Kaidah Memukul Dalam Ruqyah
=================
● Salah satu yg boleh dilakukan dlm terapi ruqyah syar'iyyah adalah "adh-dharb" yg selalu diartikan "memukul".
● Kata "memukul" sebaiknya disederhanakan menjadi "menepuk" (dalam bahasa Indonesia). Itu pun dalam konteks tertentu. Seperti ketika Rasulullah saw memuji Mu'adz ibn Jabal sembari menepuk dadanya dan berkata "Allah telah memberi taufik kpd utusan Rasulullah dlm hal yg diridhoi oleh Rasulullah". Nah, menepuk disitu adalah terjemahan dari "dharaba". Coba bayangkan jika diterjemahkan dgn "memukul dadanya". Begitu juga ketika hal yg sama dilakukan Nabi saw kpd Utsman ibn Abil Ash.
● Sekarang lagi viral, video lama beredar di kalangan peruqyah Malaysia ttg cara meruqyah dgn pukulan yg kelihatannya cukup keras. Akhirnya, terjadilah pro kontra yg hebat dgn segala motifnya.
● Saya ingin berpendapat ttg video itu :
1⃣ • Saya berhusnuzh zhan bahwa yg dilakukan itu adalah cara lama yg memang lazim dilakukan oleh peruqyah di masa itu.
● Saya menyebutnya "mazhab lama" karna saya memang hidup di zaman itu. Bahkan kalau kita lihat di zaman itu, dalam acara ruqyah massal, selalu terjadi adegan berantam dgn pasien atau pemukulan yg cukup keras.
● Jika ditanya, jawaban peruqyahnya adalah bahwa Syaikh Ibnu Taimiyah juga melakukan tindakan keras ketika memukul orang yg kesurupan jin dgn tongkatnya sbgmana disebutkan Ibnu Qayyim.
● Tapi, begitulah zamannya karena blm banyak yg melihat dan membaca perkembangan yg terjadi dlm dunia ruqyah. Sehingga kebanyakan peruqyah, merasa asyik sendiri saat itu.
● Pada tahun 2010, saya sdh mulai merasakan adanya perubahan mazhab sehingga yg namanya pemukulan kpd pasien kesurupan sdh jarang terjadi.
2⃣ • Penyebaran video tersebut, sebaiknya dikonfirmasi kpd peruqyah yg ada di dalam video tersebut.
● Karena hal itu, menyangkut nama baik orangnya dan juga citra ruqyah syar'iyyah yg selalu dicari kelemahannya.
● Jika orang yg menyebarkan video yg sebenarnya sudah lama itu memang peruqyah yg syar'i, maka sebaiknya simpan rapat rapat aib tersebut agar tidak menjadi celah bagi pembenci ruqyah utk menguliti atau menelanjangi ruqyah yg sebenarnya tidak punya salah.
■ Nah, kedepannya sebagai peruqyah, kita mesti berhati hati melakukan tindakan "memukul" dan tindakan lain thd pasien. Apalagi kita termasuk orang yg suka merekam pasien saat diruqyah.
● Itulah salah satu sebabnya mengapa saya menolak perekaman video saat ruqyah berlangsung. Krn kadang kita silap, emosi dan sebagainya sehingga melakukan tindakan diluar prosedur tapi jejak rekam kita sudah tersimpan. Suatu saat bisa saja dijadikan sbg senjata makan tuan.
● Mari kita ingat apa yg disampaikan oleh Syaikh Abul Barro Usamah bin Yasin al Ma'aniy di dauroh-dauroh yg pernah kita ikuti. Dalam melakukan pemukulan, harus ingat tiga rambu :
١. متى تضرب ؟
1 • Kapan Engkau Harus Memukul?
٢. كيف تضرب ؟
2 • Bagaimana Caramu Memukul?
٣. اين تضرب ؟
3 • Dimana yg Boleh Engkau Pukul?
1⃣ • Bila saatnya kita boleh memukul ? Ya, itu mesti pada momen dan saat yg tepat. Memukul pasien pada saat yg tidak diperlukan, merupakan kesalahan fatal.
2⃣ • Bagaimana Cara kita memukul pasien? Ini juga sangat penting, bahkan inti persoalan intinya disini. Jgn sampai memukul dgn keras, melayangkan tinjuan dan bogeman ke wajah pasien atau tendangan ala Bruce Lee ke dada pasien dan sebagainya.
● Memukul dgn lembut atau menepuk dgn ringan, justru kadang perlu dilakukan sbg tanda keramahan dan kasih sayang peruqyah kpd pasiennya. Tentu kpd yg laki-laki, bukan perempuan.
3⃣ • Di wilayah mana dari bagian tubuh yg boleh dipukul, perlu diperhatikan juga dgn baik. Daerah belakang, kaki dan lengan, merupakan wilayah yg cukup bersahabat tanpa menimbulkan efek buruk thd pasien. Daerah dada juga boleh dgn tepukan ringan dan lembut selama tidak dilakukan kpd perempuan.
● Itulah yg mesti diperhatikan dlm melakukan pukulan atau tepukan saat proses ruqyah, jika memang diperlukan.
● Wallahu a'lam
=======
Medan, 06 Agustus 2019
Musdar Bustamam Tambusai
(Founder MATAIR Internasional)