Keberadaan Jin dan Syetan Menurut al-Qur’an
Keberadaan Jin dan Syetan Menurut al-Qur’an
Dari zaman dahulu sampai sekarang, dari dunia barat sampai ke timur, hampir semua lapisan budaya manusia menyatakan adanya sosok jin. Bahkan dalam film sering dimunculkan karakter jin yang berdampingan dengan manusia.
Selain itu, berbagai macan gangguan kasat mata dan tidak masuk akal pun juga disebabkan oleh jin. Lalu siapakah sosok jin ini sebenarnya?
Firman Alloh SWT dalam al-Qur’an menyatakan bahwa sosok jin ini memang ada. Hal ini dinyatakan dalam surat al-Jin. Pada surat tersebut dijelaskan tentang jin.
Jin sebagai makhluk halus telah mendengar pembacaan al-Qur’an dan mereka mengikuti ajaran al-Qur’an tersebut. Jin ada yang mukmin, ada pula yang kafir. Alloh SWT memberi janji kepada jin dan kepada manusia untuk melimpahkan rizkinya kalau mereka mengikuti jalan yang lurus sesuai perintah Alloh.
Secara bahasa dan etimologi, kata jin berasal dari kata janna yang berarti bersembunyi atau tidak terlihat oleh panca indera kita. Dalam surat al-A’raf ayat 27, Alloh menerangkan:
Artinya: “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27) Penjelasan mengenai jin diterangkan dalam al-Qur’an di beberapa surat. Dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 27 dijelaskan:
Artinya: “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr: 27) Dan dalam surat ar-Rahman ayat 15 menerangkan:
Artinya: “dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar-Rahman: 15)
Tidak berbeda dengan manusia, jin juga memiliki keluarga dan keturunan. Jin juga ditugaskan oleh sang pencipta, Alloh SWT, untuk beriman dan menyembah kepada-Nya. Oleh karena itu, bangsa jin ada yang muslim dan ada pula jin yang kafir yang tidak patuh akan perintah Alloh SWT.
Dalam al-Qur’an, Alloh senantiasa memberi peringatan kepada umat manusia agar hanya menyembah kepada Alloh dan tidak mengikuti perintah jin dan syetan yang kafir. Perintah beriman dan beribadah kepada Alloh tidak hanya diperuntukkan bagi umat manusia, namun juga kepada bangsa jin, sebagai mana dalam surat adz-Dzariat ayat 56:
Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56) Ketundukan jin kepada Alloh dan rasulnya diabadikan dalam surat al-Jin:
Artinya:
”Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang mena'jubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,” (QS. Al-Jin: 1-2)
Turunnya ayat ini berkaitan dengan peristiwa saat Rasulullah SAW sedang melaksanakan sholat shubuh berjamaah dengan para sahabatnya di Lembah Nakhl, kemudian rasul membaca Surat ar-Rahman, di antaranya berbunyi, Artinya:
”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?".
Segerombolan jin yaitu jin Nasibin dari negeri Yaman yang menurut riwayat ada tujuh atau sembilan jin sedang mengadakan perjalanan ke Tihamah, berhenti karena takjub lalu mendengarkan bacaan Rasulullah itu. Setelah mendengar surat ar-Rahman inilah bangsa Jin tersebut menyatakan berbai’at kepada Rasulullah. Seperti yang diabadikan dalam Surat al-Ahqaf ayat 29: Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS. Al-Ahqaaf: 29) Peristiwa itu terjadi di sebuah mesjid yang berada di kampung Ma’la, tak jauh dari pekuburan kaum muslim di kota Mekah.
Mesjid ini menjadi monument terpenting dialog antara Rasulullah dengan Jin. Menurut sebagian ulama, tidak ada jin yang diutus menjadi Nabi dan Rasul. Oleh karena itu, nabi dan rasul hanya berasal dari golongan manusia dan berkewajiban menyampaikan dakwahnya tidak hanya kepada bangsa manusia, tetapi juga kepada bangsa jin.
