ASAL MULA TERJADINYA PERTEMUAN
Pada malam
selasa tanggal 9 Maret 1970, salah seorang santri dari Pesantren Sumenep Sdr.
Marzuki mengadakan sekadar selamatan Tahun Baru Islam (1 Muharram tahun
Hijriah) yang dihadiri oleh beberapa santri lainnya. Beberapa saat kemudian
datang dua orang saudara bernama Markam dan Antonius Widuri (keduanya adalah
tim akuntan) yang oleh kantornya Di Jakarta ditugaskan di PN. Garam Kalianget.
Saudara Markan berasal dari Padang beragama Islam dan Saudara antonius Widuri
berasal dari Jogjakarta beragama Kristen sejak kecil dan memang dari keluarga
Kristen Katolik Roma.
Kedatangan
saudara Markam dan Antonius Widuri pada selamatan tersebut ingin menemui Kyai
Bahaudin Mudhari yang memang sudah dikenal sebelumnya. Oleh kawan-kawan,
terutama oleh saudara Marzuki selaku tuan rumah, kedatangan dua saudara ini
disambut dengan ramah tamah dan rasa gembira.
Kemudian
saudara Markam menerangkan kedatangannya dari Kalianget ke Sumenep menyertai
saudara Antonius Widuri, sengaja untuk menemui Kyai Bahaudin Mudhari, berhubung
dengan keinginannya yang sudah lama terkandung untuk membandingkan tentang
masalah Ketuhanan dalam agama Kristen dan Islam. Juga soal yang berhubungan
dengan i’tikat, kepercayaan diantara kedua agama tersebut
Menurut
saudara Markam, karena bapak Kyai sedang tidak berada di sini, kalau bisa di
lain waktu saja untuk menemui beliau. Akan tetapi sekiranya bapak Kyai dan Tuan
Rumah serta saudara-saudara disini tidak berkeberatan, minta supaya
diperkenankan untuk menguraikan isi hatinya agar saudara-saudara tidak salah
paham, karena hal tsb, hanya dari hai-kehati saja, yakni soal keyakinan pribadi
semata-mata.
Kawan-kawan
tidak berkeberatan asalkan berkisar soal agama saja, dan tidak ada kata-kata
singgungan terhadap siapapun. jadi hanya merupakan soal jawab antara pribadi
dengan pribadi saja.
Bapak Kyai
Bahaudin menerangkan, sekiranya soal jawab antar pribadi ini tidak selesai
malam ini juga, apakah akan dilanjutkan pada malam yang lain. Oleh saudara
Markam dan Antonius dijawab bahwa yang penting adalah kepuasan, walaupun
memerlukan waktu lama baik siang maupun malam. Kalau begitu menurut Kyai
Bahaudin Mudhary, kita dapat menamakan pertemuan ini adalah pertemuan pertama.
Dengan catatan pertemuan pribadi semata bukan pertemuan dengan undangan.
Perlu
diterangkan dalam soal jawab ini nama-namanya disingkatkan. Huruf: “BM” untuk
bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan huruf “AW” untuk Antonius Widuri atau Sdr.
Markam, karena saudara Markam sering ikut menjelaskan keterangan saudara
Antonius.
MALAM PERTAMA
SEMBILAN MALAM
MENCARI TUHAN
Kaitkata:Al-quran, bible, Islam, protestan
‘PERSETUJUAN
BERSAMA’
BM : Sebelum
diadakan pertemuan, saya pandang perlu menentukan sesuatu yang dirasa penting
yang patut kita atur terlebih dahulu.
AW : Hal itu
kita serahkan saja kepada bapak Kyai bagaimana baiknya pertemuan kita ini.
BM : Apakah
tidak sebaiknya pertemuan kita ini dicatat saja dan bila perlu kita gunakan
tape recorder untuk dijadikan kenang-kenangan.
AW :
Baiklah, kita setuju pendapat bapak Kyai.
BM : Kalau
begitu saya akan minta bantuan kepada seorang saudara untuk mencatat
pembicaraan kita masing-masing. Dan apakah saudara tidak keberatan hasil
pembicaraan kita nanti sekiranya panjang perlu untuk diketahui umum juga,
sebaiknya kita jadikan buku (dibukukan).
AW : Buat
saya tidak keberatan asal membawa manfaat untuk umum.
BM : Jadi
saudara setuju.
AW : Ya
sangat setuju.
BM : Terima
kasih, sekarang saya ingin menanyakan maksud saudara menemui saya. Dan tadi
saudara menyebut tentang agama Kristen dan Islam.
AW : Begini
Pak Kyai, secara terus terang dengan hati ikhlas saya sampaikan bahwa saya
adalah seorang yang beragama Kristen Katolik. Seringkali juga saya membaca
buku-buku agama Islam, dan majalah-majalah Islam, terutama majalah Kiblat yang
terbit di Jakarta. Dengan membaca buku-buku dan majalah-majalah tsb, lalu
timbul keinginan saya untuk mempelajari dan meneliti agama Islam. Akan tetapi
keinginan itu selalu saya sembunyikan saja.
BM :
Dimanakah saudara mendapat buku-buku Islam dan majalah Kiblat?
AW : Secara
tidak sengaja, saya sering menemukan di meja kawan. Mula-mula saya tidak
menghiraukan, karena buku dan majalah tersebut berlainan dengan keyakinan saya.
Pada suatu malam saya tidak bisa tidur, padahal saya ingin istirahat, lalu saya
mondar-mandir di kamar tidur, keluar masuk kamar, lalu saya lihat majalah
Kiblat di atas meja, mungkin kepunyaan kawan yang ketinggalan waktu bertamu
ketempat saya. Secara tidak sengaja saya ambil majalah tsb, tanpa kesadaran
saya bawa ketempat tidur, lalu saya buka-buka lembaran, mungkin ada bacaan atau
cerita-cerita yang dapat mendorong saya tidur. Kemudian pada suatu halaman,
saya menjadi terkejut melihat suatu artikel tentang “Kristen,” tanpa pikir saya
membacanya. Mula-mula hati saya selaku seorang Kristen merasa tersinggung, akan
tetapi seolah-olah ada daya tarik yang memerintahkan saya supaya terus
membacanya pada saat itulah secara tiba-tiba muncul dorongan hati saya untuk
berpikir dan meneliti kebenaran keyakinan saya. Entah karena apa saya lantas
ingin membaca buku-buku Islam dan majalah-majalah islam. Malah seringkali saya
cari-cari pinjaman majalah Kiblat pada kawan-kawan yang berlangganan. Makin
lama, bertambah timbul dorongan hati saya untuk meneliti ajaran Islam dan
Kristen, dan ingin membandingkan tentang ketuhanan antara dua agama tersebut
Secara diam-diam saya terus membaca-baca buku Islam disamping membaca kitab
Injil yang menjadi keharusan saya selaku pemeluk agama Kristen.
BM : Apakah
saudara telah mempelajari Kitab Injil cukup mendalam?
AW : Menurut
perasaan saya, Kitab Injil itu telah saya pelajari dan saya anggap cukup
mendalam. Ini hanya menurut ukuran kemampuan yang ada pada saya saja. Entah
dalam penilaian orang lain.
BM :
Kemudian bagaimana kelanjutan keinginan saudara?
AW : Setelah
saya meneliti buku-buku Islam dan Kristen yang saya temui maka dorongan hati
saya untuk melepaskan keinginan saya tak dapat saya tahan. Lalu saya mulai
tanya-tanya tentang agama Islam pada beberapa orang yang saya temui, tetapi
keterangannya itu belum ada yang memuaskan hati saya.
BM : Kepada
siapa saja saudara bertanya tentang ajaran Islam?
AW : Kepada
siapa saja yang saya temui, disamping pembicaraan lain. Jadi saya
bertanya-tanya merupakan selingan-selingan dari pada yang menjadi pokok
pembicaraan. Jadi tidak secara langsung.
BM : Setelah
itu adakah suatu pengaruh pada saudara?
AW: Ya,
anehnya saya mulai tidak rajin lagi pergi ke gereja. Mungkin inilah
pengaruhnya.
BM: Kemudian
bagaimana?
AW: Oleh
karena saya tidak merasa puas dari orang-orang yang memberikan keterangan
tentang Islam, lalu saya bicarakan kepada saudara Markan. Oleh saudara Markan
saya diajak kerumah bapak Kyai Baha. Maka saya perlukan datang kemari diantar
oleh saudara Markan.
BM: Mungkin
saudara belum mendalam mempelajari kitab Injil. Apakah tidak sebaiknya saudara
meneliti kembali ajaran-ajaran agama Kristen sebelum diadakan pertemuan lebih
lanjut.
AW: Kalau
begitu apakah orang yang bukan pemeluk Islam tidak dibolehkan mempelajari agama
Islam?
BM: Bukan
begitu, maksud saya agama Islam itu bersikap toleransi terhadap semua agama dan
pemeluknya. Memang para pemeluk Islam diwajibkan berdakwah kepada siapa saja
yang mau menerimanya. Tetapi Islam melarang pemaksaan pada orang lain untuk
memeluk agama Islam.
AW: Akan
tetapi, saya pun memeluk agama Kristen bukan karena ikut-ikutan. Pendirian saya
setiap orang bebas memilih agama menurut keyakinanya dan berpindah agama
menurut keyakinannya pula, yang tentu sebelumnya didahului oleh penelitian dan
pertimbangan-pertimbangan yang mendalam sesuai dengan kemampuannya, baik dengan
perantaraan buku-buku, Kitab-kitab, maupun soal jawab (diskusi) atau lainnya.
BM: Betul
akan tetapi asalkan dengan cara yang wajar sehingga tidak menimbulkan salah
penafsiran antara pemeluk suatu agama dan penganut agama yang lain.
AW: Itulah
yang saya maksudkan agar kedatangan saya kepada bapak Kyai tidak sampai timbul
sangka-sangka dan dugaan-dugaan yang tidak wajar melainkan dengan tujuan
mencari kebenaran dalam memeluk suatu agama diatas dasar penelitian dari segi
rasio maupun ilmu jiwa, dari segi ilmiah, sehingga menimbulkan keyakinan yang
kokoh dalam jiwa saya. Keyakinan yang teguh dan kokoh tentunya tidak mungkin
menjadi ikut-ikutan.
BM: Memang
seharusnya demikian.
AW: Ada saya
jumpai, penganut suatu agama disebabkan karena keturunan karena ayah dan ibunya
menganut suatu agama, karena pengaruh pergaulan, lingkungan, pengaruh keadaan
atau bisa jadi maksud untuk berlindung atau lainnya. Oleh karenanya saya berani
bersumpah bahwa saya tidak termasuk pada orang-orang yang saya sebutkan diatas.
BM: Saya
hargai pendirian saudara.
AW: Oleh
karena itulah saya menemui bapak Kyai untuk menguraikan isi hati saya yang
telah lama saya kandung. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya bapak Kyai
memberikan waktu kepada saya. Terserah menurut kesempatan bapak Kyai, karena
sekarang sudah tengah malam. Akan tetapi sebisa-bisanya secepat mungkin.
BM: Baik,
besok malam saja saudara datang lagi, dengan catatan tidak usah memberitahukan
dulu pada orang lain. Saya usahakan tempatnya.
AW: Akan
tetapi bagaimanakah kalau ada orang yang datang ingin mendengarkan saja.
BM: Pokoknya
pertemuan kita usahakan supaya tidak sampai diketahui orang lain, tetapi kalau
dipandang perlu saya kira boleh saja, daripada hasil pertemuan kita
beritahukan. Sekiranya besok malam ada orang datang hanya ingin mendengarkan,
hal itu terserah kepada mereka sendiri, pokoknya kita tidak mengundang mereka
dan mereka tidak mengganggu ketertiban dan kelancaran dalam pertemuan kita.
AW: Baiklah,
semoga pertemuan kita dapat diatur antara pribadi dengan pribadi bukan untuk
umum.
BM: Memang
demikianlah rencana saya dan supaya saudara-saudara yang ada disini tahu.
AW: Saya
setuju pendapat bapak Kyai.
BM: Adakah
saudara mempunyai kitab Injil.
AW: Ya, saya
mempunyai kitab: Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan yang berbahasa Inggris
“The Holy Bible” dan ada juga kitab bahasa Belanda “Bijbellezingen voor het
Huisgezin” dan ada juga “Alkitab” terbitan tahun 1968 dan yang terbitan tahun
1970 dan kitab “Zabur.”
BM: Saya
harap kitab-kitab yang saudara sebutkan itu dibawa semuanya besok malam.
AW: Ya saya
akan bawa semuanya. Apakah bapak Kyai juga mempunyai kitab tersebut
BM: Dulu
pernah mempelajarinya, tetapi dipinjam oleh kawan yang sampai sekarang belum
dikembalikan, namun saya telah membacanya.
AW: Kalau
begitu saya akan bawa semua kitab-kitab Kristen yang ada pada saya.
BM: Harapan
saya memang demikian
MALAM KEDUA
Kaitkata:alquran, bible, Islam, kontradiksi,
kristen, Roh suci, salib, TRINITAS, yesus Allah
‘MASALAH KETUHANAN YESUS’
BM: Sejak
kapan saudara beragama Kristen?
AW: Sejak
saya dilahirkan.
BM: Apakah
saudara benar-benar mempelajari bahwa agama Kristen itu suatu agama yang paling
benar?
AW: Ya,
memang saya menyadari.
BM: Apakah
saudara berkeyakinan bahwa Kitab Injil itu suci?
AW: Ya, saya
yakin sekali.
BM: Dari
siapakah pengertian saudara bahwa Bibel itu dari Tuhan Yang Maha Suci?
AW: Guru
saya menerangkan bahwa Bibel adalah Kitab Suci berisi pengajaran Tuhan Yesus,
yang dicatat oleh Rasul-Rasul Matius, Lukas, Yohanes dan Rasul Markus.
BM: Apakah
yang dimaksud suci pada Bibel itu mempunyai arti bahwa Bibel Bersih dari pada
kesalahan-kesalahan.
AW: Betul
demikian. Tetapi kesalahan yang bagaimana yang bapak maksudkan.
BM: Misalnya: Pada suatu saat ada orang mengabarkan pada saudara si A
sakit, sedangkan orang lain memberitahukan bahwa pada saat itu si A tidak
sakit. Kedua berita itu apakah benar semuanya atau salah semuanya, atau salah
satunya yang benar?
AW: Di antara keduanya itu tentu salah satu yang benar atau keduanya
salah dan mustahil kedua-duanya benar.
BM: Satu
misal lain, si A mempunyai 3 orang anak dan orang lain mengatakan si A
mempunyai 10 anak. Apakah dua perkataan itu benar semuanya atau salah semuanya
atau salah satu yang benar?
AW: Tidak
mungkin benar semuanya, melainkan salah satunya yang benar atau salah semuanya.
BM: Kalau
saya mengatakan benar semuanya, bagaimana pendapat saudara?
AW: Itu
adalah mustahil, karena ternyata ada perselisihan diantara keduanya.
BM:
Andaikata ada suatu kitab suci, akan tetapi ayat-ayat didalamnya diantara yang
satu dengan yang lain terdapat perselisihan, apakah kitab itu akan dinamakan
Kitab suci?
AW: Tentu
bukan kitab suci, karena yang dinamakan kitab suci itu adalah ilham (wahyu)
dari Tuhan, yang mustahil terdapat kesalahan atau perselisihan.
BM: Jadi
kalau begitu bukan Kitab suci lagi?
AW: Betul,
kesuciannya telah batal.
BM: Kalau
demikian, tentu isinya tidak dapat dipercaya, kesuciannya atau kebenarannya,
karena diantara ayat-ayatnya terdapat perselisihan.
AW: Yang
jelas diantara ayat-ayatnya pasti bukan dari Tuhan, atu sudah dicampur adukkan
dengan karangan manusia, sehingga kesuciannya ternoda. Ringkasnya sudah tidak
suci lagi.
BM: Kalau
misalnya Bibel terdapat selisih antara satu ayat dengan ayat lain apakah
saudara masih berkeyakinan Bibel itu kitab suci?
AW: Saya
tidak yakin kalau Kitab Bibel tidak suci. Terkecuali kalau ada bukti-bukti
nyata yang menunjukkan ayat-ayatnya berselisih antara yang satu dengan yang
lain, yang dapat menimbulkan keraguan saya tentang kesuciannya. Menurut
penelitian bapak, apakah ayat-ayat Bibel ada yang berselisih?
BM: Ya,
banyak yang berselisih.
AW: Di
Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru.
BM:
Dua-duanya terdapat beberapa perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang
lain.
AW: Di bab
apa dan pasal serta ayat berapa?
BM: Supaya
berurutan saya atur dalam beberapa pasal: Pertama soal Ketuhanan Yesus, karena
soal ketuhanan adalah termasuk kepercayaan pokok pada tiap-tiap agama. Jadi
soal ini perlu sekali didahulukan. Sesudah itu kita berpindah kepada soal yang
lain yang berhubungan dengan soal agama Kristen yang termaktub dalam kitab
Bibel. Bagaimana pendapat saudara?
AW: Baik,
saya menyetujui pendapat bapak.
BM: Sekarang
saya ingin bertanya, apakah alasan saudara bahwa Yesus menjadi anak Tuhan?
AW: Dalam
“Matius,” pasal 3 ayat 17 menyebutkan demikian: “Maka suatu suara dari langit
mengatakan: “Inilah anakku yang kukasihi. Kepadanya aku berkenan.” Juga di
Lukas pasal 4 ayat 41, bahwa “Yesus itu anak Allah.”
BM: Kalau
begitu silahkan buka “Matius” pasal 5 ayat 9.
AW: Baik.
Dalam pasal dan ayat itu menyebutkan: “Berbahagialah segala orang yang
mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah.”
BM:
Berdasarkan ayat tersebut yang dimaksudkan ” Anak Allah” itu ialah orang yang
dihormati seperti Nabi. Kalau Yesus dianggap anak Allah, maka semua orang yang
mendamaikan manusia pun menjadi anak-anak Allah juga. Jadi bukan Yesus saja
Anak allah tetapi ada terlalu banyak.
AW: Dalam
“Yohanes” pasal 14 ayat 9 disebutkan “Siapa yang sudah tampak Aku, ia sudah
tampak Bapa,” dan di ayat 10 disebutkan: “tiadakah engkau percaya bahwa aku ini
didalam Bapa, dan Bapapun didalam Aku? Segala perkataan yang aku ini katakan
kepadamu, bukanlah Aku katakan dengan kehendak sendiri, melainkan Bapa itu yang
tinggal didalam Aku. Ia mengadakan segala perbuatan itu.”
BM: Baiklah.
Silahkan saudara periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 23.
AW: Baik. Di
pasal ini disebutkan bahwa: “Aku di dalam mereka itu, dan Engkau didalam Aku;
supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.”
BM:
Perhatikan di ayat ini ada tersusun kata “Aku di dalam mereka.” Kata “mereka”
di ayat ini ialah sahabat Yesus. Sedang yang dimaksudkan “dengan aku” ialah
Yesus. Jadi kata “AKU” beserta mereka artinya Yesus beserta sahabat-sahabatnya.
Jadi Tuhan itu beserta Yesus dan para sahabatnya. Kalau saudara percaya hal
kesatuan Yesus dengan Bapa maka saudara pun harus percaya tentang kesatuan Bapa
itu dengan semua sahabat Yesus yang berjumlah 12 orang itu. Jadi bukan Yesus
dan Roh suci saja yang menjadi satu dengan Tuhan,melainkan harus ditambah 12
orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau Tuhan persatuan bukan hanya
Tritunggal tetapi 15-tunggal. Jadi berdasarkan perselisihan ayat-ayat tsb, yang
manakah yang benar. Tiga menjadi Tunggal atau 15 menjadi Tunggal. Ayat manakah
yang akan saudara yakini, yang tiga menjadi tunggal ataukah yang 15 itu?
AW: Tunggu
dulu Pak, ini agak membingungkan saya.
BM: Tentu
akan lebih membingungkan saudara kalau saya tunjukkan ayat yang lain. silahkan
periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 3.
AW: Baik!
