ini banyak salah sama Allah, memperbaiki ibadah karena semuanya akan kembali kepada Allah, saya akan mati, dan kita semua akan mati. ketika kita menghadap Allah, kita tidak membawa apa-apa. Yang kita bawa adalah amal ibadah kita, tidak ada yang lain. Kemudian melanjutkan lagi bacaan. Pada waktu ruqyah putaran yang kedua saya lihat air mata keruh menetes dari matanya yang menatap kosong. Entah apa yang beliau rasakan, karena cukup sulit berkomunikasi dengan beliau.
Pada saat jeda, saya ajari anaknya untuk membuat air ruqyah, untuk diminumkan dan dimandikan. Dan langsung praktek. Setelah membacakan ayat-ayat ruqyah, saya sarankan anaknya berdoa untuk kebaikan ayahnya. Dengan khusyu sang anak berdoa hingga meneteskan air matanya. Mendengarkan suaranya membuat saya trenyuh mengaminkannya.
Tidak tahu apa yang mendorong sang anak berterus terang. Diawal dia mengatakan kalau ayahnya mengalami infeksi lambung, namun ditengah jeda dia mengatakan jika sebenarnya ayahnya terinfekdi HIV. (DEG...). Menurutya hal ini karena kebiasaannya dimasa mudanya. -sampai disini dia tidak melanjutkan-. Ayahnya sangat sulit untuk diajak shalat. Sebagai anak dia mengharapkan yang terbaik untuk ayah mereka.
Alhamdulillah, sang ayah pada waktu itu bisa menjalankan shalat maghrib, meskipun dalam kondisi terbaring. Saya berpesan kepada beliau mulai sekarang dan seterusnya untuk istiqamah menjalankan shalat. Dan saya harapkan semua keluarganya bisa mengingtkan dan membantu beliau untuk menjalankan shalat.
Menjelang waktu isya', saya pamit pulang seraya mendoakan yang terbaik untuk keluarga ini.
ust. Arif Rahman Hakim Hakim, ust. Muhammad Faizar , ust. Indra Zulfi dan ust.
Subur Diaul Haq, semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik untuk beliau-beliau.
Beberapa waktu berselang, anaknya mengirimkan sms :
Assalamualaikum,Alhamdulillah innalillahi wa inna ilai rojiun telah berpulang krahmatullah bpk.****** pada hari senin jam 14.30, thanks y pak ats bant uany u/ menuntun bpk menuju kjln Allah
Alaikumsalam. innalillahi wa inna ilai roji'in. Allah telah mengatur jalan yang trbaik untuk hamba2NYA. smoga kluarga ikhlas dan sabar dengan apa yang telah ditakdirkn Allah.
Betapa Allah Maha Besar. Rencanya sungguh sempurna. Merinding rasanya ketika berusaha menangkap rancana Allah dibailk semua ini.
Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah melibatkan dalam kisah mengharukan. Taubat diakhir penghujung kehidupan.
Semoga Allah menebus kesalahan dengan derita sakit yang dirasakan, semoga Allah menerima taubatnya, semoga Allah menerima segala amal ibadahnya, semoga keluarga yang ditinggalkan ikhlas dan sabar menghadapi apa yang telah ditakdirkanNya. amin.