Bismillahirrahmanirrahim
Seorang peruqyah akan selalu berhadapan dengan masalah2 yg pelik dan irrasonal. Karena secara tak terelakan, ia akan berhadapan dengan sebuah alam yg berbeda, yakni sebuah alam jin yg memiliki thabi'at lain. Dalam kontek ini, manusia termasuk peruqyah, sungguh telanjang di hadapan makhluq jin, sehingga kemungkinan utk tertipu sangat terbuka lebar.
Hal tsb mudah difahami, karena sesuai debgan Firman-Nya, bahwa makhkuq jin dan pengikutnya tsb memiliki keunggulan yg tak dimiliki oleh kita sebagai manusia. Dalam artian, mereka ( syetan jin ) mampu melihat kita, sementara kita tak mampu melihat mereka.
" Sesungguhnya dia ( Jin ) dan pengikut2 nya dapat melihat kalian dari suatu tempat yg kalian tak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami tlh menjadikan syetan2 itu pemimpin2 bagi orang2 yg tidak beriman." (QS. Al-A'raf; 27 )
Selain dari itu, seorang peruqyahpun mungkin akan berhadapan dengan berbagai jenis jin. Rosulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda; " Allah telah menciptakan jin dalam 3 jenis yaitu,(i) jenis ular, kalajengking, dan serangga tanah, (ii)jenis seperti angin pada udara, dan (iii) jenis atas mereka hisab dan siksaan ( HR.at-Tirmidzi)
Menghadapi makhkuq jin tsb bukan tanpa resiko. Ada kasus seorang Ustad yg meruqyah muridnya. Setelah ruqyah di hentikan, tiba2 Sang Ustad yg malah kena gangguan, hingga ia hrs menginap di rumah sakit jiwa, na'udzubillahi mibdzalik.
Selain itu, resiko gangguan serangan pun bisa terjadi pada keluarga peruqyah. Dan ini sempat terjadi pada keluargaku dan juga aku. Serangan jin yg menyerangku beberapa kali, itu biasa terjadi tiap saat aku akan memasuki alam tidur. Tapi dg ketenangan dan perlindungan kpd Allah Ta'ala, Jin2 penyerang tsb alhamdulillah selalu gagal.
Dengan demikian, karena peruqyah itu telah memposisikan diri sbg " petarung" utk menghadapi alam misterius yg penuh dg berbagai tipu daya, maka seorang peruqyah, disamping perlu pengalaman, juga jangan menutup telinga dan mata utk menerima saran dan nasihat dari orang lain, sekalipun saran tsb mungkin terkesan sentimen menurut ego kita. Dan perlu saya tegaskan, jika kita membiarkan ego menutup telinga dan mata kita, itu sama hal nya dg membuka akses syetan utk memasuki diri kita. Sungguh hal itu tak layak bagi peruqyah Syar'iyyah.
Kita bisa menyimak indahnya nasihat dari Ust. Muhammad Faizar, Ust.Perdana Akhmad II, atau dari siapapun yg peduli dg kita. Selain itu, kitapun harus banyak membeli buku2 ruqyah Syar'iyyah, yg alhamdulillah kini telah banyak dijual oleh sebagian Peruqyah spt Ust.Subur Diaul Haq, ust. Nailah Bahdar, atau peruqyah yg lainnya. Lewat buku2 yg syar'i, maka kita akan dpt tambahan ilmu, yg insya Allah ilmu2 tsb akan menjadi 'imadul imad( tiangnya penegak iman).
Kuatnya keimanan seorang peruqyah mrpkn suatu keharusan. Itu tak lain, krn peruqyah akan menghadapi berbagai kelompok kekuatan jin yg bertingkat tingkat. Sedangkan tak ada senjata yg paling bisa diandalkan selain keimanan dan ketakwaan. Dalam Firman-Nya dijelaskan; " Sesungguhnya thd hamba hamba -Ku , maka kamu ( wahai para syetan ) takan berdaya utk memperdayainya. "(QS.al-Hijr:42)
Aku sendiri, atau mungkin yg lainnya, tentu pernah melakukan kesalahan teknik, namun aku selalu siap utk ruju ilalhaq. Krn menurutku bahwa hidup ini merupakan suatu proses, yg sejatinya hrs menjadi proses menuju ke arah titik yg lebih mendekati titik ideal. Ini penting, karena apa yg akan selalu dihadapi oleh peruqyah itu adalah sang Iblis pakarnya tipu daya.
Demikian, semoga bisa menjadi tulisan yg bermanfa'at. Akhirulkata, barokallahufikum, wassalamu'alaikum