Disini menyebutkan: “Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal
Engkau, Allah yang Esa dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
BM: Di ayat
ini menyebutkan Tuhan adalah Esa. Dalam Kamus bahasa Indonesia oleh E. St.
Harahap, cetakan ke II disebutkan bahwa Esa itu berarti satu, pertama (tunggal)
dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Yesus Kristus adalah Pesuruh Allah
(Utusan/Rasul). Kalau demikian, manakah yang benar. Di satu ayat menyebutkan
Tuhan dengan Yesus menjadi satu di lain ayat 15 menjadi satu dan yang lain lagi
Tuhan itu Tunggal, sedangkan di ayat itu pula menyebutkan bahwa Yesus itu
pesuruh Allah bukan Tuhan. Menurut pengakuan saudara suatu Kitab suci yang
kandungan ayat-ayatnya bertentangan antara yang satu dengan yang lain tentu
sulit sekali dipercaya kesuciannya, karena yang disebut suci itu bersih dari
kekeliruan dan perselisihan.
AW: Masih
adakah ayat yang menyebutkan demikian?
BM: Ayat
yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Ayat
yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal), bukan tiga menjadi satu.
BM: Silahkan
buka di “Ulangan” pasal 4 ayat 35.
AW: Baik. Di
pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya
diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah
yang lain lagi.”
BM: Jelas di
dalam Bibel sendiri menerangkan bahwa Tuhan itu Esa, Tunggal.
AW: Tetapi
itu di dalam Kitab Perjanjian Lama. Apakah terdapat juga di Perjanjian Baru?
BM: Saudara
minta di Perjanjian Baru, baiklah. Silahkan saudara buka Markus pasal 12 ayat
29.
AW: Baik. Di
pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka jawab Yesus kepadanya. hukum yang
terutama ialah: Dengarlah olehmu hai Israel, adapun Allah Tuhan kita ialah
Tuhan yang Esa.”
BM: Periksa
lagi di Perjanjian Lama di “Ulangan” pasal 6 ayat 4.
AW: Baik, di
sini disebutkan: “Dengarlah olehmu hai Israel, sesungguhnya Hua Allah kita, Hua
itu Esa adanya.”
BM: Apakah
belum jelas bahwa Bibel sendiri yang menjadi Kitab Sucinya Orang Kristen
menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan itu tunggal, bukan tiga menjadi satu
atau satu menjadi tiga. Taruh kata di Bibel ada ayat yang menyebutkan Tuhan itu
tiga menjadi satu, saya ingin bertanya yang manakah di antara kedua ayat itu
yang benar, yang Tunggalkah atau yang tiga menjadi Tunggal. Jadi salah satu
dari dua ayat tersebut pasti ada yang benar, karena sudah jelas dua ayat itu
tidak sama. Kalau salah satu atau dua-duanya salah, maka kandungan Kitab suci
itu ada yang salah; jadi bukan Kitab suci namanya.
AW: Betul,
salah satu pasti salah atau kedua-duanya salah.
BM: Kalau
demikian apakah dapat diyakini kebenarannya sebagai kitab suci, kalau kitab suci
itu mengandung kesalahan atau tidak benar isinya.
AW: Ya, yang
disebut kitab suci itu harus bersih dari kesalahan-kesalahan kalau tidak
demikian maka batallah kesucian kitab suci itu.
BM: Menurut
kepercayaan saudara, apakah Yesus bersatu dengan Allah?
AW: Ya
demikian.
BM: Kalau
demikian tentu Yesus adalah selalu bersama Allah dan Allah selalu bersama
Yesus?
AW: Betul
demikian sebagaimana tersebut dalam “Yohanes” 10, 30 yang bunyinya sebagai
berikut: “Aku dan Bapa itu satu adanya.” Demikian juga Roh suci sebab Roh suci
itu menjadi satu dengan Yesus, sebagaimana tersebut dalam injil, ialah setelah
Yesus berumur 30 tahun turun roh suci kepadanya dan dibaptiskan oleh pembaptis
yaitu Yohanes. Jadi jelas bahwa Yesus, Roh suci, Tuhan adalah Tunggal.
BM: Kalau begitu
silahkan buka “Matius” pasal 27 ayat 46.
AW: Baik,
dipasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka sekira-kira pukul tiga itu
berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya: “Eli, Eli lama sabaktani,”
artinya “Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”
BM:
Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas bahwa Yesus tidak bersatu dengan
Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus, waktu akan disalibkan. Mestinya kalau
Tuhan menjadi satu dengan Yesus, disaat itulah saat tepat untuk menolong Yesus,
tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan Yesus sehingga Yesus sendiri
minta tolong.
AW: Tetapi
Yesus itu hidupnya memang untuk disalib guna menebus dosa manusia.
BM: Kalau
hidupnya Yesus memang untuk disalib, mengapa Yesus tidak bersedia dan menolak
untuk disalib. Buktinya ia berseru dengan suara nyaring minta tolong pada Tuhan
agar ia terlepas dari disalibkan. Dengan kata lain Yesus tidak bersedia selaku
penebus dosa.
AW: Betul,
saya lantas tidak mengerti mengapa ayat-ayat Bibel itu ada simpang siur.
BM: Dari
sebab itulah mengapa saudara menyembah Yesus selaku Tuhan yang tidak berkuasa
menyelamatkan dirinya sendiri, malah minta tolong. Pantaskah ada Tuhan
demikian. Dan saya lanjutkan pertanyaan, apakah manusia-manusia yang
menyalibkan Yesus itu dilaknat?
AW: Pasti
dilaknat.
BM: Mestinya
tidak dilaknat, malah Yesus harus berterima kasih kepada mereka yang
menyalibkan dia, bahkan mereka itu seharusnya mendapatkan ganjaran, karena
menurut keterangan saudara, kehidupan Yesus itu harus disalib untuk menebus dosa-dosa.
Jika tidak ada manusia yang bersedia menyalibkan Yesus, maka dosa-dosa manusia
tentu tidak ada yang menebusnya. Jadi manusia-manusia yang telah menyalib Yesus
itu berjasa kepada Yesus dan penganut-penganut kristen. Akan tetapi mereka yang
sudah terbukti berjasa itu malah dilaknat. Mestinya mereka itu masuk surga dan
dipuji-puji atas jasanya.
AW: Ini
memang tidak masuk akal atau sekurang-kurangnya memang sulit dimengerti; akan
tetapi Roh Tuhan bersatu dengan Yesus itu tidak mustahil. Sebagaimana banyak
manusia yang kesurupan hantu, jin malaikat atau makhluk-makhluk halus lainnya,
sehingga tindakan tindakan dan perbuatannya menurut kehendak makhluk halus
tersebut. Demikian juga ada yang kemasukan Roh suci seperti roh malaikat
sehingga tindakan-tindakan dan perbuatannya adalah suci.
BM: Kalau
demikian baiklah saya bikin pertanyaan; Manusia yang bersatu (kesurupan) jin
itu apakah dia disebut jin.
AW: Tidak!
BM: Yesus
yang bersatu (menerima) Roh Tuhan itu apakah ia disebut Tuhan?
AW: Mestinya
tidak juga.
BM:
Seharusnya begitu. Jadi jelas bahwa Yesus yang menerima Roh ketuhanan tentunya
bukan Tuhan. Manusia yang menerima wahyu Tuhan itu bukan Tuhan melainkan adalah
utusan (pesuruh) Tuhan. Sessuai dengan pengakuan Yesus sendiri sebagaimana
tersebut dalam “Yohanes’ pasal 17 ayat 3 yang berbunyi: “Supaya mereka itu
mengenal Engkau. Allah Yang Maha Esa dan Benar, dan Yesus Kristus yang telah
Engkau suruhkan itu.”
AW: Saya
lantas tambah tidak mengerti tentang Ketuhanan Yesus itu.
BM: Menurut
keterangan saudara tadi, bahwa manusia yang bersatu dengan (kesurupan) makhluk
halus seperti roh-roh, jin dan malaikat, maka tindakan dan perbuatannya pasti
menurut kehendak atau menyerupai perbuatan makhluk-makhluk halus itu?
AW: Benar
begitu.
BM: Kalau demikian maka Yesus yang saudara akui bersatu dengan Tuhan
mestinya tindakan-tindakan dan perbuatannya menyerupai perbuatan Tuhan.
AW: Mestinya
begitu.
BM: Akan
tetapi kenyataannya tidak demikian. Tuhan tidak tidur tetapi Yesus tidur, Tuhan
tidak makan tetapi Yesus makan, Tuhan tidak sakit tetapi Yesus sakit, Tuhan
tidak menyembah kepada siapapun tetapi Yesus menyembah Tuhan. Tuhan tidak mati
tetapi Yesus mati, walaupun menurut Doktrin Kristen hidup kembali tetapi ia
mati.
AW: Menurut anggapan orang Kristen salah satu yang mneyebabkan Yesus
bersatu dengan Tuhan, karena ia mengetahui yang gaib.
BM: Kalau
begitu silahkan buka “Markus” pasal 13 ayat 31, 32.
AW: Baik,
ayat itu menyebutkan: “Sesungguhnya langit dan bumi akan lenyap tetapi
perkataanku kekal. Tetapi akan harinya atau ketikanya itu tidak diketahui oleh
seorang juapun, baik segala malaikat yang di sorgapun tidak, anak itu pun
tidak, hanyalah Bapa saja.”
BM: Jelas di
Bibel sendiri tertulis, Yesus sendiri mengaku tidak ada yang tahu kapan hari
kiamat, melainkan hanya Tuhan sendiri. Jadi tegas Yesus sendiri tidak
mengetahui waktunya hari kiamat, yang termasuk suatu yang gaib. Yang tidak tahu
itu pasti bukan Tuhan.
AW: Tetapi
Yesus menyebutkan dirinya di ayat ini dengan kata: “Anak,” yang berarti ia anak
Tuhan.
BM: Silahkan
buka “Matius” pasal 1 ayat 16.
AW: Baik.
Disitu disebutkan: “dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria; ialah
yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.”
BM: Jelas
bahwa yang diperanakkan itu pasti bukan Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat
tersebut Silahkan periksa lagi “Keluaran” pasal 4 ayat 22.
AW: Baik. Di
situ disebutkan: “Maka pada masa itu hendaklah katamu kepada Fir’aun demikian:
‘Inilah firman Tuhan: Bahwa Israil itulah anakku laki-laki,yaitu anakku yang
sulung’.”
BM: Di ayat
ini disebutkan bahwa Israil adalah anak tuhan yang sulung, sedangkan Yesus
tidak disebutkan anak yang keberapa. silahkan buka lagi “Yeremia” pasal 31 ayat
9.
AW: Ayat ini
menyebutkan, “Akulah bapak bagi Israil; dan Afraim itulah anak yang sulung.”
BM: Jelas
sekali bahwa berdasarkan Bibel sendiri Anak Tuhan itu banyak,bukan Yesus saja,
padahal sebenarnya yang dimaksudkan dengan “Anak” dalam ayat itu ialah mereka
yang dikasihi oleh Tuhan, termasuk Yesus jadi bukan anak yang sebenarnya.
AW: Tetapi
dalam “Matius,” pasal 1 ayat 18, menyebutkan sebagai berikut: “Adapun kelahiran
Yesus Kristus demikian adanya: Tatkala Maria, yaitu ibunya, bertunangan dengan
Yusuf, sebelum keduanya bersetubuh, maka nyatalah Maria itu hamil dari pada roh
kudus.” Roh kudus artinya Roh Tuhan.
Oleh
karenanya maka Yesus itu adalah anak Tuhan, sebagaimana juga di “Matius” pasal
1 ayat 20 menyebutkan: “Yusuf bermimpi seorang Malaikat, Tuhan berkata: “Hai
Yusuf, anak Daud janganlah engkau kuatir menerima Maria itu menjadi istrimu
karena kandungan itu terbitnya dari pada Roh kudus.”
BM: Kalau
begitu silahkan buka: “Kisah Rasul,” pasal 6 ayat 5.
AW: Baik,
ayat itu menyebutkan: “Maka perkataan ini diperkenankan oleh sekalian orang
banyak itu, lalu memilih Stephanus, yaitu seorang yang penuh dengan iman, dan
Roh kudus, dan lagi Philippus, dan Prokhorus dan Nikanor dan Simion dan
Parmenas dan Nikolaus yaitu mualaf asalnya dari negeri Antiochia.”
BM: Jadi
berdasarkan ayat Bibel sendiri menunjukkan bahwa Roh Kudus itu bukan pada Yesus
saja. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu Roh Suci, atau Roh Kesucian yang
maksudnya roh yang bersih dari roh-roh kotor, bukan seperti roh setan atau
hantu. Sebagaimana halnya para Nabi lainnya dengan roh sucinya. Menurut
Al-Qur’an, Roh Kudus (roh suci) itu berarti “Jibril.” Di Bibel sendiri
menyebutkan bahwa para nabi yang terdahulu adalah Kudus.
AW: Di Bibel
pasal berapa menyebutkan demikian?
BM: Silahlan
periksa surat petrus yang kedua pasal 3 ayat 2.
AW: Baik.
pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu ingat perkataan yang sudah
disabdakan, dahulu oleh nabi yang kudus dan akan hukum Tuhan lagi juru Selamat,
dengan jalan rasul-rasul yang disuruhkan kepadamu.”
BM: Jelas di
Bibel sendiri menyebutkan bahwa Roh Kudus itu bukan Tuhan dengan kata lain
bahwa Yesus dalam kandungan Maria itu bukan Tuhan atau Roh Tuhan, melainkan
adalah roh bersih, suci, dengan izin atau perintah Allah yang dikaruniakan
kepada hamba yang dikehendakinya. Lebih jelas harap saudara periksa dalam
“Kisah Rasul,” pasal 5 ayat 32.
AW: Ayat tsb
menyebutkan: “Dan kami inilah saksi atas segala perkara itu,” demikian juga Roh
Kudus yang dikaruniakan Allah kepada sekalian orang yang menurut Dia.”
BM: Silahkan
periksa lagi dalam ‘Lukas’, pasal 1 ayat 41.
AW: Pasal
ini menyebutkan bahwa: “Maka berlakulah tatkala Elisabet mendengar salam Maria
itu, meloncatlah kanak-kanak yang didalam rahimnya itu dan Elisabet penuh roh
kudus.”
BM: Sudah
jelas sekali bahwa arti Roh kudus adalah Roh Suci yang dikaruniakan oleh Allah
kepada siapapun yang dikehendakinya. Kalau sekiranya Roh Kudus itu diartikan
dengan Allah atau Roh Allah maka bukan Yesus saja menjadi Tuhan atau anak
Tuhan, melainkan segala orang yang taat kepada Tuhan, para Nabi dan Elisabet
(istri Zakaria) pun mestinya Tuhan juga.
AW: Yesus
dianggap Tuhan oleh karena ia mempunyai ro Ketuhanan, terbukti dengan pangkat
Ketuhannnya sehingga ia dapat menghidupkan orang mati. Inilah kesamaan Allah
dengan Yesus.
BM: Kalau
begitu, silahkan periksa di “Kitab Raja-raja yang kedua” pasal 13 ayat 21.
AW: Baik,
disini ada menyebutkan: “Maka sekali peristiwa apabila dikuburkannya seorang
Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan lalu dicampakkannya orang mati
itu kedalam kubur Elisa, maka baru orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan
kena mayat Elisa itu, maka hiduplah orang itu pula, lalu bangun berdiri.”
BM: Disini
menyebutkan malah tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Jadi bukan
Yesus saja dapat menghidupkan orang mati bahkan tulang-tulang Elisa dapat
menghidupkan orang mati. Yang berarti tulang-tulang Elisa adalah tulang-tulang
ketuhanan. Kalau Yesus di waktu hidupnya dapat menghidupkan orang mati, akan
tetapi Elisa di waktu tak bernyawa, malah hanya dengan tulang-tulangnya, yang
di dalam kubur dapat menghidupkan orang mati. Kalau perbuatan Yesus dikatakan
ajaib maka Elisa lebih ajaib dari pada Yesus. Jadi seharusnya Ilyaspun dianggap
Tuhan juga. Periksa lagi di “Kitab Raja-Raja yang pertama,” pasal 17 ayat 22.
AW: Ya,
disini menyebutkan:
“Maka didengar akan Do’a Elisa itu, lalu
kembalilah nyata kanak-kanak itu kedalamnya sehingga hiduplah ia pula.”
BM: Kalau
secara adil, seharusnya Elisa dianggap Tuhan juga.
AW: Tetapi
Yesus dapat menyembuhkan orang buta sehingga melihat.
BM: Kalau
begitu periksa “Kitab Raja-Raja yang kedua,” pasal 6 ayat 17 dan 30.
AW: Ya di
pasal itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang buta,
sehingga dapat melihat.
BM: Kalau
begitu, Elisa pun harus diangap tuhan juga, karena menyamai Yesus dan menyamai
sifat Tuhan.
AW: Sekali
lagi Yesus dapat menyembuhkan penyakit lepra (penyakit kusta).
BM: Silahkan
periksa kitab Raja-Raja yang kedua pasal 5 ayat 10 dan 11.
AW: Baik. Di
pasal dan ayat itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan
orang sakit kusta bernama Naaman.
BM: Jadi
Elisa pun dapat menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta malah dapat
menghidupkan orang mati. Mengapa tidak diangkat juga menjadi Tuhan?
AW: Akan
tetapi pasal kejadian Yesus tanpa pencampuran laki-laki dengan istrinya. Inilah
kelebihan rohnya Yesus daripada rohnya Elisa.
BM: Asal
kejadian Nabi Adam tanpa bapak dan ibu. Mengapa Adam tidak dianggap Tuhan. Juga
Hawa asal kejadiannya tanpa ibu, iapun bisa dianggap juga Tuhan Wanita.
AW: Tetapi
Adam dan Hawa kedua-duanya berdosa.
BM: Kalau
begitu Yesuspun berdosa, karena Yesus keturunan Maria, sedang Maria keturunan
Adam dan Hawa. Yesus sendiri pernah dibawa oleh Iblis ke puncak gunung.
Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis.
AW: Dimana
cerita itu disebutkan?
BM: Di
Bibel. Silahkan saudara periksa”Lukas” pasal 4 ayat 5.
AW: Baik.
Disitu menyebutkan: “Maka Iblis pun membawa dia ke puncak gunung.”
BM: Nah,
suatu kejadian aneh, Tuhan dibawa iblis yang berarti ia tunduk kepada kemauan
iblis.
AW: Walaupun
demikian Yesus tetap suci daripada dosa.
BM: Para
Nabi lainnya pun suci dari pada dosa. Akan tetapi mereka tidak menganggap
dirinya selaku Tuhan, malah Yesus sendiripun tidak juga mengaku Tuhan,
sedangkan pengikut-pengikutnya mempertuhankan dia.
AW: Tidak
demikian, Nabi-nabi berbuat dosa tetapi Yesus tidak.
BM: Nabi-nabi
yang berbuat dosa atau kesalahan itu telah bertobat, lalu diberi ampun oleh
Tuhan, sebagaimana juga Yesus pernah minta ampun dan diberi ampun oleh Tuhan.
Mereka para Nabi diberi ampun, artinya dosanya telah habis karenanya, lalu
mereka disebut bersih dari dosa dan kesalahan-kesalahan.
AW:
Dimanakah menyebutkan bahwa Yesus merasa ia minta ampun kepada Tuhan?
BM: Silahkan
saudara periksa sendiri di “Matius” pasal 6 ayat 12.
AW: Baik, di
pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Dan ampunilah kiranya kami segala
kesalahan kami, seperti kami ini sudah mengampuni orang yang berkesalahan
kepada kami.”
BM: Jelas
Yesus sendiri meminta ampun akan kesalahannya. Jadi dia pernah berbuat
kesalahan.
AW: Tetapi
di ayat ini juga ada menyebutkan bahwa Yesus suka memberikan ampun semua
kesalahan orang kepadanya.
BM: Kalau
hanya begitu, kitapun bisa. Kitapun bersedia memberikan ampun kepada
orang-orang yang berbuat kesalahan kepada kita.
