Ustad ;
Agus Abdulloh
Oknum Peruqyah Mengajarkan Syirik
“Syaikh Mishary, saya minta tolong dibantu dibacakan ayat-ayat untuk Ruqyah (kemudian MP3 dinyalakan)”
Sangat disayangkan ada seorang oknum Peruqyah yang mengajarkan ruqyah kepada jamaahnya dengan meminta tolong kepada “MP3 Syaikh”. Sebelum MP3 itu dinyalakan, “permisi” dulu dengan dialog kepada HP. Misalnya MP3 Syaikh Mishary, “Syaikh Mishary, saya minta tolong dibantu dibacakan ayt-ayat ruqyah ya...”, kemudian MP3 dinyalakan. Dengan menjadikan MP3 itu sebagai perantara (tawasul) maka telah terjatuh pada kesyirikan.
Tawasul adalah mengambil sarana/perantara/wasilah agar do’a atau ibadahnya dapat lebih diterima dan dikabulkan. Al-wasilah menurut bahasa berarti segala hal yang dapat menyampaikan dan mendekatkan kepada sesuatu. Sedang menurut istilah syari’at, al-wasilah adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah Ta’ala, yaitu berupa amal ketaatan YANG DISYARIATKAN. (Tafsir Ibnu Katsir III/103).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diti kepadaNya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.” (Qs.Al-Maidah: 35).
Tawasul yang syirik adalah menjadikan sesuatu (orang yang sudah meninggal, keris, pusaka, kuburan, HP, dll) sebagai perantara dalam beribadah seperti berdoa kepada mereka, meminta hajat, atau memohon pertolongan kepada mereka.
Contoh:
”Ya Syaikh Abdul Qadir Jailani, mohonlah kepada Allah untuk kami”.
“Syaikh Mishary, saya minta tolong dibantu dibacakan ayat-ayat untuk Ruqyah (kemudian MP3 dinyalakan)”
Perbuatan ini merupakan syirik akbar/besar (dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam), meskipun mereka menamakannya dengan “tawasul”. Hukum syirik ini dilihat dari hakikatnya yaitu berdo’a kepada selain Allah.
Tawasul syirik seperti di atas pernah dilakukan oleh kaum musyrikin dahulu, sebagaimana Allah sebutkan dalam Al Quran (yang artinya), “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.” (QS. Az Zumar:3).
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah” (QS. Yunus:18).
Kedua ayat di atas menggambarkan kondisi kaum musyrikin di zaman Rasulullah. Mereka menyembah selain Allah sebagai perantara, mendekatkan mereka kepada Allah dan memberi syafaat bagi mereka. Mereka tidak semata-mata meminta kepada sesembahan mereka, namun sesembahan mereka hanyalah sebagai perantara dan pemberi syafaat. Kondisi ini sama persis dengan yang dilakukan kaum musyrikin zaman ini. Mereka menganggap wali yang sudah meninggal, keris, pusaka, kuburan, HP, dll dapat menjadi perantara dan pemberi syafaat bagi diri mereka.
Untuk itu, marilah sebelum kita dijadikan rujukan (dalam hal ini adalah ruqyah) kita perbanyak mengikuti kajian-kajian ilmu, hobi membaca tentang ilmu, jangan marah klo dikritik (anti kritik), kita terapkan adab-adab seorang pencari ilmu agar kita selamat dari menyampaikan ilmu yang tidak benar.