Bangsa jin bisa di perintah oleh manusia seperti yang terjadi pada zaman Nabi Sulaiman As.
Bangsa Jin tunduk kepada Nabi Sulaiman dan melakukan apa saja yang diperintahkannya, seperti membuat gedung-gedung yang tinggi, membuat piring-piring yang besar seperti kolam, juga memindahkan istana Ratu Bilqis dalam sekejap ke Istana Nabi Sulaiman seperti dikisahkan dalam al-Qur’an. Anugerah menguasai jin ini juga dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Namun ada juga manusia yang sengaja memperalat jin untuk tujuan kejahatan seperti membunuh atau mengguna-guna. Inilah perbuatan syirik yang sebenarnya merupakan tipuan dari syetan.
Lalu siapakah syetan itu? Kata syetan berasal dari kata “syaithona” yang berarti jauh dari kebenaran. Dalam al-Qur’an Alloh SWT berfirman:
Artinya:
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." (QS. al-An’am: 112)
Dari beberapa penafsiran ahli sunnah wal jamaah, kata syetan dalam arti surat ini bisa dikatakan menjadi sifat yang mengganggu dan menjerumuskan seorang muslim ke dalam lubang dosa. Menurut tafsir Ibnu Jarir, yang disebut syetan ini adalah golongan manusia dan jin yang mendurhakai Alloh SWT.
Tafsiran lain dari Ibnu Katsir menyatakan bahwa syetan adalah segala tabiat buruk yang keluar dari jenis manusia dan jin. Bila melihat dari kesimpulan para ulama besar bisa dikatakan bahwa syetan itu adalah segala sesuatu yang menjerumuskan kita ke dalam kekufuran yang berupa manusia dan jin yang menghasut seorang muslim untuk meninggalkan akidahnya.
Syetan merupakan makhluk Alloh yang diturunkan kepada para pendusta dan pada orang-orang yang sesat.
Alloh memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tidak mengikuti langkah-langkah syetan yang keji dan munkar. Dalam Surat Fathir ayat 6 Alloh berfirman:
Artinya:
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS. Faathir: 6).
Syetan adalah musuh manusia yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Syetan bisa berasal dari golongan jin atau manusia. Inilah rahasia yang diajarkan oleh Rasulullah untuk mengalahkan kekuatan syetan. Syetan akan mudah menggoda tatkala kita lupa dan lalai mengingat Alloh. Dalam keadaan apapun, pada saat makan, tidur, berpakaian, maupun aktifitas lainnya.
Rasulullah bersabda, apabila salah satu dari kalian memasuki rumahnya dan menyebut nama Alloh ketika masuk dan saat makan, maka syetan akan berkata kepada sobat-sobatnya “kita tidak punya tempat tidur dan tidak bisa makan malam ini”. Sedangkan apabila ia masuk dan tidak menyebut nama Alloh ketika masuk, maka syetan berkata, “malam ini kita punya tempat tidur”. Dan apabila tidak menyebut nama Alloh ketika makan, syetan berkata, “kita bisa makan malam ini”.
Dalam sbuah riwayat lain, Iblis pernah diperintah Alloh untuk menghadap Rasulullah dan membuka sejumlah rahasia penting untuk menggoda umat manusia. Inilah beberapa rahasia Iblis.
Iblis berkata pada Rasulullah: “Jika seorang muslim pergi buang air besar serta tidak membaca do’a pelindung syetan maka aku gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari”. Iblis pun kembali berkata: “Jika umatmu hendak bersetubuh dengan istrinya, lalu membaca do’a perlindungan syetan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dulu dengan istrinya, dan bercampurlah benihku dengan benihnya. Jika menjadi anak, maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat dan malas kepada kebaikan.
Ini semua karena kealfaan ibu bapaknya sendiri.” Inilah godaan syetan yang tak akan pernah berhenti hingga umat manusia terjerumus dalam kesesatan. Hanya orang yang beriman dan berdzikir kepada Alloh yang bisa tahan terhadap godaan syetan.