AW: Tetapi
tidak ada manusia selain Adam yang dilahirkan kedunia ini tanpa Bapak, melainkan
Yesus saja. Jadi masih dapat dibenarkan kalau Yesus disebut “Putera Tuhan” atau
“Tuhan Anak.”
BM: Kalau
misalnya ada seorang manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu, maka orang
itu pasti akan diakui oleh saudara bahwa ia lebih berhak menduduki jabatan
Tuhan daripada Yesus dilahirkan tanpa Bapak saja.
AW: Tetapi
dalam sejarah manusia belum pernah ada, dan mustahil adanya.
BM: Kalau
kiranya ada, maka yang manakah diantara keduanya yang lebih tinggi derajat
Ketuhanannya antara Yesus yang dilahirkan hanya tanpa bapak saja dengan manusia
yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu.
AW: Menurut
akal tentunya manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu itu lebih tinggi
derajat ketuhanannya. Oleh karena ia dilahirkan lebih ajaib keadaannya dari
pada kelahiran Yesus.
BM: Benarkah
demikian pendapat Saudara?
AW: Ya, saya
akui, manusia yang demikian lebih ajaib dari pada Yesus; akan tetapi saya minta
supaya Bapak tunjukkan di Kitab; dan Bapak harus mengambil dari Kitab yang
terkenal, bukan dari buku-buku dongengan atau ceritera-ceritera khayalan saja.
BM: Supaya
lekas beres urusan ini, silahkan saudara periksa di Kitab Bibel atau Injil,
Kitab Suci saudara sendiri.
AW: Di Bab
dan pasal berapakah ada menyebutkan?
BM: Silahkan
saudara periksa di “Ibrani” pasal 7 ayat 1, 2 dan 3.
AW: Baik, di
pasal dan ayat ini menyebutkan seperti berikut: “Adapun Melkisedek itu, yaitu
raja di Salem dan Imam Allah taala, yang sudah berjumpa dengan Ibrahim tatkala
Ibrahim kembali daripada menewaskan raja-raja, lalu diberkatinya Ibrahim.”
“Kepadanya
juga Ibrahim sudah memberi bahagian sepuluh Esa. Makna Melkisedek itu kalau
diterjemahkan, pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem,
yaitu raja damai.” Yang tiada berbapak dan tiada beribu dan tiada bersilsilah,
dan tiada berawal.”
BM: Cukup,
saudara telah membaca di kitab suci saudara sendiri, bahwa Melkisedek seorang
raja di Salem tanpa Bapak dan Ibu, malah tiada silsilahnya. Sesuai dengan
pendapat saudara, apakah cerita yang disebutkan dalam kitab suci saudara ini
berupa dongengan atau cerita-cerita khayalan. Kalau dikatakan dongeng atau
cerita khayalan, maka apakah saudara akan terima kalau ada yang mengatakan
bahwa kitab suci saudara ada mengandung cerita-cerita khayalan atau dongengan
yang dibuat-buat. Dan kalau saudara masih mempertahankan kesucian kitab saudara
itu mengapakah saudara tidak mengangkat Melkisedek menjabat Tuhan juga, malah
jabatan ketuhanannya tentunya lebih tinggi daripada Yesus. Dan berpegang dengan
pendirian saudara sendiri bahwa kelahiran Melkisedek itu lebih ajaib dari
Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan tanpa Bapak sedangkan Melkisedek dilahirkan
tanpa Bapak dan Ibu. Selain itu Melkisedek masih mempunyai kelebihan lagi
daripada Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan dengan bersilsilah, yaitu dari
Maria, sedangkan menurut Bibel sendiri Melkisedek dilahirkan tanpa silsilah
sama sekali. Apakah saudara masih akan mempertahankan ketuhanan Yesus?
AW: Saya
lantas tidak mengerti dan menjadi bingung!!
BM: Tidak
mengerti itu tidak apa-apa, dan bingung sebenarnya tidak apa-apa, karena kalau
sudah mengerti rasa bingung akan lenyap dengan sendirinya.
AW: Ya, saya
membenarkan keterangan Bapak. Tetapi dalam kitab Injil Johanes pasal 1 ayat 1
dan 2 menyebutkan: “Maka pada mulanya ada itu Kalam maka Kalam itu, serta
dengan Allah, dan Kalam itu Allah, dan kalau itu Allah. Ia itu pada mulanya
serta dengan Allah.” Kata “Ia” di ayat ini maksudnya ialah “Yesus.” Jadi Yesus
beserta dengan Allah.
BM: Dalam
susunan ayat tersebut di atas ada kata penghubung ialah: “Serta” atau beserta.
Kalau ada orang berkata “Si Salim dengan si Amin” maka susunan kalimat ini
semua orang dapat mengerti bahwa si Salim tetap si Salim bukan si Amin jadi
berdasarkan ayat Bibel yang Saudara baca dengan susunan “Ia” (Yesus) beserta
Allah, langsung dapat dimengerti bahwa Yesus bukan Allah, dan Allah bukan
Yesus. Jelaslah bahwa Yesus tidak sama dengan Allah: dengan kata lain kata
Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Kalam itu Allah.
Padahal Kalam itu bukan Allah dan Allah bukan Kalam. Jadi Allah dan Kalam-pun
lain.
AW:
Bagaimana kalau Yesus disebut saja Anak Tuhan.
BM: Saya
sudah jelaskan tentang itu pada saudara dalam pembicaraan kita yang lalu. Dan
saudara telah mengakui kebenaran keterangan saya. Sekarang saya tambah, Kalau
Tuhan itu beranak, baik anaknya berupa manusia seperti Yesus atau lainnya, maka
ke Esa-an Tuhan sudah ternoda karenanya. Sedang kita-pun tidak mungkin menodai
ke Esa-an Tuhan.
AW: Tetapi
dalam kitab: “Wahyu,” pasal 22 ayat 13 menyebutkan: “Maka Aku inilah Alif dan
Ya, yang terdahulu dan yang kemudian. Yang Awal dan Yang Akhir.”
BM:
Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus sendiri, melainkan firman Allah
kepada Yesus. Bukti kebenaran perkataan saya ini silahkan saudara periksa di
Kitab “Wahyu” tersebut pasal 21 ayat 6.
AW: Baik,
pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku: “Sudahlah genap; Aku
inilah Alif dan Ya, yaitu yang awal dan yang Akhir.”
BM: Jelas di
ayat itu menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku,” Siapakah yang berfirman
kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini?
AW: Tentu
Allah yang berfirman.
BM: Jadi
yang berfirman Aku inilah Alif dan Ya, yang Awal dan Yang Akhir, bukan
perkataan Yesus sendiri, tetapi firman Allah kepada Yesus.
AW: Di
Johanes pasal 8 ayat 58 Yesus berkata: “Sebelumnya Ibrahim aku sudah ada.” Jadi
bisa dianggap Yesus itu permulaan.
BM: Kalau
Yesus dikatakan “Permulaan.” maka diapun tidak benar. Karena pada mulanya Yesus
itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria dan sesudah itu Yesus mati.
Walaupun ia dikatakan hidup lagi. Dan orang sudah mati itu tidak bisa
dikatakan: “seorang yang terkemudian,” dan kalau Yesus itu hidup lagi, tidak
bisa dikatakan: “Permulaan,” bukan pula “yang terkemudian,” bukan yang “awal,”
maupun: “yang akhir.”
AW: Saya
lantas makin tidak mengerti, malah tambah membingungkan saya karena pada
mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria dan sesudah itu Yesus
mati. Yang pada mulanya tidak ada, tidak bisa disebut: “permulaan.” Kalau Yesus
diperanakkan, mustahil bisa disebut “permulaan” dan kalau Yesus pernah mati,
mustahil bisa disebut “yang terkemudian.”
BM: Supaya
lebih jelas kepada saudara maka saya hadapkan pertanyaan: Andaikata Yesus itu
disebut “permulaan,” maka apa dengan dasar inikah saudara mengakui Yesus itu
Tuhan.
AW: Ya,
betul begitu.
BM: Kalau
demikian, bagaimanakah anggapan saudara, kalau sekiranya dalam kitab suci
saudara ada menyebutkan bahwa ada seseorang manusia Yesus, yang tidak ada
permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Apakah manusia itu akan diakui Tuhan
juga oleh saudara.
AW: Di pasal
manakah menyebutkan demikian?
BM: Sebelum
saya tunjukkan, apakah saudara masih tetap berpendirian akan mengakui Tuhan
kepada seorang yang tidak ada permulaan dan kesudahannya, sebagaimana saudara
bertuhan kepada Yesus.
AW: Kalau
betul ada, tentu saya bimbang atau sekurang-kurangnya meragukan saya atas
kebenaran Yesus selaku Tuhan.
BM: Mestinya
saudara mengakui Tuhan dua-duanya, dengan lain kata disamping Yesus ada lagi
Tuhan Tambahan.
AW: Ya, bisa
juga begitu. Akan tetapi tentu saja keyakinan saya lantas tambah tidak karuan.
Di pasal manakah ada menyebutkan ada seorang manusia yang tidak ada permulaan
dan kesudahannya.
BM: Saya
telah katakan dikitab suci saudara sendiri. Silahkan buka Ibrani pasal 7 ayat 2
dan 3.
AW: Baik,
seperti tadi sudah saya bacakan sampai baris pertama ayat ketiga dari pasal
tersebut sebagai berikut: “Melkisedek yang tiada berbapa dan tiada beribu dan
tiada bersilsilah dan tiada berawal dan berkesudahan hidupnya, melainkan ia
diserupakan Anak Allah. maka kekallah ia selama-salamanya.”
BM:
Bagaimana perasaan saudara dengan susunan ayat ini. Berdasarkan ayat ini bukan
Yesus saja yang menjadi permulaan tetapi juga Melkisedek.
AW:
Keyakinan saya memang jadi bimbang terhadap Ketuhanan Yesus.
BM: Bimbang
atau tidaknya terserah saudara, yang jelas tidak ada niat sama-sekali untuk
mengajak saudara meninggalkan Agama Kristen. Yang penting adalah diskusi dan
penelitian semata-mata. Meneliti dan menganalisa terhadap sesuatu adalah hak
semua orang, asalkan penelitian itu benar-benar tidak mengganggu ketentraman
umum.
AW:
Terimakasih, dan saya masih akan bertanya lagi pada Bapak; maklumlah saya ini
sedang mencari kepuasan yang dapat menimbulkan keyakinan saya dalam memeluk
agama.
BM: Silahkan saudara bertanya, keyakinan itu timbul setelah menyelidiki
dan meneliti dengan kepuasan. Di dalam Agama Islam tidak ada paksaan. Yang
penting menyampaikan (da’wah), tidak lebih dari itu. Teruskanlah pertanyaan
saudara.
AW: Setelah kita bersoal jawab tentang Ketuhanan Yesus timbullah
keraguan dalam hati saya, namun apakah bapak masih bersedia menunjukkan
ayat-ayat Bibel yang menyatakan bahwa Yesus itu bukan Anak Tuhan.
BM: Walau
telah saya tunjukkan ayat-ayat Bibel sendiri, tentang pengakuan Yesus sendiri
bahwa Tuhan itu Tunggal, namun demi pengharapan saudara akan saya penuhi juga.
Akan tetapi apakah tidak sebaiknya kita lanjutkan besok malam saja oleh karena
waktu sudah malam (Jam 12.25).
AW: Ya,
terima kasih, besok malam saja kita lanjutkan.
MALAM KETIGA
Kaitkata:alquran, anak, Bapa, bible, Islam,
kontradiksi, kristen, Roh suci, salib, TRINITAS, yesus Allah
‘MASALAH
KETUHANAN YESUS’
BM:
Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga
musyawarah kita ini?
AW: Memang
demikian, karena kedatangan kami kemari khususnya untuk melanjutkan pertemuan
kita kemarin malam.
BM: Kalau
tidak khilaf, pembicaraan kita masih berkisar dalam soal ketuhanan Yesus dalam
Bibel.
AW: Betul
begitu. Kemarin malam saya mengharapkan agar bapak menunjukkan ayat-ayat dalam
Kitab Injil; apakah Yesus itu Tuhan atau bukan.
BM: Kemarin
malam, telah saya tunjukkan. Agar berurutan sebaiknya kita ulangi lagi
ayat-ayat Injil tersebut, lalu akan saya tunjukkan lagi ayat-ayatnya yang lain;
setujukah saudara pendapat saya ini.
AW: Memang
sebaiknya begitu, agar berurutan dan bertambah jelas baiklah diulangi lagi.
BM: Silahkan
Buka Matius pasal 1 ayat 16.
AW: Baik,
dalam pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Dan Yakub memperanakkan Yusuf,
yaitu suami Maria ialah yang melahirkan Yesus, yang disebut Kristus.”
BM: Di sini
jelas, ayat ini menyebutkan sendiri, bahwa Yesus diperanakkan oleh Maria. Jadi
Yesus adalah anak manusia, bukan anak Tuhan, sebagaimana telah saya terangkan
dalam pertemuan pertama.
AW: Ya, pada
pertemuan pertama bapak telah terangkan dan saya telah mengerti. Menurut
pendapat bapak, apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan kata: “Yesus dan
Kristus.”
BM: Apakah
saudara belum mengetahui arti daripada dua buah kata tersebut?
AW: Saya
mengerti. Tetapi hanya untuk mencocokkan saja dengan penafsiran bapak.
BM: Baik,
Yesus adalah bahasa Yunani, yang berarti: “Melepaskan,” melepaskan manusia
daripada dosa.
AW:
Darimanakah adanya keterangan bahwa Yesus itu berarti melepaskan dosa.
BM:
Sebetulnya susunan pertanyaan itu timbul dari saya. Tetapi saya mengerti
mungkin saudara akan menguji saya tentang Injil, walaupun begitu saya penuhi
juga pengharapan saudara. silahkan periksa di Matius pasal 1 ayat 21.
AW: Di pasal
dan ayat ini menyebutkan: “Maka ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan
hendaklah engkau namakan Dia, Yesus, karena ialah yang akan melepaskan kaumnya
dari pada segala dosanya.”
BM: Itulah
ayatnya, Arti Kristus ialah Almasih, Sang Sabda, Adil, Ratu Salem dan ada beberapa
lagi artinya yang lain: Kata Almasih dalam Injil bahasa Inggris disebut:
“Christ the Lord,” didalam Injil bahasa Arab disebut: “Almasih Ar-Robb.” Kata
“Lord dan Robb” artinya tuanku, paduka tuan, dan ada juga dengan arti Tuhan,
dan lain-lain lagi. Akan tetapi karena Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan
Tuhan melainkan utusanNya bagaimana tersebut dalam kitab Injil Johanes pasal 17
ayat 23, dan ia diperanakkan oleh manusia, sebagaimana tersebut dalam Injil
Matius pasal 1 ayat 16 dan 21, malah ia sendiri yang berkata dan mengakui bahwa
Tuhan itu Esa (Tunggal), sebagaimana disebutkan dalam Injil Markus, pasal 12
ayat 29 dan di ayat-ayat Injil yang lain-lain, maka berdasarkan pengakuan Yesus
itu, jelas Yesus itu bukan Tuhan dan bukan anak Tuhan.
AW: Benar yang
bapak maksudkan itu.
BM:
Selanjutnya harap periksa lagi di Markus pasal 12 ayat 29
AW: Di sini
menyebutkan: “Maka jawab Yesus kepadanya: ‘Hukum yang terutama inilah:
dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah Tuhan Kita, ialah Tuhan Yang Esa’.”
BM: Jelas
bahwa Tuhan itu Esa, artinya satu, Tunggal, jadi Yesus bukan Tuhan sebagaimana
telah saya terangkan.
AW: Ya,
sudah bapak terangkan kemarin malam.
BM: Periksa
lagi Ulangan pasal 4 ayat 35.
AW: Di sini
menyebutkan: “Maka kepadamulah Ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa
Tuhan itu Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Kitab
Injil saudara sendiri yang menyebutkan dan Yesus sendiri yang menyampaikan
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah yang Esa. Jadi tegas sekali Yesus sendiri
tidak mengaku menjadi Tuhan. Inipun telah saya terangkan pada pertemuan kita
kemarin malam.
AW: Ya, saya
sudah mengerti dan menerimanya.
BM: Periksa
lagi di Ulangan pasal 6 ayat 4.
AW: Di
Ulangan pasal dan ayat tersebut menyebutkan demikian: “Dengarlah olehmu hai
Israil! Sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya.”
BM: Jelas di
kitab Injil sendiri menyebutkan Allah itu Esa, Tunggal. Yesus telah mengakui
sendiri bahwa dia bukan Tuhan. Bagaimana pendapat saudara. Kaum Kristen
mengatakan Yesus itu tuhan, sedangkan Yesus sendiri menolak disebut dirinya
Tuhan.
AW: Ya, saya
tidak mengerti dan tambah bingung.
BM: Biarlah
tidak apa-apa. Marilah kita teruskan lagi. Periksa di Matius pasal 27 ayat 1.
AW: Baik, di
sini menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala iman dan orang
tua-tua kaumpun berundinglah atas hal Yesus, supaya dibunuh Dia.”
BM: Kalau
betul Yesus itu Tuhan, mustahil ada manusia merencanakan untuk membunuh Dia.
Silahkan buka lagi di Matius pasal 26 ayat 38.
AW: Di ayat
ini ada menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat
sangat berdukacita, hampir mati rasaku; tinggallah kamu disini dan berjagalah
sertaku.’”
BM: Di ayat
ini menyebutkan bahwa Yesus amat sangat berduka cita pantaskah ada Tuhan
berduka cita. Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan Tuhan. Periksa lagi di Lukas
pasal 2 ayat 11.
AW: Baik di
ayat ini menyebutkan: “Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat,
yaitu Kristus Tuhan itu di dalam negeri Daud.”
BM: Wajarkah
Tuhan dilahirkan oleh manusia (Maria). Terus periksa di Johanes pasal 5 ayat
30.
AW: Baik, di
sini menyebutkan: “Maka aku tidak boleh berbuat satu apa dari mauku sendiri,
Seperti aku dengar begitu aku hukumkan, dan hukumku itu adil adanya, karena
tidak aku coba turut mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus
aku.”
BM: Ayat itu
Yesus sendiri yang berkata bahwa ia tidak berkuasa berbuat sekehendaknya.
Wajarkah Tuhan tidak berkuasa berbuat sekehendaknya. Di ayat itupun Yesus
mengaku sendiri bahwa kehendaknya itu menurut kehendak Tuhan yang mengutus dia.
Kalau Yesus betul Tuhan, tentu tidak dapat diperintah oleh siapapun. Di ayat
ini juga Yesus mengaku, bahwa dia bukan Tuhan melainkan diutus oleh tuhan. Yang
diutus itu tentu bukan Tuhan.
AW: Kalau
berdasarkan ayat tersebut, memang benar keterangan Bapak.
BM: Kalau
begitu jelas bahwa:
Yesus Datang
kedunia ini bukan kemauannya sendiri tetapi utusan Tuhan atas kehendak Tuhan,
sebagaimana juga Tuhan telah mengutus Nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain.
Yesus
menghidupkan orang mati bukan maunya sendiri melainkan atas kehendak Tuhan,
sebagaimana juga Ilyas dapat menghidupkan orang mati.
Yesus dapat
menyembuhkan penyekit kusta (lepra), bukan kehendaknya sendiri, melainkan atas
kehendak Tuhan sebagaimana Ilyas dapat menyembuhkan penyakit lepra.
Keterangan
saya ini berdasarkan pengakuan Yesus sendiri di ayat tadi bahwa “Tidak aku coba
mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus Aku.”
Apakah
Saudara memerlukan lagi ayat-ayat Bibel yang menerangkan pengakuan Yesus
sendiri bahwa Ia bukan Tuhan.
AW: Buat
saya masih memerlukan lagi, bukankah telah saya sampaikan kepada Bapak, bahwa
saya ingin mencari kepuasan dalam meneliti ajaran-ajaran agama, terutama dalam
hal Ketuhanan yang hakiki. Tetapi saya ingin bertanya, dan maaf sebelumnya, bagaimanakah
bapak bisa hafal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel, dan keistimewaan bapak
ini saya merasa kagum.
