Cara Meruqyah Pezina
Zina adalah salah satu dari dosa besar. Hal ini dipahami oleh semua org termasuk oleh orang yang melakukannya.
Saat orang terjatuh dalam sebuah kesalahan, maka syaitan akan berupaya selalu mengajaknya pada keburukan tersebut secara terus menerus. Syetan memanfaatkan noda dalam jiwanya. Agar pelaku kesulitan keluar dari keburukan tersebut.
Saat pasien datang pd peruqyah ( da'i ) dengan kesadaran atas kesalahan, atau terbesit keinginan utk bertaubat, maka sesungguhnya lintasan hatinya untuk taubat adalah bentuk taufiq dari Alloh. Alloh mungkin menakdirkannya untk mendapatkan 'jalan keluar' dari nasihat nasihat yang disampaikan oleh da'i (peruqyah).
Oleh sebab itu, sambutlah kedatangannya sebagai bagian dari perjalanan hijrah dalam hidupnya. Semoga Alloh limpahkan kebaikannya melalui dakwah yang disampaikn sang da'i.
Mari kita simak sikap Nabi saat ada seseorang yang datang pada beliau, meminta ijin untuk berzina.
Yang beliau lakukan adalah nasihat, dan mendoakan (meruqyahnya). Doa ma'tsur yang dibacakan pada pasien, termasuk dalam bagian ruqyah syar'iyyah
Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!”
Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya,
“Diam kamu! Diam!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mendekatlah.”
Pemuda itu pun mendekat lalu duduk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu.
“Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai.”
Lanjut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab.
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata,
“Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina.
Hadits riwayat Ahmad, no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.
Dengan pola yang sama, cara yang Nabi lakukan semoga bisa kita aplikasikan dalam proses ruqyah.
Wallohua'lam
Ustad Muhammad Nadhif Khalyani
Nadhif - RLC