BM: Itu
adalah petunjuk Tuhan. Alhamdulillah saya memang mempelajari bermacam agama,
akhirnya saya bertambah yakin akan kebenaran Agama Islam. Kalau saudara merasa
kagum kepada saya, maka sayapun lebih merasa kagum lagi kepada saudara selaku
pemeluk agama Kristen berhasrat meneliti ajaran-ajaran agamanya. Juga dengan
bantuan bapak Markam ini. Baiklah kita lanjutkan, periksa lagi di Ulangan pasal
4 ayat 39.
AW: Baik, di
pasal dan ayat ini disebutkan sebagai berikut: “Maka sekarang ketahuilah olehmu
dan perhatikanlah ini baik-baik, bahwa Tuhan itulah Allah, baik di langit yang
di atas, baik di bumi yang di bawah, dan kecuali ia tiadalah lain lagi.”
BM: Tegas
sekali, dikitab Injil sendiri yang menyebutkan bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, dan Yesus sendiri pula yang berkata bahwa tiada tuhan melainkan Allah.
Jadi Yesuspun bukan Tuhan. Ayat ini tentu tidak dapat diputar-putar lagi. Kalau
ada penganut agama Kristen mengakui Yesus itu Tuhan, maka pengakuannya
bertentangan dengan kitab sucinya sendiri, dan bertentangan pula dengan ajaran
Yesus.
AW: Tetapi
dalam Injil Johanes pasal 10 ayat 38 ada menyebutkan: “Supaya kamu dapat tahu
dan percaya, yang Bapa ada di dalam aku, dan aku ada di dalam Bapa.” Ayat ini
menunjukkan bahwa Yesus di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam Yesus, maksudnya
Tuhan dan Yesus itu satu adanya atau singkatnya bahwa Yesuspun Tuhan. Juga
dalam Johanes pasal 14 ayat 11 ada menyebutkan: “Percayalah yang aku ini dalam
Bapa, dan Bapa dalam aku.”
BM: Kalau
saudara berpegang dengan ayat tersebut, bahwa Yesus itu Tuhan, makasaudara
harus mengakui juga bahwa Tuhan itu Yesus dan Yesus itu Tuhan.
AW: Tidak
demikian, tetapi Yesus dan Tuhan itu satu.
BM: Kalau
begitu, saya ingin bertanya: “Di ayat itu ada dua rangkaian kata ialah “Yesus
dan Tuhan.” Siapakah yang lebih berkuasa di antara keduanya. Tuhan Bapakah atau
Yesus.
AW: Tentu
Tuhan Bapa.
BM: Kalau
masih ada yang lebih berkuasa dari Yesus, maka Yesus tentu bukan Tuhan, lebih
jelas periksa di Injil Johanes pasal 14 ayat 28.
AW: Baik, di
ayat ini ada menyebutkan: “Kamu sudah dengar aku bilang, yang aku pergi serta
datang kembali sama kamu. Coba kamu cinta sama aku, hati, sebab aku sudah
bilang: ‘Yang aku pergi sama Bapa, karena bapaku itu lebih dari aku.’”
BM: Di ayat
ini Yesus sendiri mengatakan: “Bapaku itu lebih dari aku,” ini menunjukkan
bahwa, kalau Yesus itu Tuhan, maka ialah tuhan yang tidak sempurna, oleh karena
masih ada yang melebihi tingkatnya. Yang tidak sempurna itu tentu bukan Tuhan.
Harap saudara periksa lagi di Injil Johanes pasal 12 ayat 45.
AW: Baik, di
pasal dan ayat tersebut menyebutkan sebagai berikut: “Dan barangsiapa yang
melihat aku, dia melihat sama Dia yang mengutus aku.”
BM:
Pantaskah tuhan diutus. Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa ada Tuhan yang diutus.
Maksud ayat tersebut siapa yang melihat Yesus, seolah-olah ia melihat Tuhan
yang mengutus Yesus. Jadi perkataan Yesus diatas menunjukkan bahwa ia bukan
Tuhan, melainkan utusan Tuhan.
AW: Saya
belum meneliti maksud ayat di Johanes pasal 10 ayat 38 dan pasal 14 ayat 11
yang menyebutkan bahwa “Bapa dalam aku dan aku dalam Bapa,” seperti yang telah
saya bacakan tadi. Akan tetapi dalam ayat ini saya berpendapat ada dua macam
penafsiran:
1. Yesus
adalah Tuhan.
2.
Berdasarkan Injil Johanes pasal 12 ayat 45 yang kita baca itu menyebutkan,
Yesus itu adalah utusan Tuhan. Utusan disini maksudnya selaku Tuhan ia
menyampaikan sendiri ajarannya kepada manusia.
BM: Ayat itu
bukan berarti mempunyai dua macam penafsiran, tetapi diantara dua ayat tersebut
yakni di Johanes pasal 10 ayat 38, dan pasal 14 ayat 11 dan Johanes pasal 12
ayat 45 itu adalah bertentangan. Di satu ayat ditafsirkan Yesus itu Tuhan, dan
di ayat lain disebutkan bahwa Yesus itu utusan Tuhan. Jadi di dalam Injil
sendiri terdapat ayat-ayatnya antara yang satu dengan yang lain bertentangan.
Kita perlu ingat kembali pada pembicaraan kita semula kalau ada kitab suci yang
isinya berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, maka apakah kitab
suci itu masih akan dipertahankan kesuciannya?
AW: Betul,
kita telah bicarakan hal itu pada pertemuan yang lalu.
BM: Andaikan
saudara masih juga mempertahankan ketuhanan Yesus dengan berdasarkan ayat Bibel
yang menyebutkan: “Yesus dalam Bapa dan Bapa dalam Yesus” sebagaimana tersebut
dalam Johanes pasal 10 ayat 38 dan pasal 14 ayat 11 itu maka saudarapun akan
dijawab oleh kitab Injil saudara sendiri, bahwa penafsiran saudara itu tidak
benar.
AW:
Dimanakah menyebutkan demikian?
BM: Silahkan
saudara periksa di Injil Johanes pasal 17 ayat 21.
AW: Di pasal
dan ayat ini menyebutkan: “Supaya semua jadi satu, ia Bapa! seperti Bapa dalam
saya dan saya dalam Bapa dan supaya dia orang jadi satu dalam kita, biar dunia
percaya Bapa sudah mengutus saya.”
BM: Jelas di
ayat ini kalau Yesus sendiri berkata bahwa Yesus dalam Bapa dan Bapa dalam
Yesus dan muridnya pun ada dalam Bapa. Kalau begitu harus saudara akui bahwa
murid-murid Yesuspun Tuhan juga.
AW: Kalau
begitu bagaimana arti yang sebenarnya ayat itu menurut Bapak.
BM: Kalimat,
“Bapa dalam saya,” dan muridnya jadi satu dengan kita (Allah dan Yesus) di ayat
tersebut maksudnya, supaya Yesus senantiasa tidak melupakan Allah (Bapa)
demikian juga muridnya tidak melupakan Yesus dan Allah (Bapa). Dan di akhir ayat
tersebut Yesus berkata “biar dunia percaya yang Bapa mengutus saya.” Rangkaian
kata-kata ini tegas sekali Yesus mengakui bahwa ia bukan anak Allah, melainkan
utusannya, dan teruskan saudara baca di Johanes pasal 17 ayat 23.
AW: Baik,
ayat tersebut menyebutkan: “Saya dalam dia orang, dan Bapa dalam saya, supaya
dunia boleh tahu yang Bapa sudah mengutus saya.”
BM: Apakah
susunan ayat tersebut belum jelas bahwa Yesus sendiri yang berkata dan mengaku
bahwa ia bukan Tuhan, melainkan utusan Tuhan. Apakah saudara masih belum puas
tentang ayat-ayat Injil yang menunjukkan bahwa Yesus bukan Tuhan, karena saya
anggap telah cukup banyak tunjukkan kepada saudara.
AW:
Sebagaimana telah saya sampaikan kepada bapak, saya ingin kepuasan. Sebetulnya
keterangan-keterangan bapak telah memuaskan saya, namun demikian kalau masih
ada ayat-ayatnya lagi harap bapak tunjukkan.
BM: Baik
saya penuhi pengharapan saudara silahkan saudara periksa di kitab Samuel yang
kedua pasal 7 ayat 22.
AW: Pasal
dan ayat tersebut menyebutkan sebagai berikut: “Maka sebab itu besarlah Engkau,
ya Tuhan Allah karena tiada yang dapat disamakan dengan dikau dan tiada Allah
melainkan Engkau sekedar yang telah kami dengar dari telinga kami.”
BM: Di ayat
ini jelas bahwa Yesus sendiri menghadapkan kata-katanya kepada Allah, bahwa
tiada yang dapat disamakan dengan Allah. Jadi Yesus sendiri mengakui bahwa
dirinya tidak sama dengan Tuhan, dengan kata lain ia bukan Tuhan dan
ditengah-tengah ayat itu Yesus sendiri berkata: “Tiada Allah melainkan engkau.”
Jadi Yesus termasuk yang lain, yakni ia bukan Tuhan Allah. Rangkaian ayat
tersebut, Yesus sendiri yang berkata bahwa, “tiada Tuhan melainkan Allah”
mengapa kaum kristen mengangkat Yesus selaku Tuhan. Silahkan periksa lagi Injil
Yahya pasal 17 ayat 8.
AW: Baik,
sebutan ayat tersebut adalah sebagai berikut: “Karena segala firman yang telah
Engkau firmankan kepadaku, itulah Aku sampaikan kepada mereka itu, dan mereka
itu sudah menerima dia, dan mengetahui dengan sesungguhnya bahwa Aku datang
dari Ada-Mu, dan lagi mereka itu percaya bahwa Engkau yang menyuruh aku.”
BM: Di ayat
ini Yesus sendiri berkata bahwa ia menerima firman dari Allah. Kalau Yesus
Tuhan, tentunya tidak membutuhkan firman dari siapapun juga. Di akhir ayat itu
juga Yesus sendiri berkata bahwa “Engkaulah yang menyuruh aku.” Jadi Yesus itu
bukan tuhan, melainkan pesuruh Tuhan, sebagaimana Nabi-nabi dan utusan-utusan
Allah yang lain-lain juga. Teruskan saudara periksa Injil Matius pasal 26 ayat
2.
AW: Baik,
disini menyebutkan: “Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari
raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.”
BM: Yang
dimaksud dengan anak manusia di ayat itu ialah Yesus sendiri. Jadi jelas Yesus
mengakui bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Lanjutkan periksa
Injil Matius pasal 5 ayat 45.
AW: Baik,
ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu yang disurga…”
BM: Cukup
sampai di situ. Di ayat ini saudara saksikan sendiri, bahwa Yesus sendiri yang
berkata kepada murid-muridnya, supaya kamu menjadi anak-anak bapamu yang di
surga; yakni apabila murid-muridnya taat atas perintah-perintah Tuhan, menurut
Yesus mereka akan jadi anak Tuhan juga. Berdasarkan ayat Bibel tersebut
tentunya anak tuhan akan menjadi banyak jumlahnya, bukan Yesus saja.
AW: Tetapi
di Injil Johanes pasal 1 ayat 34 menyebutkan: “Maka aku sudah melihat itu,
serta bersaksi yang dia inilah anak Allah.” Juga di Injil Matius pasal 3 ayat
17 menyebutkan: “Maka suatu suara dari langit mengatakan: ‘Inilah Anakku yang
kukasihi, kepadanya aku berkenan.’”
Di Injil
Lukas pasal 1 ayat 32 juga menyebutkan: “Maka ia akan menjadi besar, dan Ia
akan dikatakan anak Allah yang Maha Tinggi, maka Allah, Tuhan kita akan
mengaruniakan kepadanya takhta Daud, nenek moyangnya itu.” Di Ibrani pasal 4
ayat 14 menyebutkan: “Sedangkan ada kepada kita seorang Imam Mahabesar yang
sudah melintas segala langit, yaitu Yesus Anak Allah, maka hendaklah kita
memegang pengakuan itu.”
Dan masih
banyak lagi ayat-ayat Bibel yang menerangkan bahwa Yesus Anak Allah. Kalau
Bapak memerlukan akan saya tunjukkan ayat-ayatnya.
BM: Saya
mengerti, bahwa ayat-ayat Bibel yang menyebutkan Yesus Anak Allah sebagaimana
tersebut di:
Matius :
Pasal 3 ayat 17, pasal 4 ayat 3, pasal 14 ayat 33, pasal 26 ayat 63 dan Pasal
16 ayat 17.
Johanes :
Pasal 3 ayat 16, pasal 1 ayat 34 dan 40, pasal 17 ayat 1, pasal 19 ayat 7,
pasal 16 ayat 27 dan ayat 30, pasal 15 ayat 23 dan beberapa ayat lainnya di
Johanes.
Rum : Pasal
1 ayat 9, pasal 5 ayat 10, pasal 8 ayat 3, pasal 29 ayat 32.
Galitiah:
Pasal 1 ayat 16, pasal 4 ayat 4 dan 6.
Lukas :
Pasal 1 ayat 32 dan 35, pasal 3 ayat 22, pasal 4 ayat 3 dan 9, pasal 4 ayat 43
dan 41.
Ibrani :
Pasal 1 ayat 2,5 dan 8, pasal 3 ayat 6, pasal 4 ayat 14, pasal 5 ayat 5 dan 8.
Matius :
pasal 2 ayat 15, pasal 3 ayat 17, pasal 4 ayat 3 dan ayat 6, pasal 14 ayat 33,
pasal 26 ayat 63, pasal 16 ayat 17.
Korintus I:
Pasal 1 ayat 9. Dan masih ada beberapa ayat lain di kitab Injil yang
menyebutkan Yesus itu Anak Allah tetapi maksudnya bukan anak Allah yang
sebenarnya, karena Yesus sendiri mengaku di kitab Injil bahwa ia adalah utusan
Allah, bukan Anak Allah. Dan ia sendiri berkata: “anak manusia” bukan anak
Tuhan. Jadi jumlah ayat-ayat di kitab Injil yang menyebutkan Yesus itu anak
Allah tidak menjamin kebenarannya bahwa ia anak Allah betul-betul, sebagaimana
kita sering mendengar ucapan-ucapan “Anak Kapal,” “Anak Sekolah,” tidak berarti
bahwa kapal dan sekolah itu beranak, melainkan mempunyai arti bahwa orang itu
selalu terikat oleh peraturan-peraturan kapal dan pelajaran-pelajaran di
sekolah. Periksa lagi Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Ayat
tersebut demikian bunyinya: “Suatu pun tidak aku dapat berbuat menurut
kehendakku sendiri melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana yang aku dengar,
dan hukumku itu adil adanya, karena bukannya aku mencari kehendak diriku,
melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”
BM: Di sini
jelas sekiranya Yesus itu Tuhan, tentu dapat berbuat sekehendaknya sendiri.
Tetapi di Bibel sendiri menyebutkan bahwa perbuatan Yesus itu adalah kehendak
Tuhan. Dan sekiranya Yesus itu Tuhan, tentunya tidak ada yang mengutus.
Mustahil Tuhan menjadi utusan Tuhan, atau dengan lain kata “Utusan Tuhan itu
adalah Tuhan,” bisakah terjadi demikian.
AW: Sudah
jelas dan terima kasih.
BM: Silahkan
periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.
AW: Baik,
disini menyebutkan: “Seorang pun tiada naik kesurga, kecuali ia yang sudah
turun dari surga, yaitu anak manusia.”
BM: Jelas di
Bibel sendiri menyebutkan bahwa Yesus sendiri adalah anak manusia bukan anak
Tuhan.
AW: Betul
berdasarkan ayat tersebut Yesus adalah anak manusia.
BM: Periksa
lagi di Matius pasal 27 ayat 30.
AW: Baik,
disini menyebutkan: “Maka mereka itupun meludahi Dia, serta mengambil buluh itu
memalu kepalanya.”
BM: Kalau
Yesus itu betul Tuhan, bagaimana Tuhan bisa diludahi dan diperolok-olokkan.
Mengapa ada Tuhan yang begitu lemah. Sesuai dengan pengharapan saudara supaya
puas dengan soal ketuhanan Yesus menurut Bibeldan perkataan Yesus sendiri ada
menyebutkan Ia bukan Tuhan, sekali lagi periksa di Matius pasal 21 ayat 18 dan
19.
AW: Baik, di
sini menyebutkan: “Pada pagi-pagi harinya, apabila Ia kembali kenegeri itu, ia
merasa lapar. Serta dipandangnya sepohon ara di sisi jalan, pergilah ia kesitu
dan didapatinya suatu apapun tiada dipohon itu, melainkan daun sahaja. Lalu
berkatalah Ia kepadanya: ‘Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya.
Maka dengan seketika itu juga layulah pohon ara itu.’”
BM: Kalau
Yesus itu Tuhan tentu ia tidak akan mengutuk pohon itu supaya tidak berbuah
melainkan ia akan menciptakan buah pada pohon itu dengan kekuasaannya selaku
Tuhan. Akan tetapi pohon yang tidak berbuat kesalahan apa-apa kepada Yesus dan
pohon yang tidak tahu apa-apa itu malah dikutuk oleh Yesus. Wajarkah Tuhan
mengutuk makhluk yang tidak bersalah. Padahal kalau betul Yesus itu Tuhan tentu
Ia berkuasa menciptakan pohon itu supaya mengeluarkan buahnya seketika itu
juga, tidak lalu mengutuknya.
AW: Bapak
hafal betul tentang ayat-ayat di Kitab Injil, jadi sudah jelas berdasarkan
ayat-ayat Injil yang bapak sebutkan dan dikuatkan lagi dengan beberapa ayat
lainnya, nyatalah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan.
BM:
Persoalan Yesus anak Tuhan itu telah kita bicarakan pada pertemuan pertama, dan
sudah dibereskan oleh Injil sendiri yang menyebutkan bahwa selain Yesus masih
banyak lagi beberapa manusia yang harus diakui Anak Tuhan, dan seharusnya
mereka itu diakui juga oleh golongan Kristen, menjabat anak tuhan, bukan Yesus
saja, karena berdasarkan Kitab Injil sendiri anak Tuhan itu banyak.
AW: Ya betul
kita telah bicarakan tentang itu.
BM: Supaya
lebih Jelas, baiklah saya ulangi, di Injil ada menyebutkan bahwa:
1. Daud anak
Allah yang sulung (Mazmur, pasal 89 ayat 27)
2. Yakub
(Israil) adalah anak Allah yang Sulung (Keluaran pasal 4 ayat 22 dan 23)
3. Afraim
adalah anak Allah yang Sulung (Yeremia pasal 31 ayat 9)
Jadi Daud
anak Allah yang sulung, Yakub anak Allah yang sulung, dan Afraim juga anak
Allah yang sulung. Ketiga-tiganya atau kesemuanya adalah anak sulung. Yang
manakah yang betul-betul sulung. Apakah ayat ini benar semuanya atau salah semuanya.
Karena itu saya jelaskan bahwa Anak Allah yang tersebut dalam Bibel itu, tidak
berarti anak Allah yang sebenarnya melainkan maksudnya ialah kekasih Allah,
atau mereka yang taat kepada perintah-perintah Tuhan.
AW: Saya
sudah mengerti terima kasih.
BM: Tetapi
saudara mungkin belum mengerti betul tentang arti “Anak dan Bapa” dalam bahasa
Ibrani, atau susunan bahasa yang terpakai dalam Bibel.
AW: Kalau
begitu bagaimanakah arti yang sebenarnya.
BM: Dalam
bahasa Ibrani kata “Bapa” itu dipakai buat Tuhan, sedangkan kata “anak” dipakai
buat mereka yang dihormati, seperti para Nabi dan para Rasul.
AW: Dasar
apakah yang dipergunakan oleh Bapak tentang keterangan itu.
BM: Saya
sudah sebutkan pada pertemuan yang pertama ialah tersebut dalam Injil Matius.
AW: Saya
tidak ingat, di pasal dan ayat berapa.
BM: Silahkan
buka Matius, pasal 5 ayat 9.
AW: Baik, di
sini disebutkan: “Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang karena
mereka itu akan disebut anak Allah.”
BM: Jelas
siapa saja mendamaikan manusia akan disebut akan menjabat “Anak Allah,” kalau
begitu anak Allah itu ratusan, ribuan malah mungkin jutaan orang, jadi bukan
Yesus saja.
AW: Apakah
tidak sebaiknya kita lanjutkan besok malam saja, karena sudah larut malam.
BM: Terserah
saudara, tetapi baiklah besok malam saja kita lanjutkan.
PERTEMUAN YANG KE EMPAT
Kaitkata:alquran, Bapa, bible, dosa, Islam,
kontradiksi, kristen, penebus, Roh suci, salib, salib trinitas, TRINITAS, yesus
Allah
‘Yesus
Penebus Dosa’
BM: Betulkah Kepercayaan Kristen bahwa
datangnya Yesus adalah untuk menebus Dosa.
AW: Memang
demikian.
BM:
Dimanakah menyebutkan
AW: Dalam
kitab Perbuatan Rasul-rasul pasal 5 ayat 31
BM: Tolong
bacakanlah.
AW: Baik, di
sini ada menyebutkan: “Ia inilah ditinggalkan oleh tangan kanan Allah menjadi
Raja dan Juru Selamat akan mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan
keampunan dosa.”
BM: Susunan
kata ini diucapkan oleh Petrus, bukan perkataan Yesus dan bukan wahyu dari
Tuhan.
AW: Tetapi
dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 10 dan 11 juga ada menyebutkan.
BM:
Bacakanlah.
AW: Disini
menyebutkan: “Maka kata malaikat itu kepada mereka itu: ‘Jangan takut, karena
sesungguhnya Aku memberikan kepadamu suatu kesukaan besar yang akan jadi bagi
segenap kaum. Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu
Kristus Tuhan itu, di dalam negeri Daud.’”
BM: Malaikat
itu berkata kepada siapa menurut ayat itu.
AW: Di Lukas
pasal 2 ayat 8 dan 9 menyebutkan bahwa malaikat berkata kepada orang gembala
yang tinggal di padang, menjaga kawan binatangnya pada waktu malam.
BM: Tidak
ada keterangan bahwa yang berkata itu malaikat, dan tidak ada pernyataan dari
orang gembala sendiri mengenai peristiwa tersebut.
AW: Buat
saya tidak perlu memeriksa lebih mendalam lagi, karena di Injil menyebutkan
Yesus adalah Juru Selamat dan penebus dosa, itu sudah cukup.
BM: Baik,
kalau saudara tidak perlu memeriksa kembali ayat tersebut tidak apa, saya ikuti
kemauan saudara, namun saya ingin memberitahukan kepada saudara, bahwa dalam
kitab Kisah Rasul pasal 5 ayat 31 yang saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa
Yesus, hanya penebus dosa bagi Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia. Dan
saudara sendiri selaku penganut agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya
oleh Yesus, oleh karena saudara bukan turunan Bani Israil. Demikianlah kalau
saudara betul-betul berpegang pada Kitab Suci saudara kitab Injil saudara, yang
telah saudara baca sendiri.
AW: Diwaktu
itu mungkin hanya Bani Israil saja yang ada. Karena itulah Yesus berkata
begitu, tetapi pada hakekatnya untuk semua manusia.
BM: Kalau
benar sanggahan saudara, silahkan saudara buka di Matius pasal 1 ayat 21.
AW: Baik, di
Matius pasal 1 ayat 21 menyebutkan: “Maka Ia akan beranakkan seorang anak
laki-laki, dan hendaklah engkau menamakan Ia Yesus, karena Ia-lah yang akan
melepaskan kaumnya dari pada segala dosanya.”
BM: Apakah
belum Jelas, Bibel sendiri yang menerangkan bahwa kedatangan Yesus hanya untuk
melepaskan dosa kaumnya saja bukan untuk semua manusia, sebagaimana kita telah
bicarakan.
AW: Akan
tetapi dapat juga saya artikan: “Kaum” itu dengan “Bangsa,” ialah bangsa
manusia. Jadi yang dimaksudkan ialah untuk semua bangsa.
BM: Dengan
dasar apa saudara memberi arti begitu. Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan
dengan kata “Kaumnya.” Taruh kata saudara alihkan kata: “Kaum” dengan arti
“Bangsa,” maka yang demikianpun tidak dapat diartikan lain, kecuali hanya
bangsanya Yesus sendiri saja ialah bangsa Ibrani (Israil).
AW: Saya
masih belum yakin keterangan bapak selama di Bibel sendiri tidak menyebutkan
dengan tegas, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja.
BM:
Sekiranya di Bibel ada menyebutkan, betulkah saudara akan menjadi yakin, bahwa
kedatangan Yesus itu bukan untuk semua bangsa.
AW: Ya, saya
yakin, dan demikianlah pendapat saya.
BM: Apakah
saudara sudah periksa di Bibel.
AW: Saya
sudah periksa, tetapi saya tidak hafal ayat-ayat Bibel yang ratusan malah
mungkin ribuan ayat itu.
BM: Kalau
begitu, silahkan periksa Injil Matius pasal 15 ayat 24.
AW: Baik,
disini menyebutkan: “Maka jawab Yesus, katanya ‘Tiadalah aku disuruhkan yang
lain hanya kepada segala domba yang sesat diantara Bani Israil.’”
BM: Bukankah
ayat ini sudah jelas, dan tidak bisa diputar-putar lagi, Yesus sendiri mengakui
bahwa ia di Utus untuk Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia atau lain.
Jadi kalau penganut Yesus (umat Kristen) yang bukan golongan Bani Israil,
tentunya tidak termasuk umatnya Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus,
karena Yesus hanya menjadi Juru Selamat untuk Bani Israil saja, sedangkan saudara
sendiripun bukan dari golongan Bani Israil.
AW: Ya, kalau demikian bagi saya agak repot. Entah bagaimana ini
semestinya.
BM: Nah,
kalau begitu orang bisa berpendapat apakah faedahnya orang-orang Kristen
menyebarkan agamanya kepada manusia yang bukan Bani Israil. Sedangkan Yesus
sendiri tidak berbuat demikian. Apakah cara yang demikian tidak bisa dinamakan
melangkahi ajaran Yesus. Dan di Injil Matius yang saudara baca baru-baru ini
ada menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri “Tiadalah aku disuruhkan kepada
yang lain.” Jelas disini Yesus sendiri ia mengakui ia disuruh. Kalau Yesus itu
dikatakan Tuhan, maka pantaskah Tuhan itu jadi pesuruh. Jadi Yesus itu bukan
Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri, yang
menyebutkan dalam Kitab Injil saudara sendiri.
AW: Betul
begitu, akan tetapi maaf terlebih dulu apakah misalnya tidak mungkin ayat itu
ada salah cetak. Ini hanya kira-kiraan saya sendiri saja, tetapi sekali lagi
saya minta maaf.
BM: Tidak
apa saudara bersikap ragu-ragu, tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan
baiklah kita periksa kitab yang berbahasa Belanda ini yang kebetulan saudara
bawa. Kitab ini berjudul: “Bijbellezingen voor het Huisgezin.” Setujukah
saudara.
AW: Baiklah,
dan memang demikian maksud kami sebelumnya, agar dapat kita periksa
bersama-sama apakah ayat Bibel yang berbahasa Indonesia, ada bersamaan
maksudnya dengan yang berbahasa Belanda.
BM: Silahkan
saudara periksa di bab: “De onderdanen van het koningrijk” halaman 834, ayat 12
apakah sudah diketemukan ayatnya.
AW: Sudah
ini dia.
BM: Nah mari
kita periksa, di ayat ini menyebutkan: “Toen de vrouw van Kanaan tot Christus
kwan, Hem om smehende haar dochter te genezen, wat zei Hijtoen?. Maar Hij
antwoordende, zeide: ‘Ik ben niet gezenden dan tot de verloren schapen van huis
Israel.’” Kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia: “Ketika seorang perempuan
dari Kanaan datang di hadapan Kristus mengemis-mengemis padanya supaya
mengobati (menyembuhkan) anaknya, lalu apakah katanya?. Maka jawab Yesus,
katanya: ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang
sesat dari antara Bani Israil.’”
AW: Yah
terus terang saja, tampaknya pendirian saya sudah mulai condong kepada
keterangan-keterangan bapak.
BM:
Alhamdulillah, saya bersyukur, karena saudara sudah tambah bimbang dalam
keyakinan saudara. Pada pertemuan yang lalu, kita sudah membaca susunan ayat di
Injil Matius pasal 26 ayat 1 dan 2.
AW: Betul
saya ingat, saya akan menjelaskan ayat tersebut.
BM: Baik,
kalau saudara masih merasa perlu memberikan penjelasan.
AW: Saya
akan bacakan lagi bunyi ayat tersebut.
BM: Baik,
pada pertemuan yang lalu telah saya terangkan. Mungkin saudara masih perlu
membantah (membantah keterangan saya tersebut). Silahkan saudara membacanya.
AW: Ayat
tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka
bertuturlah pula ia kepada murid-muridnya: ‘Kamu memang mengetahui bahwa dua
hari lagi akan ada hari raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia
disalibkan.’” Jadi kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini.
BM: Mengapa
Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang
benar kedatangan Yesus untuk disalib. Mestinya dia bersedia untuk disalib.
Seruan Yesus minta-minta tolong itu, sebagaimana saya telah sebutkan pada
pertemuan kita yang pertama, ialah di Matius pasal 27 ayat 46: yang bunyinya
sebagai berikut: “Maka sekira-kira pukul tiga itu, berserulah Yesus dengan
suara yang nyaring, katanya: ‘Eli, Eli, lama sabachtani.’” artinya ‘Ya Tuhanku,
Ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”
AW: Di ayat
yang dibacakan tadi menunjukkan badan ketuhanan Yesus sudah mengetahui lebih
dahulu bahwa badan kemanusiaannya akan di salib. Jadi yang berteriak itu bukan
anak Tuhan, melainkan badan kemanusiaannya Yesus, oleh karenanya itu ia
menyerah untuk disalib.
BM: Kalau
begitu, diwaktu Yesus di Salib ada dimanakah badan ketuhanannya Yesus itu.
Kalau saudara menjawab terpisah, maka hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya
Yesus menjadi satu dengan Tuhan. Tetapi kalau saudara menjawab tetap di situ,
mengapa badan ketuhanannya tidak dapat menolong Yesus, sehingga ia
berteriak-teriak minta tolong.
AW: Saya
tidak mengerti bagaimana soal ini sebenarnya.
BM: Bukan
itu saja, malah kita masih bisa meneruskan lagi di Matius pasal 26 ayat 38 yang
menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat
berduka cita hampir mati rasaku; tinggallah kamu di sini dan berjagalah sertaku.’”
Mengapa badan Ketuhanan Yesus tidak berkuasa menghilangkan duka cita yang
dirasakan olehnya. Malah ia berkata kepada muridnya minta berjaga bersama dia.
Pantaskah Tuhan minta-minta kepada manusia.
AW: Kalau
saya berpegang pada ayat Injil tersebut, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani
Israil saja, maka apakah salahnya kalau kita mengajak manusia diluar Bani
Israil supaya percaya kepada Yesus.
BM: Kalau
saudara konsekwen berpegang pada ayat Injil itu mestinya tidak demikian
pendapat saudara. Kalau saudara telah menyimpang dari langkah Yesus oleh karena
Yesus sendiri mengatakan bahwa kedatangannya hanya untuk menebus dosa Bani
Israil semata-mata, bukan manusia lainnya.
AW: Taruh
kata kedatangan Yesus itu hanya untuk Bani Israil saja, dan andaikata ada orang
dari luar Bani Israil yang masuk Kristen, maka hal tersebut tidak berarti ayat
Injil dan ajaran Kristen itu ada kesalahan.
BM: Kalau
begitu apakah orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus itu sudah tertebus
dosanya?
AW:
Entahlah.
BM: Mengapa
dalam kitab Injil tersebut Yesus berkata bahwa kedatangannya untuk menebus
dosanya Bani Israil. Dengan demikian maka orang Bani Israil yang menyalibkan
Yesus mestinya sudah tertebus dosanya. Terlebih lagi berdasarkan keterangan
saudara mestinya manusia yang menyalibkan Yesus itu tidak berdosa, malah
menerima pahala besar, kalau kedatangannya Yesus memang untuk disalib.
Andaikata tidak ada orang yang bersedia menyalibkan Yesus, tentu tidak terlepas
dosanya Bani Israil dan kedatangannya Yesus tidak dapat lagi disebut selaku
penebus dosa. Mestinya orang yang menyalibkan Yesus itu menerima pahala besar,
tidak dilaknat, karena mereka telah berjasa menyalibkan Yesus, karena perbuatan
mereka itulah, dosa-dosa Bani Israil tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian
telah saya sampaikan pada pertemuan kita yang lalu.
AW: Dalam
hal ini saya belum bisa menjawab sekarang, tetapi mungkin dilain waktu.
BM: Saya
akan ulangi lagi pertanyaan saya: Betulkah lantaran Yesus disalib, dosa bisa
terhapus.
AW: Ya,
betul begitu menurut ayat Injil.
BM: Alat
apakah digunakan untuk menyalibkan Yesus.
AW: Kalau
saya tidak salah, ialah kayu yang disebut: “Kayu Salib”
BM: Kalau
begitu Yesus tergantung pada kayu pada waktu disalibkan.
AW: Ya,
demikian, sebagaimana kita sering melihat gambar Yesus disalib.
BM: Silahkan
saudara periksa di Galatia pasal 3 ayat 13.
AW: Baik,
disini disebutkan: “Maka Kristus sudah menebus kita dari pada kutuk Torat itu
dengan menjadi satu kutuk karena kita, karena ada tersurat: ‘Bahwa terkutuklah
tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu.’”
BM: Menurut
keterangan saudara, Yesus rela untuk di salib, sedangkan menurut Galatia yang
saudara baca menyebutkan: Terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada
kayu, dan kalau begitu apakah bisa menebus dosa manusia.
AW: Terima
kasih, saya sudah menyadari. Apakah tidak sebaiknya kita pindah kepada
pasal-pasal yang lain. Tetapi di lain malam, karena sekarang waktunya sudah
terlalu larut malam.
BM: Baiklah
terserah saudara.
MALAM YANG KELIMA
Kaitkata:alquran, Bapa, bible, dosa, Islam,
kontradiksi, kristen, penebus, Roh suci, salib, TRINITAS, waris, yesus Allah
‘Dosa Waris’
AW: Saya ingin menerima penjelasan dari bapak
kyai, tentang kepercayaan kepada dosa waris yang disebabkan karena dosanya Adam
dan Hawa.
BM: Baiklah,
saya akan berikan jawabannya, tetapi sebelumnya saya ajukan pertanyaan:
Betulkah menurut kepercayaan Kristen bahwa anak cucu Adam dan Hawa dari sejak
dilahirkan sudah membawa dosa.
AW: Betul
begitu, karena Adam dan Hawa berdosa, maka cucunya menerima warisan dosa dari
keduanya.
BM: Mengapa
dosa Adam dan Hawa diwariskan kepada cucunya, mestinya setiap manusia memikul
dosanya dari perbuatannya sendiri, bukan memikul dosanya orang lain.
AW: Tetapi
menurut ajaran Kristen, setiap manusia pada sejak waktu dilahirkan sudah
memikul dosa, atau menerima warisan dosa dari dosanya Adam dan Hawa. Oleh
karena kedatangan Yesus itu adalah untuk menebus dosa-dosa manusia dari warisan
Adam dan Hawa tersebut.
BM: Kalau
keterangan saudara benar pada ajaran Kristen, silahkan saudara periksa kitab
Nabi Yehezkiel pasal 18 ayat 20.
AW: Pasal
dan ayat tersebut menyebutkan: “Orang berbuat dosa, ia itu juga akan mati; maka
anak tiada akan menanggung kesalahan bapaknya, dan Bapa pun tiada akan
menanggung kesalahan anak-anaknya; kebenaran orang yang benar akan tergantung
atasnya dan kejahatan orang fasik pun akan tergantung atasnya.”
BM: Jelas
Bibel sendiri menyebutkan bahwa setiap manusia akan menanggung sendiri perbuatan
baik maupun buruk, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain.
Berdasarkan ayat tersebut, maka dosa Adam dan Hawa harus ditanggung sendiri
oleh keduanya. Tetapi mengapa dosa Adam dan Hawa harus diwariskan atas anak
cucunya, sehingga anak cucunya ikut serta menanggung dosanya; padahal kitab
Injil sendiri tegas menyebutkan bahwa setiap perbuatan baik atau buruk yang
dikerjakan oleh seseorang tidak dapat dibebankan atas orang lain. Baiklah, saya
teruskan pertanyaan saya pada saudara; sejak umur berapa saudara dibaptis.
AW: Kata
orang tua saya, sejak umur tiga bulan dibawa ke gereja dan di sana dibaptis,
oleh karena setiap manusia sejak dilahirkan sudah membawa dosanya Adam dan Hawa
yang disebut Dosa Waris, jadi sejak bayipun sudah membawa dosa; oleh karenanya
saya dibaptis waktu masih kecil.
BM: Apakah
perbuatan demikian itu berdasarkan kitab Bibel
AW: Saya
berkeyakinan demikian. Sebagaimana saya terangkan bahwa bayi yang baru
dilahirkan itu tidak suci, yakni sudah membawa dosanya Adam dan Hawa.
BM: Kalau
begitu, bayi yang belum dibaptis sekiranya ia meninggal dunia (mati) tentu
tidak akan masuk surga, sebab matinya ada membawa dosanya Adam dan Hawa.
AW: Ya,
mestinya demikian.
BM: Silahkan
periksa Matius pasal 19 ayat 14.
AW: Di pasal
dan ayat ini menyebutkan: “Tetapi kata Yesus. ‘Biarkanlah kanak-kanak itu,
jangan dilarangkan mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti
inilah yang empunya kerajaan surga.’”
BM: Nah, …
perhatikanlah di ayat itu nyata-nyata Yesus sendiri yang berkata ia mengakui
kesuciannya kanak-kanak. Sedangkan mereka belum mengakui kesalibannya Yesus dan
juga belum dibaptiskan, tetapi mempunyai kerajaan surga. Jadi berdasarkan
pengakuan Yesus sendiri bahwa kanak-kanak itu tidak membawa dosa waris dari
Adam dan Hawa, oleh karena itulah Yesus berkata: Mereka adalah suci dari dosa
dan dengan sendirinya masuk surga. Saya ingin bertanya lagi, Saudara waktu umur
tiga bulan itu sudah membawa dosakah atau belum.
AW: Kalau
berdasarkan perkataan Yesus yang bapak katakan tadi, tentu tidak.
BM: Jadi
masih suci dari dosa walaupun tanpa dibaptiskan.
AW: Ya betul
demikian.
BM: Kalau
begitu, apakah gunanya saudara dibaptis pada waktu umur tiga bulanitu?
AW: Waktu
umur tiga bulan tentu saya tidak tahu apa-apa.
BM: Saya
bertanya sekarang, bukan bertanya kepada saudara diwaktu saudara berumur tiga
bulan. Jadi apakah sekarang saudara sudah menyadari tentang tidak adanya dosa
waris.
AW: Seperti
bapak terangkan tadi, berdasarkan pengakuan Yesus sendiri tentu saya
menyadarinya. Karena, Yesus sendiri yang mengatakan bahwa anak-anak itu suci
pada waktu dilahirkan.
BM: Nah,
bagaimanakah sekarang, masih adakah pandangan saudara terhadap dosa waris.
AW: Tentu
saja harus menyadari berdasarkan perkataan Yesus sendiri bahwa anak-anak yang
baru dilahirkan itu suci tidak membawa dosa sedikitpun.
BM: Tidak
membawa dosa yang bagaimana?
AW: Ya,
tidak membawa warisan dosa dari Adam dan Hawa.
BM: Kalau
begitu saudara telah mengakui bahwa dosa waris itu tidak ada?
AW: Ya,
demikianlah harus saya akui berdasarkan Kitab Bibel sendiri.
BM: Syukur
saudara telah mengakui tidak adanya dosa waris, kalau dosa waris itu
turun-temurun, maka anak yang baru lahir yang belum tahu apa-apa belum bisa
memisahkan antara yang baik dan buruk, kalau bayi itu mati ia membawa dosa dan
masuk neraka, dan dimanakah letaknya keadilan Tuhan kalau demikian.
AW: Ya, saya
bisa terima keterangan Bapak.
BM: Nah,
coba pikirkan dengan penuh kesadaran. Kalau ada seorang tua dari beberapa orang
anak, dan orang tua itu menjadi penipu, pencuri, penghianat, berbuat aniaya,
kejam, dan bermacam-macam dosa ia kerjakan, lalu ia dihukum masuk penjara,
apakah anak-anaknya juga diharuskan menanggung dosa orang-orang tuanya, lalu
anak-anak itu harus dihukum juga masuk penjara dengan alasan dosa waris. Apakah
pengadilan semacam itu akan dikatakan penegak keadilan.
AW: Terima
kasih, saya sudah menyadari, bahwa dosa itu tidak bisa diwariskan atau
dioperkan kepada orang lain.
BM: Syukur
kalau begitu.
AW: Akan
tetapi kalau dosa itu tidak bisa diwariskan mestinya pahala juga tidak
diwariskan. Bagaimanakah menurut ajaran agama Islam dalam hal itu.
BM: Tidak
bisa, malah tidak boleh; baik pahala maupun dosa dioperkan pada orang lain.
AW: Jawaban
“tidak boleh” itu apakah menurut pendapat bapak sendirikah atau menurut ajaran
Islam.
BM: Menurut
ajaran Islam, pahala seseorang tidak boleh diwariskan atau dioper kepada orang
lain, begitu juga dosanya seseorang tidak boleh diwariskan kepada orang lain.
Setiap orang menanggung sendiri pahala dan dosanya atas perbuatannya sendiri.
AW: Akan
tetapi saya pernah membaca sebuah buku agama Islam yang menerangkan bahwa Nabi
Muhammad pernah berkorban seekor kambing buat umatnya sekalian dan buat
familinya. Ini berarti bahwa Nabi Muhammad mewariskan atau mengoperkan pahala
kepada orang lain, yakni kepada umatnya dan familinya. Yang demikian itu bukan
dosa waris, tetapi jelas pahala waris. Jadi di dalam ajaran Islam ada juga
pahala waris, maka saya kira bapak tidak perlu urus tentang dosa-dosa waris
dalam ajaran Kristen, kalau didalam ajaran Islam terdapat ajaran pahala waris
atau ajaran oper pahala.
BM: Kalau
buku agama Islam yang saudara baca mau dijadikan pokok tentang bolehnya warisan
pahala, mestinya orang Islam boleh sembahyang dan berpuasa, lalu diwariskan
pahalanya buat sekalian umat Islam yang masih hidup dan yang mati, tetapi tidak
ada umat Islam yang berbuat demikian, kalaupun ada, mungkin karena mereka tidak
tahu, bahwa perbuatan yang demikian itu, bertentangan dengan kitab sucinya
Al-Qur’an. Jadi bukan kitab sucinya yang salah, tetapi penganutnya sendiri, dan
berbeda dengan kitab Bibel yang mengandung banyak perselisihan antara satu ayat
dengan yang lain. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, tidak terdapat ajaran pahala
waris maupun dosa waris. Akan tetapi dalam kitab Bibel (Kristen) antara satu
ayat dengan ayat yang lain bersimpang siur.
AW: Saya
pernah membaca kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, kalau tidak keliru
di dalam surat Ath Thurr ayat 21 ada menyebutkan yang maksudnya bahwa anak-anak
orang mukmin akan dimasukkan surga lantaran ibu bapaknya. Jadi lantaran amalan
ibu bapaknya anak-anak itu masuk surga. Kalau yang demikian itu bukan pahala
waris, lalu apakah namanya.
BM: Ayat
Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu bunyinya akan saya bacakan sebagai
berikut: Yang artinya: “Dan mereka yang beriman dan diikuti oleh anak-anak
cucunya (keturunannya) dengan keimanan pula. Kami (Allah) kumpulkan anak cucu
itu dengan mereka dan tiadalah kami kurangi pahala amalan mereka sedikit
juapun.” (Surat Ath Thurr ayat 21). Di ayat ini jelas menyebutkan tidak adanya
pahala waris, malah tanggungan pun mengenai pahala warispun tidak ada. Yang
masuk surga bersama Ibu bapaknya itu adalah anak-anak yang belum baligh, karena
yang sudah baligh tentu bertanggung jawab sendiri. Oleh karenanya dalam ayat
tersebut ada sambungannya. Yang artinya: “Setiap orang bertanggung jawab
(terikat) oleh amalannya sendiri-sendiri (masing-masing).” Jadi setiap orang
menanggung dosa dan pahala atas perbuatannya masing-masing bukan warisan dari
orang lain.
AW: Apakah
di dalam Kitab Al-Qur’an ada yang lebih tegas menyebutkan bahwa dosa dan pahala
itu tidak dapat diwariskan atau dihadiahkan pada orang lain.
BM: Ada,
cukup banyak.
AW: Maafkan,
kami ingin mengetahui di surat apa, dan di ayat berapa, kami akan cocokkan
dirumah, karena kami ada mempunyai kitab terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia.
Mungkin juga saudara-saudara yang hadir di sini juga memerlukan juga.
HADIRIN:
Perlu diterangkan, karena memang penting diterangkan.
BM: Apakah
tidak sebaiknya kita bersama-sama memeriksa di sini saja, kalau saudara
menyetujui saya suruh ambilkan Al-Qur’an lalu saya tunjukkan surat dan ayatnya
sekali. Bagaimana, apakah sekarang juga.
AW: Kalau
Bapak hafal lebih baik sebutkan sekarang saja ayat-ayatnya, akan kami catat:
lalu akan kami cocokkan dirumah dengan Al-Qur’an kami. Tapi kalau bapak tidak
hafal kami minta besok malam untuk menghemat waktu.
BM: Insya
Allah saya hafal ayat-ayatnya.
AW: Baik,
silahkan bapak sebutkan, kami akan catat.
BM: Saya
akan sebutkan nama-nama surat dan nomor ayatnya, lalu saya akan beri keterangan
dan saudara catat nama Surat dan nomor ayatnya yang sebut, lalu cocokkan lagi
dirumah.
AW: baik,
kami setuju.
BM: 1. Surat
Al Baqarah, ayat 286: “Kepada dirinya apa yang ia kerjakan, dan atas dirinya
apa yang dia lakukan.” Maksudnya, baik dan buruknya suatu perbuatan, harus
ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya, tidak boleh dibebankan atas orang
lain.
2. Surat Al
Baqarah, ayat 123: “Dan Hendaknya kamu takut pada suatu hari (kiamat) tidak
berkuasa seorang membebaskan sesuatu atas orang lain.” Maksudnya, kelak dihari
kiamat, seseorang tidak berkuasa menebus dosanya orang lain, dan pahala tidak
diperbolehkan atas orang lain. Masing-masing harus menanggung sendiri
perbuatannya baik maupun jahat.
3. Surat Al
Ankabut, ayat 6: “Siapa yang giat berusaha maka usahanya itu untuk dirinya
sendiri.”
4. Surat
Yaasiin, ayat 54: “Maka pada hari kiamat, tidak seorangpun akan teraniaya, dan
kamu tidak akan dibalas, melainkan apa yang kamu sendiri telah kerjakan.”
5. Surat Al
Isra’, ayat 15: “Dan seseorang tidak berkuasa memikul dosanya orang lain.”
6. Surat An
Najm, ayat 38 dan 39: “Bahwa seseorang tidak berkuasa menanggung dosanya orang
lain dan sesungguhnya seorangpun tidak akan menerima pahala melainkan daripada
perbuatannya sendiri.”
7. Surat
Luqman, ayat 33: “Hai Manusia hendaklah kamu takut kepada suatu hari (kiamat)
seorang bapak tidak berkuasa membebaskan anaknya (dari perbuatan anaknya),
seorang anak tak akan berkuasa membebaskan perbuatan bapaknya.”
Ayat-ayat
yang saya sebutkan di atas tadi jelas sekali menunjukkan bahwa seseorang tidak
berkuasa menebus dosanya atau mengambil oper pahala orang lain. Jadi dalam
Islam, tidak ada manusia yang berkuasa menebus dosa, atau seorang pejabat
menebus dosa, perbuatan baik atau jahat harus ditanggung sendiri oleh yang
mengerjakannya. Saya kira sudah cukup ayat-ayat yang saya sebutkan, tetapi
kalau saudara masih memerlukan, saya akan sebutkan lagi ayat-ayat yang lain.
AW: Sudah
cukup, dan kami sudah mengerti, akan tetapi kami pernah membaca sebuah kitab
yang menyebutkan sebuah Hadist Nabi Muhammad, yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim yang menerangkan bahwa: “Mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh
familinya.” Berdasarkan Hadist tersebut berarti bahwa siksaan atas mayit itu,
disebabkan perbuatan orang lain, bukan dari perbuatan dirinya sendiri. Mayit
itu disiksa lantaran “perbuatan” tangisnya orang lain. Kami telah tanyakan
kepada beberapa orang yang kami pandang mengerti tentang agama Islam, dan salah
seorang guru agama Islam mengenal susunan Hadist tersebut memberikan jawaban
bahwa hadist itu benar (sahih), oleh karena yang meriwayatkan adalah Imam
Bukhari dan Imam Muslim.
BM: Hadist
Nabi yang saudara bawakan itu susunannya demikian: “Telah berkata Umar dan Ibnu
Umar: Bersabda Nabi Muhammad SAW. sesungguhnya mayit itu disiksa lantaran
ditangisi oleh keluarganya (riwayat Bukhari dan Muslim).” Akan tetapi
hakekatnya Hadist itu Tidak Sahih, oleh karena berlawanan dengan ayat-ayat
Al-Qur’an. Walaupun oleh karena saudara yang beragama Kristen, mungkin belum
mengetahui tentang Hadist-hadist Sahih dan Hadist-hadist Palsu, maka agar
saudara yang hadir dipertemuan ini dapat mengikuti juga, merasa perlu saya
terangkan bahwa menurut kitab-kitab Ushul Fiqih dan kitab Musthalahul Hadist,
yang disebut Hadist Nabi, bukan saja mesti sah riwayatnya malah mesti beres
susunannya dan arti dari pada hadist itu HARUS tidak berlawanan dengan kitab
Al-Qur’an. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim jelas diterangkan demikian. Maksud
Hadist tersebut, tatkala hadist yang menerangkan bahwa mayit itu disiksa
lantaran ditangisi oleh familinya, di dengar oleh Siti Aisyah (Istri Nabi),
maka Siti Aisyah menolak kebenaran Hadist tersebut. Aisyah berkata: “Cukuplah
buat kamu Ayat Al-Qur’an; Dan tidak berkuasa seseorang menanggung dosa orang
lain.
AW: Nah,
kalau begitu Pak Kyai, sekarang kami telah mengerti bahwa berdasarkan Kitab
Bibel sendiri dan Kitab Al-Qur’an pada hakekatnya dosa waris dan pahala waris
itu tidak ada. Yakni setiap manusia menanggung sendiri dosanya, dan pahalanya
menurut perbuatannya masing-masing. Ini adil namanya.
BM: Ya,
seharusnya begitu; sebagaimana tersebut dalam kitab Bibel dan Al-Qur’an yang
telah kita baca tadi. Akan tetapi supaya lebih jelas dan tambah meyakinkan
saudara, silahkan saudara periksa di Injil: “Surat kiriman Rasul Paulus kepada
orang Rum Pasal 2 ayat 5 dan 6.
AW: Baik,
surat dan ayat ini menyebutkan sebagai berikut: “Tetapi menurut degilmu dan
hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan kemurkaan keatas dirimu
untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil.” “Yang akan membalas ke
atas tiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing.”
BM: Apakah
di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris.
AW: Tidak,
malah sebaliknya setiap orang akan dibalas menurut amalnya masing-masing.
BM: Periksa
lagi Matius pasal 16 ayat 27.
AW: Ayat ini
menerangkan/menyebutkan: “Karena anak manusia akan datang dengan kemuliaan
Bapanya beserta dengan segala malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas
kepada tiap orang menurut perbuatannya.”
BM: Apakah
di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris?
AW: Tidak
ada, menurut ayat ini perbuatan dosa dan perbuatan baik akan ditanggung
sendiri, tidak boleh dibebankan atau diwariskan pada orang lain.
BM: Jadi di
Kitab Injil sendiri yang menyebutkan tidak adanya dosa waris.
AW: Ya, dari
mana asalnya ada sebutan dosa waris itu.
BM: Apakah
saudara masih memerlukan penjelasan lebih lanjut?
AW: Sudah
sangat jelas sekali.
BM: Kalau
begitu baiklah kita lanjutkan. Di ayat saudara bacakan tadi ada sebutan “Anak
manusia … Bapanya.” Silahkan saudara bacakan sekali lagi.
AW: Baik,
awal ayat tersebut menyebutkan: “Karena Anak Manusia akan datang dengan
kemuliaan Bapanya…”
BM:
Bagaimana menurut pengertian saudara yang dimaksudkan dengan “Anak Manusia dan
Bapanya.”
AW: Anak
manusia itu tentulah Yesus, sedang Bapa ialah Tuhan.
BM: Periksa
lagi: “Surat kiriman yang kedua kepada orang Kristen ” pasal 5 ayat 10.
AW: Baik
ayat ini menyebutkan: “Karena tak dapat tiada kita sekalian akan jadi nyata
dihadapan kursi pengadilan Kristus, supaya tiap-tiap orang menerima balasan,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh itu, baik atau jahat.”
BM: Ayat
Injil sendiri yang menyebutkan, bahwa setiap orang harus bertanggung-jawab atas
perbuatannya masing-masing, baik maupun jelek, tidak boleh dibebankan atau
diwariskan kepada orang lain.
AW:
Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang bapak tunjukkan bahwa perbuatan baik atau
jelek seseorang tidak dapat diwariskan kepada orang lain. Oleh karenanya,
kepercayaan saya kepada dosa waris itu mulai luntur.
BM: Kalau
begitu lantas bagaimana dosanya Adam dan Hawa, apakah dapat diwariskan kepada
orang lain, tegasnya kepada anak cucunya.
AW:
Berdasarkan ayat Bibel tersebut di atas tentu tidak. Jadi dosa yang dilakukan
oleh Adam dan Hawa, seharusnya ditanggung sendiri oleh keduanya, tidak bisa
diwariskan kepada anak cucunya.
BM: Dalam
sejarah Agama Kristen kita kenal yang disebut: “biechten,” ialah orang yang
berbuat dosa, dan “de biechtafleggen,” ialah orang yang meminta ampun atas
kesalahannya, dan “Biecht-vader,” ialah orang-orang yang diberi wewenang
memberi ampun. Setiap orang merasa menyesal atas kesalahannya dapat menerima
ampunan dengan jalan membeli selembar surat yang menyebutkan bahwa orang yang
berdosa sudah diberi ampun atas dosanya. Surat ampunan itu disebut
“Aflaat-brieven” atau Indul gences, yang artinya kemurahan Tuhan.
AW: Ya, saya
menyadari soal itu, keterangan bapak memuaskan saya.
BM: Bukan
hanya demikian, akan tetapi Aflaat-brieven itu pada zaman dulu dipropaganda
(gepredicht) di Negara Jerman oleh seorang rabib (nonnik) bernama “Tetzel”
dalam tahun 1517 atas perintah Paus Leo, yang menjadi Paus pada tahun
1513-1521. Sebahagian dari pada hasil penjualan Aflaat-brieven itu digunakan
untuk pendirian bangunan gereja “Saint Pieter Kerk” di kota Roma. Terlalu
panjang kalau saya uraikan sejarah pemerintahan gereja di Eropa pada permulaan
abad pertengahan.
AW: Terima
kasih, kita lanjutkan saja soal yang lain, sekarang sudah larut malam, lain
kali kami akan datang lagi. MALAM YANG KE ENAM
Posted: Juni 19, 2010 in SEMBILAN MALAM
MENCARI TUHAN
Kaitkata:alquran, Bapa, bible, dosa, Ilmu
pengetahuan, Islam, kontradiksi, kristen, penebus, Roh suci, salib, TRINITAS,
yesus Allah
‘Kitab
Al-Qur’an dan Kitab Bibel’
BM: Pembicaraan kita yang berkenaan dengan
dosa waris, saya rasa telah cukup.
AW: Sudah
cukup jelas uraian bapak pada pertemuan yang terdahulu. Dan saya telah
mencocokkan ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan bapak kemarin malam lalu dengan
kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia kepunyaan saya, semuanya cocok baik
tentang surat-suratnya maupun ayat-ayatnya. Semua yang Bapak sebutkan cocok dan
tepat serta kami pikir-pikir di rumah tentang ayat Bibel dan Al-Qur’an yang
bapak tunjukkan ayat-ayatnya ternyata dosa waris dan oper pahala dan oper dosa
itu tidak mungkin ada malah tidak masuk di akal.
BM: Syukur
kalau saudara telah mengakuinya, sekarang kita bicarakan soal-soal lainnya, dan
saya serahkan kepada saudara saja mengenai acaranya. Terserah saudara soal yang
akan diajukan.
AW: Baiklah
kami mulai; kami pernah membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang tampaknya pada kami
ada juga perselisihan antara satu ayat dengan ayat lainnya, sehinga menimbulkan
keragu-raguan; apakah mungkin Nabi Muhammad sendiri yang keliru menyampaikan
wahyu dari Allah. Kalau betul beliau seorang Nabi, tentu tidak mungkin beliau
salah menerimanya atau menyampaikannya, ataukah memang ayat-ayat Al-Qur’an nya
yang berselisihan.
BM: Baiklah
saudara terangkan saja ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu.
AW: Kami
telah membaca ayat-ayat Al-Qur’an mengenai asal kejadian manusia dalam kitab
terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, dalam sebuah surat yang nampaknya antara
satu ayat dengan ayat yang lain ada berselisihan sehingga timbul dalam pikiran
saya bukan Bibel saja yang berselisih ayat-ayatnya, tetapi kitab Al-Qur’an
demikian juga.
BM: Silahkan
saudara sebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan ditanyakan, Insya Allah yang
diragukan oleh saudara itu akan terhapus.
AW: Baiklah,
Saya mencatat ayat-ayatnya, saya akan baca. Dikitab Al-Qur’an:
1. Surat
Ar-Rahman ayat 14 menyebutkan bahwa Allah menjadikan manusia berasal dari tanah
yang dibakar.
2. Di surat
Al Hijr ayat 28 menyebutkan: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam)
dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).”
3. Disurat
As Sajadah ayat 7 menyebutkan: “dan Tuhan menciptakan manusia dari Tanah.”
4. Di Surat
Ash Shafaat ayat 11 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan manusia
berasal dari tanah liat.”
5. Disurat
Ali Imran ayat 59 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia daripada
tanah.”
Lima ayat
yang saya sebutkan ini antara satu dengan ayat yang lain terdapat perselisihan.
Cobalah kita teliti. Di ayat ketiga menyebutkan dari “tanah,”di ayat ke empat
menyebutkan daripada “tanah liat.” Di ayat kelima menyebutkan dari pada
“tanah.” Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an nyata-nyata berselisihan antara yang satu
dengan yang lain.
BM: Ya,
nampaknya memang demikian. Saya tidak akan mengecewakan saudara. Teruskan
pertanyaan saudara.
AW: Kami
ingin bertanya; yang manakah yang benar tentang asal kejadian manusia itu.
Apakah dari tanah yang dibakar, apakah dari tanah kering dan lumpur, atau dari
pada tanah biasa, atau dari tanah liatkah?. Jadi menurut pendapat saya,
ayat-ayat Al-Qur’an terdapat perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang
lain. Bukan ayat-ayat Injil atau di Bibel saja terdapat perselisihan. Kiranya
Bapak bisa menerangkan dengan jelas dan tepat.
BM: Di kitab
Al-Qur’an ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh)
macam kejadian. Agar diketahui juga oleh saudara-saudara yang hadir disini,
saya sebutkan susunan ayat-ayatnya satu demi satu, sebagaimana yang saudara
bacakan artinya tadi.
1. Di Surat
Ar Rahman ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah
yang dibakar).” Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah:
Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.
2. Di ayat
itu disebutkan juga kata “Fakhkhar,” yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau
Carbonium.
3. Di surat
Al Hijr, ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat;
sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah
kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).” . Di ayat ini. Tersebut juga
“shal-shal,” telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut
ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.
4. Di surat
As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada ‘tanah’.”
Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau
Hidrogenium.
5. Di Surat
Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada
Tanah Liat.” Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah
“Zat besi” atau ferrum.
6. Di Surat
Ali Imran ayat 59: “Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah kemudian Allah
berfirman kepadanya ‘jadilah engkau,’ lalu berbentuk manusia.” Yang dimaksud
dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang
terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis.”
7. Di surat
Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu
Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku).”
Ketujuh ayat
Al-Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya
Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga
manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani). Sebagaimana disebutkan pada
ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat
didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi
setelah melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni Carbonium (zat
arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” yaitu
Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air). Jelasnya adalah
persenyawaan antara: Fachchar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman
ayat 14. Shalshal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat
14. Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28. Thien
(Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7. Kemudian bersenyawa
dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan, yang disebut
“laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses
persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang
disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59. Salah satu
diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium,” yang
banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat
Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses
hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya
“Proteinisasi,” menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi.”
Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron
cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud”
atau Causa Formatis. Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai
kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan
mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa
badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung
telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat
menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam).
Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu
pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu
Metafisika. Cukup jelas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara sangka berselisih
antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam hal kejadian manusia (Adam), pada
hakikatnya bukanlah berselisih, melainkan menunjukkan proses asal kejadian
tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible), sampai
berujud manusia. Apakah belum jelas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang saya
sampaikan pada saudara? Kalau ada waktu saya akan terangkan juga proses asal
kejadian tubuh rohani dari segi ilmu metafisika.
AW: Sangat
jelas, malah betul-betul ilmiah dan saya tidak mengira sekali bahwa ayat-ayat
Al-Qur’an itu mengandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mengenai kesanggupan
bapak yang akan menerangkan atau menguraikan proses asal kejadian tubuh rohani
manusia itu, betul-betul menarik. Tetapi saya mohon diberi waktu yang khusus.
BM: Baiklah
sekarang kita lanjutkan: Tentunya saudara pernah membaca biografi Nabi
Muhammad. Beliau tidak tahu tulis baca, tidak pernah belajar ilmu kepada
siapapun, tidak pernah berguru dan belum pernah sama sekali bergaul dengan
orang pandai.
AW: Ya, saya
pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Nah, kalau Nabi Muhammad seorang yang
buta huruf, tidak pernah belajar ilmu, maka dari siapakah atau dari manakah
beliau mengetahui tentang kejadian manusia secara ilmiah yang pada zaman ini
dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW menerangkan tentang asal
kejadian manusia dari segi ilmu urai (Anatomi), Ilmu Kimia, Ilmu hayat
(biologi), dan dari segi ilmu alam sampai kepada rohaniahnya.
BM: Maka
dari manakah beliau belajar ilmu urai, kepada siapakah beliau belajar ilmu
kimia, ilmu hayat, ilmu alam dan soal-soal kerohanian, kalau bukan wahyu dari
tuhan Allah SWT. Dan tidak mungkin beliau menerima wahyu dari Allah sekiranya
beliau bukan seorang Nabi dan Rasul.
AW: Tetapi
ada juga orang yang tidak pernah belajar dan bersekolah, buta huruf, tetapi
menjadi orang-orang besar.
BM: Coba
saudara sebutkan nama-nama orang yang tidak pernah belajar (buta huruf), lalu
mengaku jadi Nabi dan menerima wahyu, dan berhasil membentuk suatu masyarakat
dan negara yang mengagumkan para ahli sejarah dan mempunyai pengikut beratus
juta manusia setiap masa dan zaman. Sebutkan nama orang yang saudara maksudkan
itu.
AW: Ya,
tidak ada.
BM: Memang
tidak ada, baiklah saya tanyakan, kalau saudara berpegang dengan keterangan
saudara bahwa Nabi Muhammad itu bukan Nabi dan Rasul, karena ada juga orang
yang buta huruf menjadi orang besar, maka kalau Yesus itu anak Tuhan, karena
dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati, dilahirkan tanpa
Ayah dan dipenuhi juga dengan ruhul kudus, maka selain Yesus terdapat juga
orang lahir tanpa Bapak, dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang
mati sebagaimana tersebut dalam kitab Injil. Kisah Rasul pasal 6 ayat 5, pasal
5 ayat 31; Kitab Raja-raja kedua pasal 13 ayat 21; Matius pasal 5 ayat 9; Kitab
Raja-raja kedua pasal 5 ayat 10 mengapa mereka itu tidak Tuhan juga, mengapa
kepada Nabi Muhammad saudara berkeberatan untuk mengakui beliau sebagai seorang
Nabi dan Rasul, sedangkan kepada Yesus saudara tidak Berkeberatan mengakuinya
sebagai Tuhan, padahal kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh Yesus, orang
lain dapat juga melakukannya.
AW: Baiklah
kalau begitu.
BM: Baik
yang bagaimana yang saudara maksudkan.
AW:
Keterangan-keterangan bapak adalah baik dan memuaskan saya dan saya diberi
waktu untuk menentukan keputusan saya sampai besok malam atau malam pertemuan
berikutnya.
BM: Baiklah
saya serahkan sepenuhnya atas pertimbangan saudara, Kami tidak berhak memaksa
saudara, atau mempengaruhi saudara. Kita hanya bermusyawarah dan bersoal jawab
tentang hasilnya terserah atas pertimbangan masing-masing.
AW: Baiklah
kita lanjutkan Besok Malam.
MALAM KETUJUH
Kaitkata:alquran, Bapa, bible, dosa, Islam,
kontradiksi, kristen, nabi Muhammad, penebus, Roh suci, salib, TRINITAS, yesus
Allah
‘Mengakui
Nabi Muhammad SAW Utusan Allah’
BM: Sesudah
saya terangkan pada saudara tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan
tentang proses asal kejadian manusia yang saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin
malam itu, apakah terdapat pertentangan? Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan
menyampaikan sebagaimana saudara sangka semula?
AW: Tidak
ada, Bapak telah menerangkan dari segi Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya
mempercayainya.
BM: Jadi
Nabi Muhammad Benar, tidak kelirukah penyampaiannya.
AW: Tidak
keliru, malah benar.
BM: Jadi
saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah.
AW: Saya
mengakui, karena beliau benar.
BM: Terima
kasih, Saudara-saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan saudara
Antonius sendiri atas ke Rasulannya Nabi Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan
dengan kesadarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi. Betulkah
saudara mengakui kerasulannya Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu
utusan Allah.
AW: Betul,
dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.
BM:
Alhamdulillah, saudara Antonius sudah 50% Islam. Saya katakan 50% Islam oleh
karena hanya mengerti dan mempercayai atas kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih
tinggal 50% lagi, oleh karena Saudara belum meyakinkan atas ke Esaan Tuhan yang
Maha Tunggal.
AW: Ya,
betul begitu. Keyakinan saya terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan
Ruhul Kudus) masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan
Kitab Bibel yang tak dapat saya membantahnya. Akan tetapi dengan
keterangan-keterangan bapak saya mulai ragu-ragu terhadap Trinitas itu.
Sungguhpun begitu, apakah bapak masih bersedia lagi memberikan
keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam kitab Bibel yang menyebutkan bahwa
Yesus itu bukan Tuhan.
BM: Sebetulnya
pada pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan kitab Injil
sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam
Matius pasal 1 ayat 16; Markus pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33;
Ulangan pasal 6 ayat 4; Markus pasal 12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita
baca. Tetapi demi untuk memenuhi pengharapan saudara agar lebih meyakinkan,
saya lanjutkan lagi. Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di
sini disebutkan: “Maka Yesuspun penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden,
lalu Roh itu membawa Dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai
Iblis. Selama itu suatu apapun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia
merasa lapar.”
BM: 1. Di
ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara. Kalau
Yesus itu tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapapun juga.
2. Di ayat
ini menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai oleh
Iblis atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan.
3. Di ayat
inipun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar?
Kalau begitu
sifat-sifat Yesus itu sama saja dengan sifat manusia biasa; bisa dibawa, bisa
dicobai iblis dan merasa lapar. Periksa lagi Matius pasal 4 ayat 5.
AW: Baik, di
situ menyebutkan: “Kemudian dari pada itu Iblis itupun membawa Yesus ke negeri
suci, lalu ditaruhnya Dia di atas bumbung bait Allah.”
BM: Di ayat
ini ada menyebutkan bahwa Yesus dibawa oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh
Iblis. Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana,
kesuatu tempat. pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan. Periksa lagi Matius
pasal 27 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di
situ menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang
tua-tua kaum pun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan Dia. Maka
diikatnya Dia serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil
pemerintah.”
BM: Di ayat
ini menyebutkan bahwa Yesus diikat; pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia.
Kalau begitu dimanakah kekuatan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya
kepada manusia? Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.
AW: Baik, di
situ menyebutkan: “Apabila genap delapan hari, Ia bersunat, lalu disebut
namanya Yesus.”
BM: Wajarkah
Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat?
AW: Apakah
ada keterangan yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar-benar anak manusia bukan
anak Tuhan?.
BM: Silahkan
buka Matius pasal 26 ayat 2.
AW: Baik,
disitu menyebutkan bahwa: “Anak manusia akan diserahkan supayadisalibkan.”
BM: Yang
dimaksud anak manusia di situ Yesus. Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak
Tuhan, melainkan anak manusia. Silahkan periksa di Matius pasal 5 ayat 45.
AW: Baik, di
situ menyebutkan bahwa: Supaya kamu menjadi anak Bapamu: … dan seterusnya.
BM: Di sini
menyebutkan bahwa orang-orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan
menjadi anak Tuhan. Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak
Tuhan yang Tunggal, melainkan anak-anak tuhan itu akan bertambah lagi
jumlahnya, berdasarkan kitab Bibel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kita
baca tadi ialah: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu…” Silahkan buka Matius
pasal 7 ayat 21.
AW: Disitu
menyebutkan: “Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru aku Tuhan, Tuhan, akan
masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak
Bapaku yang di sorga.”
BM: Di Bibel
sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang
menyerukan: “Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke
dalam kerajaan sorga. Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan
kepada saudara.
AW: Sudah
Cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya
BM: Minta
yang mana lagi yang saudara maksudkan.
AW: Yang
menyebutkan di kitab Injil bahwa Yesus anak manusia “bukan anak Tuhan.”
BM: Baik,
akan saya penuhi harapan saudara, silahkan saudara periksa di Matius pasal 16
ayat 27.
AW: Di pasal
dan ayat ini ada menyebutkan: “Karena anak manusia datang dengan kemuliaan
Bapanya beserta dengan malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada
tiap-tiap orang menurut perbuatannya.”
BM: Di ayat
ini ada menyebutkan anak manusia, menurut tafsiran saudara, siapakah yang
dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini.
AW: Ya,
tentu Yesus.
BM: Jadi di
kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah “anak manusia”;
bukan anak Tuhan, betulkah atau tidak.
AW: Ya,
betul.
BM: Nah,
kalau betul, mengapa saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?
AW: Yesus
itu Tuhan tapi diserupakan dengan manusia.
BM: Kalau
Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan oleh manusia (Maria). Yesus berupa
manusia karena diperanakkan oleh manusia (Maria). Terlalu janggal kalau manusia
(Maria) memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu
pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh
manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract
Wetenschap) menerimanya?
AW: Ya,
memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.
BM: Bukan
itu saja, malah di kitab Injil saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia
bukan anak Tuhan, melainkan Utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan
ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.
AW: Betul,
telah bapak sebutkan. Tetapi saya minta di ulangi lagi ayatnya, oleh karena
saya agak lupa susunannya.
BM: Silahkan
periksa di Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Di pasal
dan ayat ini menyebutkan: “Suatupun tiada aku dapat berbuat menurut kehendak
sendiri, melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman
itu adil adanya; karenanya bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan
kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”
BM: Ayat ini
tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan
Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak
berbuat menurut kehendak Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat
sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus) menjadi utusan.
AW: Ya, saya
mengaku; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.
BM: Demi
kepuasan saudara silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, di
pasal dan ayat ini menyebutkan: “Seorangpun tidak naik ke surga, kecuali Ia
yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia.”
BM:
Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang saya tunjukkan dan saudara sendiri yang
memeriksa dan membacanya itu, maka sekali lagi saya bertanya: “Anak manusiakah
Yesus itu atau anak tuhan”?.
AW: Ya,
berdasarkan ayat-ayat tersebut saya berkata: “Yesus adalah anak manusia.”
BM: Di ayat
yang saudara baca tapi, Matius pasal 16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus
itu anak manusia, juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut
perbuatannya. Betulkah begitu? silahkan periksa kembali.
AW: Ya,
betul di ayat itu ada menyebutkan.
BM: Menurut
susunan ayat tersebut, jelas: “Menolak adanya dosa waris,” berdasarkan ayat
tersebut setiap orang akan dibalas menurut perbuatannya masing-masing, jadi
tidak ada penebus dosa.
AW: Ya,
tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui
“tidak ada dosa waris.”
BM: Betul,
sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi
keterangan yang lalu.
AW: Sudah
cukup jelas keterangan Bapak.
BM: Jelas
bagaimana?
AW:
Berdasarkan ayat-ayat Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan
anak manusia. Dan berdasarkan kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri
mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan “pesuruh (Utusan) Tuhan”
BM:
Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaimanakah kepercayaan saudara sekarang terhadap
“Trinitas” (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus).
AW: Dengan
sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.
BM:
Alhamdulillah, jadi saudara mengakui bahwa Tuhan itu TUNGGAL.
AW: Sebelum
itu saya ingin menyampaikan pertanyaan.
BM: Baik,
tetapi saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang
hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa:
Pertama,
Saudara telah membenarkan kitab Al-Qur’an. Beberapa ayat Al-Qur’an yang saudara
kemukakan yang pada mulanya oleh saudara dianggap berselisih antara satu ayat
dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu saudara
akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakikatnya tidak ada perselisihannya antara
yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan saudara.
AW: Ya,
betul begitu.
BM: Kedua,
Pada pertemuan yang lalu saudara telah mengakui kebenaran nabi Muhammad SAW
selaku Utusan Tuhan, betulkah demikian?
AW: Ya,
betul saya telah mengakuinya.
BM: Ketiga,
Saudara telah membenarkan bahwa ayat-ayat di kitab Injil (Bibel) terdapat
beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana
telah saya tunjukkan ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan
saudara itu.
AW: Ya, saya
mengakui. Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang
ayat-ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain,
demi kepuasan bagi saya, walaupun sebenarnya keterangan bapak saya pandang
cukup memuaskan. Tetapi mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya
ke perasaan saya.
BM: Baiklah,
saya penuhi pengharapan saudara, silahkan saudara periksa kitab Yahya pasal 8
ayat 14.
AW: Baik,
dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku
sendiripun, benar juga kesaksian itu.”
BM: Silahkan
periksa lagi Yahya 5 ayat 31.
AW: Baik, di
pasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka
kesaksianku tidak benar.”
BM: Nah,
saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini. Di satu ayat
menyebutkan: “Kesaksianku benar,” sedangkan di ayat lain menyebutkan
“Kesaksianku tidak benar.” Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci.
Dan yang berbicara adalah seorang. Manakah yang benar antara dua ayat ini.
Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang
satu dengan yang lain.
AW: Ya, saya
akui memang tidak cocok.
BM: Bukan
saja tidak cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.
AW: Tetapi
mungkin salah satu dari ayat tersebut salah cetak.
BM:
Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat; tetapi di kitab ini tidak disebutkan
apa-apa.
AW: Bibel
ini berbahasa Indonesia, permisi sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang
berbahasa Inggris.
BM: Itu
lebih baik, sayakah yang akan memeriksa ataukah saudara?
AW: Oleh
karena bapak banyak hafal ayat-ayat Bibel maka saya serahkan agar bapak saja
memeriksanya, supaya lebih cepat.
BM: Baiklah;
harap saudara memperhatikan juga saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya
pegang ini adalah Bibel berbahasa Inggris ialah “The Holy Bible,” “Containing
the Old and New Testaments (American Bible Society).” Saya serahkan kitab ini
kepada saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk
diteliti bersama.
AW: Baik,
saya terima kitab Bibel yang berbahasa Inggris.
BM: Silahkan
saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.
AW: Baik,
dihalaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat 14 disini ada menyebutkan: “THOUGH I
BEAR RECORD OF MY SELF, YET MY RECORD IS TRUE.”
BM: Kalau
susunan ayat ini kita salin kedalam bahasa Indonesia, adalah demikian: “Jikalau
aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu.”
Betulkah begitu artinya?
AW: Ya,
betul begitu.
BM: Jadi
sama artinya dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14,
harap saudara cocokkan dulu.
AW: Betul,
artinya sama kuatnya
BM: Sekarang
silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 31.
AW: Disini
menyebutkan: “IF BEAR WITNES OF MYSELF, MY WITNES IS NOT TRUE.”
BM: Ayat ini
kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia akan demikian: “Jikalau aku
menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku itu tiada benar.” Betulkah
begitu?.
AW: Ya,
benar
BM: Silahkan
saudara periksa lebih teliti lagi di kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di
satu ayat menyebutkan “IS TRUE,” adalah benar, sedangkan di ayat lain
menyebutkan “IS NOT TRUE,” adalah tidak benar.
AW: Ya,
memang berbeda
BM: Kalau
begitu, di Injil yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak
ada perbedaan arti dan maksudnya?
AW: Betul
Demikian.
BM: Jadi
tidak salah cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu. Kalau betul
kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat-ayatnya akan berselisih
antara yang satu dengan yang lain. Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan
manusia.
AW: Menurut
pendapat saya, dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut,
lalu kemudian diganti dengan ayat yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus
diganti dengan ayat yang lain (yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat
Al-Qur’an terdapat apa yang disebut “Nasich dan Mansuch” ialah satu ayat
terhapus hukumnya, lalu diganti dengan ayat yang lain (hukum yang baru).
BM: Di dalam
Al-Qur’an terdapat “Nasich dan Mansuch” ada disebutkan ayatnya tetapi di kitab
Injil sama sekali tidak disebutkan.
AW:
Dimanakah di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch
itu
BM:
Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada saudara, oleh karena dari
saudaralah timbulnya ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan tetapi sekalipun demikian
saya tunjukkan, ialah di surat Al Baqarah ayat 106. Susunan ayat itu ada ulama
yang menafsirkan tentang adanya “Nasich dan Mansuch.” Sebagian lagi ada yang
menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya
Nasich-Mansuch. Kalau saudara memerlukan, akan saya terangkan tafsirnya ayat
tersebut.
AW: Hal itu,
baiklah kita tangguhkan dulu. Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang
tadi, saya berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan
ayat lain, sehingga nampaknya ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal.
BM:
Silahkan, saudara berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kita ini.
AW: Saya
sebutkan misal: Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda diwaktu
malam diharuskan memakai lampu. Kemudian datang lagi peraturan tidak boleh
pakai lampu, karena ada peperangan misalnya. Disini ada dua peraturan, yang
pertama: “Diharuskan memakai lampu.” sedang yang kedua “Dilarang.” Dua perintah
itu, yang terpakai adalah yang kemudian. Demikian juga dua ayat di Bibel tadi
tidak berlawanan, melainkan salah satu diantaranya sudah tidak berlaku lagi
(dicabut). Ini menurut pendapat saya.
BM: Baiklah,
tetapi tentunya saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti,
mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian ayat sekian,
tahun sekian dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya. Akan
tetapi dua ayat di Bibel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti, dengan
lain kata dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Tidak
ada penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.
PERTEMUAN YANG KEDELAPAN
Kaitkata:alquran, Bapa, bible, dosa, Islam,
kontradiksi, kristen, penebus, perselisihan, Roh suci, salib,
TRINITAS, yesus
Allah
‘Perselisihan
Ayat-ayat Dalam Bibel’
BM: Pada
pertemuan kemarin malam saya telah terangkan ayat yang berlawanan dalam Bibel.
Pada pertemuan sekarang apakah masih ada pertanyaan saudara yang akan
disampaikan kepada saya.
AW: Kalau
masih ada ayat-ayat dalam Bibel yang berlawanan antara satu ayat dengan yang
lain, saya minta diterangkan untuk menambah keyakinan saya sampai dimanakah
kesucian kitab Bibel itu ada dicampuri oleh tangan manusia.
BM: Kemarin
malam saudara mengakui sudah puas. Apakah tidak lebih baik, kita bicarakan saja
pasal-pasal yang saudara pandang terpenting.
AW: Ya,
tetapi keterangan bapak mengenai ayat-ayat yang berlawanan di kitab Bibel itu
baru sedikit membuka hati saya. Karena itulah saya bawa lagi kitab Bibel ini.
BM: Baiklah,
saya akan tunjukkan, demi kepuasan saudara.
AW: Terima
kasih. Harapan, Bapak sudi tunjukkan lagi bukti-bukti ayat-ayat yang
berlawanan. Saya ingin mengetahui lebih banyak lagi.
BM: Silahkan
saudara periksa di Yahya pasal 1 ayat 18.
AW: Dipasal
dan ayat ini menyebutkan: “Maka Allah belum pernah dilihat oleh seorang juapun,
tetapi Anak yang tunggal yang diatas pengakuan Bapa, ialah yang sudah
menyatakan Dia.”
BM:
Bagaimanakah menurut tafsiran saudara susunan ayat ini.
AW: Ayat ini
menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah dilihat oleh siapapun juga, melainkan
hanya Yesus saja yang pernah melihatnya.
BM: Kalau
begitu silahkan saudara periksa di kitab Kejadian pasal 18 ayat 1.
AW: Disini
menyebutkan: “Hatta, maka kemudian dari pada itu kelihatanlah Tuhan kepada
Ibrahim hampir dengan pohon jati mamre tatkala duduklah di pintu kemahnya
ketika hari panas.”
BM: Nah,
disini saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini, di satu ayat
menyebutkan Tuhan hanya dinyatakan oleh Yesus saja, tidak seorang juapun
melihatnya. Sedang di ayat yang lain ada menyebutkan bahwa Ibrahim juga melihat
Tuhan. Bukankah dua ayat ini berlawanan. Yang manakah yang benar di dua ayat
ini.
AW: Ya, saya
mengakui memang tidak cocok.
BM: Saya
lanjutkan. Silahkan periksa lagi di kitab: “Kejadian pasal 32 ayat 30.”
AW: Ya, di
sini menyebutkan: “Maka dinamai oleh Yakub akan tempat itu Peniel karena
katanya: ‘Sudah kulihat Allah muka dengan muka, maka nyawaku selamatlah.’”
BM: Perhatikan:
di satu ayat menyebutkan, tidak seorangpun melihat Tuhan, melainkan Yesus. Di
ayat yang lain menyebutkan bahwa Ibrahim melihat Tuhan. Di ayat yang lain lagi
ada menyebutkan Yakub melihat Tuhan malah bertemu muka dengan muka. Yang
manakah yang benar diantara tiga ayat tersebut? Mustahillah benar semuanya,
karena jelas sekali susunan ayatnya yang nyata-nyata mengandung ayat yang
berselisih antara yang baru dengan yang lain. Kalau dikatakan salah satu dari
pada ayat-ayat itu yang benar, maka yang dua ayat tentunya salah semuanya.
Pantaskah suatu kitab suci mengandung ayat yang salah? Dan kalau dikatakan
salah semuanya, maka apakah kitab itu dapat dipertahankan kesuciannya, kalau
ayat-ayatnya terdapat berlawanan.
AW: Ya, saya
mengakui ayat-ayat tersebut tidak cocok antara yang satu dengan yang lain.
BM:
Pengakuan saudara itu memang penting, tetapi lebih utama kalau diikuti dengan
kesadaran.
AW: Saya
harap tunjukkan lagi ayat-ayat di kitab Injil yang berselisih.
BM: Baiklah,
silahkan periksa di kitab Samuel yang ke-II pasal 8 ayat 9, 10.
AW: Di pasal
dan ayat ini menyebutkan: “Bermula, maka setelah kedengaranlah kabar kepada
TOI, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar
Ezar, disuruhkan TOI akan YORAM anaknya menghadap raja Daud akan bertanyakan
selamat baginda dan menyampaikan berkat selamat kepada baginda …”
BM: Cukup
dibaca sampai disitu, bagaimana menurut pendapat saudara maksud ayat itu,
siapakah nama raja Hamat?
AW: Menurut
ayat ini, raja Hamat bernama “Toi”
BM: Sekarang
silahkan periksa Kitab Tawarikh yang pertama, pasal 18 ayat 9.
AW: Di sini
menyebutkan: “Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat,
mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba
itu.”
BM: Di ayat
ini siapakah nama raja Hamat.
AW: Menurut
ayat ini, nama raja Hamat ialah “Tohu.”
BM: Nah,
perhatikanlah: disuatu ayat menyebutkan nama Raja Hamat ialah “Toi” sedangkan
di ayat lain menyebutkan “Tohu.” Yang manakah namanya benar Tohukah atau Toi.
AW: Ya,
namanya memang berselisih. Akan tetapi hanya selisih tentang nama saja. Jadi
hanya perselisihan yang kecil saja.
BM: Kalau
kesalahan dari manusia biasa, tentu kita tidak keberatan, akan tetapi ini
adalah kesalahan “Wahyu” atau “Ilham.”
AW: Betul
juga pendapat bapak, Ini adalah kesalahan wahyu atau ilham. Mustahil wahyu atau
ilham dari Tuhan terdapat kesalahan walaupun kesalahan yang sedikit dan
sekecil-kecilnya. (pada halaman ini terdapat footnote: Al Kitab edisi 1994,
kata Tohu diganti Tou. Mungkin pada tahun berikutnya kata Tou akan diganti
dengan Toi)
BM: Bukan
itu saja, Silahkan periksa lagi kitab Samuel yang kedua pasal 8 ayat 9 dan 10.
AW: Di sini
menyebutkan: “Bermula, maka setelah kedengaranlah kabar kepada TOI, raja Hamat,
mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan
TOI akan YORAM anaknya menghadap raja Daud …”
BM: Cukup
dibaca sampai disitu dulu, di ayat itu ada tersebut seseorang bernama Yoram,
siapakah Yoram menurut ayat tersebut?
AW: Menurut
ayat tersebut Yoram itu anaknya Toi, raja Hamat.
BM: Betul,
sekarang lanjutkan periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 18 ayat 9 dan
10.
AW: Di sini
ada menyebutkan: “Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat,
mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu.
Disuruhnyalah Hadoram puteranya pergi menghadap baginda raja Daud …”
BM: Cukup
dibaca sampai disitu. Di ayat itu ada disebutkan seorang bernama Hadoram,
Siapakah Hadoram itu menurut susunan ayat tersebut?.
AW: Menurut
susunan ayat tersebut orang yang bernama Hadoram itu adalah anak Tohu, raja
Hamat.
BM:
Buktikan, di satu ayat menyebutkan bahwa Yoram itu anaknya Toi, sedangkan di
ayat lain menyebutkan anaknya Toi itu bukan Yoram, melainkan Hadoram.
AW: Saya
tidak tahu
BM: Saya
bertanya bukan tentang tahu atau tidaknya, melainkan tentang kebenaran di dua
ayat itu.
AW: Saya
tidak tahu yang mana yang benar.
BM: Bukan
saudara saja yang tidak mengetahui kebenarannya, malah yang menulis ayat itupun
tidak bisa menunjukkan yang tepat tentang kebenarannya nama anaknya Toi itu;
padahal yang dinamakan kitab suci pasti benar isinya, bersih dari segala macam
kesalahan, sampai kepada kesalahan yang sekecil-kecilnya, sesuai dengan
pengakuan saudara tadi.
AW: Mestinya
begitu.
BM: Tetapi
kenyataannya tidak begitu. Buktinya, silahkan saudara periksa lagi di Kitab
Samuel ke II pasal 8 ayat 8.
AW: Baik, di
pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka dari dalam Betach dan dari dalam Berotai,
dua buah negeri Hadar Ezar, diambil raja Daud akan banyak Tembaga.”
BM: Bagaimana
maksud ayat ini menurut tafsiran saudara?
AW:
Maksudnya ialah raja Daud mengambil banyak tembaga dari dua tempat bernama
Betach dan Berotai.
BM: Silahkan
periksa di Kitab Tawarich yang pertama pasal 18 ayat 8.
AW: Baik
disini ada menyebutkan: “Maka dari dalam Tibchat dan dari dalam Chun, negeri
Hadar Ezar itu diambil Daud amat banyak tembaga.”
BM: Buktikan
di satu ayat menyebutkan dua tempat yang diambil tembaganya oleh Daud ialah
Betach dan Berotai, sedangkan di ayat lain menyebutkan dua tempat itu ialah
Tibchat dan Chun. Di dua ayat itu tempat manakah yang sebenarnya diambil
tembaganya oleh Daud. Kalau betul kitab Injil itu mestinya suci dari pada
kesalahan dan perselisihan atau berlawanan tentang ayat-ayatnya.
AW: Betul,
dua ayat ini memang tidak cocok, yang satu dengan yang lain bertentangan.
BM: Apakah
saudara masih memerlukan lagi ayat-ayat yang berlawanan didalam Bibel.
AW: Saya
merasa beruntung kalau bapak masih bersedia menunjukkan demi untuk meningkatkan
kesadaran saya.
BM: Baiklah
saya ikuti kehendak saudara. Silahkan periksa lagi di Kitab Raja-raja kedua
pasal 8 ayat 26.
AW: Baik,
dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Adapun umur raja Ahazia pada masa ia naik
raja itu dua puluh dua tahun, maka kerajaanlah ia Jerusalem setahun lamanya,
adapun nama bunda-bunda baginda itu Atalia anak Omri raja orang Israil.”
BM: Menurut
susunan ayat ini, berapakah umur raja Ahazia pada waktu ia menjadi raja.
AW:
Berdasarkan ayat ini diwaktu umur 22 tahun.
BM: Silahkan
saudara periksa lagi di Kitab Tawarikh ke II pasal 22 ayat 2.
AW: Di pasal
dan ayat ini menyebutkan: “Adapun pada masa ia naik raja itu empat puluh dua
tahun, dan kerajaanlah ia di Jerusalem setahun lamanya, maka nama bunda baginda
itu Atalia anak Omri.”
BM: Di ayat
ini menyebutkan berapakah umur Ahazia diwaktu menjadi raja?
AW: Di ayat
ini menyebutkan diwaktu berumur 42 tahun.
BM: Nah Di
dua ayat ini yang manakah yang benar, diwaktu berumur 22 tahunkah atau berumur
42 tahun. Di satu ayat menyebutkan Ahazia menjadi raja di waktu berumur 22
tahun, dan di ayat yang lain menyebutkan pada waktu berumur 42 tahun. Bukankah
ini menunjukkan perselisihan yang menyolok sekali di kitab Injil yang dikatakan
suci itu.
AW: Ya,
perselisihan di dua ayat ini tak dapat dipungkiri lagi.
BM: Supaya
makin bertambah tak dapat dipungkiri lagi oleh saudara tentang ayat-ayat yang
berlawanan di kitab Bibel itu. Silahkan saudara periksa lagi di kitab Raja-raja
II pasal 24 ayat 8.
AW: Baik,
disini ada menyebutkan: “Jojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas
tahun, maka kerajaanlah ia di Jerusalem tiga tahun lamanya dan nama bunda
baginda itu Nehusta anak Elmatan dari Jerusalem.”
BM: Siapakah
nama raja di ayat ini?
AW: Namanya
Jojachin.
BM: Silahkan
saudara periksa di Kitab Tawarikh yang kedua pasal 36 ayat 9.
AW: Di sini
ada menyebutkan: “Adapun umur Jehojachin pada masa ia naik raja itu delapan
belas tahun, maka kerajaanlah ia di Jerusalem tiga bulan dan sepuluh hari
lamanya, maka diperbuatnya barang yang jahat kepada pemandangan Tuhan.”
BM: Buktikan
perselisihan yang menyolok pada dua ayat ini; di satu ayat menyebutkan Jojachin
dan di ayat yang lain menyebutkan Jehojachin. Selanjutnya di satu ayat
menyebutkan kerajaan Jojachin di Jerusalem tiga tahun lamanya dan di ayat yang
lain menyebutkan 3 bulan 10 hari. Yang manakah yang benar di dua ayat ini,
Jojachinkah atau Jehojachin, dan kerajaan Jerusalem selama 3 tahunkah atau 3
bulan 10 hari? Harap saudara periksa lagi dengan teliti susunan dua ayat yang
saudara baca tadi.
AW: Betul,
memang tidak cocok antara dua ayat ini. (Catatan kaki: Al Kitab yang
diterbitkan tahun 1994, Kata “Yehoyakhin” diganti dengan “Yoyakhin” dan di
Alkitab edisi tahun 1994, kata “tiga tahun” diganti “tiga bulan.”)
BM: Aneh,
lagi-lagi tidak cocok dan memang tidak cocok.
AW: Memang
mustahil di kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu
dengan yang lain.
BM: Supaya
lebih nyata kemustahilannya, teruskan saudara periksa di kitab Saul yang kedua
pasal 23 ayat 8.
AW: Di ayat
ini tersusun sebagai berikut: “Bermula, maka inikah nama segala pahlawan yang
mengiringi Daud, Josech Basjebet bin Tachkemoni, kepala segala penghulu iapun
bergelar penyucuk dan penikam lembing, sebab ditikamnya akan kedelapan ratus
orang dalam sekali saja berperang.”
BM:
Berdasarkan ayat ini saya ingin bertanya pada saudara siapakah nama pahlawan
yang mengiringi Daud menurut ayat ini?
AW: Namanya
Josech Basjebet bin Tachkemoni.
BM: Menjabat
apakah ia?
AW: Kepala
segala penghulu
BM: Berapa
orangkah yang ditikamnya dalam sekali berperang?
AW: Delapan
ratus orang.
BM: Kalau
begitu, silahkan saudara periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 11 ayat 11.
AW: Di ayat
ini susunan kalimatnya seperti berikut: “Maka inilah bilangan segala pahlawan
yang mengiringi Daud, Yasobam bin Hachmoni, kepala orang tiga puluh, yang
melayangkan lembingnya kepada orang tiga ratus, ditikamnya akan mereka itu
sekalian dalam sekali berperang.”
BM:
Berdasarkan ayat ini saya ingin bertanya pada saudara siapakah nama pahlawan
yang mengiringi Daud menurut ayat ini?
AW: Namanya
Yasobam bin Hachmoni.
BM: Menjabat
apakah ia?
AW: Kepala
dari orang tiga puluh.
BM: Berapa
orangkah yang ditikamnya dalam sekali berperang?
AW: Sebanyak
Tiga ratus orang.
BM: Cocokkan
dua ayat ini antara yang satu dengan yang lain?
AW: Terlalu
tidak cocok malah dalam dua ayat ini terdapat 3 macam selisih yang jelas
sekali.
BM: Memang.
Di satu ayat menyebutkan pahlawan yang mengiringi Daud bernama Josech Basjebet
bin Tachkemoni dan di ayat yang lain bernama Yasobam bin Hachmoni. Di ayat
inipun menyebutkan Kepala orang tiga puluh. Di ayat itupun ada menyebutkan lagi
Menikam 800 (delapan ratus) orang dalam sekali berperang dan di ayat yang lain
menyebutkan menikam 300 (tiga ratus) orang dalam sekali berperang.
AW:
Intermezzo sedikit pak Kyai.
BM: Ya,
boleh intermezzo jenis apa?
AW: Saya
merasa sungguh kagum, karena Bapak Kyai hapal diluar kepala tentang ayat-ayat
Bibel. Padahal kalau tidak salah ayat-ayat dikitab Bibel itu ada ribuan. Dengan
cara bagaimana Bapak menghafalnya.
BM: Lain
waktu saya bisa terangkan pada saudara.
AW:
Menghafalkannya saja tentu amat berat, Yang betul-betul mengherankan saya,
dapat bapak menunjukkan dengan tepat letaknya ayat-ayat di Bibel dan tambah
mengherankan lagi hafalnya ayat-ayat Bibel yang berlawanan antara satu dengan
yang lain. Baik tentang nama-nama suratnya, pasalnya, maupun ayat-ayatnya, kesemuanya
dengan tepat sekali bapak menunjukkannya. Betul saya bertanya; malah diantara
saudara-saudara yang hadir kemarin malam ada yang membisikkan pada telinga
saya, memberikan dorongan supaya menanyakan kepada bapak.
BM: Supaya
tidak banyak makan waktu, saya jawab dengan singkat saja, saya kalau
menghafalkan sesuatu tidak hanya menggunakan alat pancaindera lahir (sensus
exterior) semata-mata, akan tetapi juga alat-alat pancaindera bathin (sensus
interior). Keterangan mengenai soal ini cukup panjang, membutuhkan antara dan
waktu tersendiri. Kalau saudara ada hasrat, lain waktu akan saya jelaskan.
AW: Baiklah
kalu begitu, sekarang kita lanjutkan.
BM: Sebagai
bukti, bahwa alat pancaindera bathin itu dapat menembus, maka saya tembuskan
pandangan bathin saya ke dalam kitab Bibel, untuk saya tunjukkan lagi pada
saudara ayat-ayat di Bibel yang berlawanan.
AW: Terima
kasih.
BM: Silahkan
saudara periksa lagi di kitab Samuel yang kedua pasal 24 ayat 1.
AW: Di pasal
dan ayat ini ada menyebutkan: “Bermula maka kembali pula bangkitlah murka Tuhan
akan orang Israil, diajaknya Daud akan lawan mereka itu katanya: ‘Bilangkanlah
olehmu akan orang Israil dan akan orang Jehuda.’”
BM: Menurut
ayat ini, siapakah yang mengajak Daud membilang dan melawan orang Israil?
AW: Menurut
susunan ayat ini yang mengajak Daud ialah Tuhan.
BM: Betul,
sekarang silahkan saudara periksa di kitab Tawarikh yang pertama pasal 21 ayat
1.
AW: Baik,
dipasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Sebermula, maka pada masa itu,
berbangkitlah syetan akan celaka orang Israil, diajaknya Daud supaya dia
membilang banyak orang Israil.”
BM: Menurut
ayat ini siapakah yang mengajak Daud membilang orang Israil.
AW:
Berdasarkan ayat ini yang mengajak Daud, ialah Syetan.
BM: Nah,
perhatikan; di satu ayat menyebutkan yang mengajak Daud adalah Tuhan. Kemudian
di satu ayat yang lain menyebutkan, yang mengajak Daud adalah Syetan. Yang
manakah yang benar diantara dua ayat ini, Tuhankah atau syetan.
AW: Ya,
betul; ini adalah suatu perselisihan yang menyolok sekali.
BM: Kalau
demikian tentunya saudara dapat membayangkan, apakah Bibel yang sekarang ini
masih tetap dikatakan sucikah atau sudah dicampuri oleh tangan manusia.
AW: Kalau
sudah terang-terangan begini, tentunya sulit untuk dipertahankan kesuciannya.
BM: Apakah
saudara masih belum merasa puas bukti-bukti yang saya tunjukkan tentang
ayat-ayat Bibel yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain itu?
AW: Sudah
cukup jelas.
BM:
Jangankan di kitab suci itu sampai terdapat beberapa ayat yang berlawanan malah
satu ayat saja terdapat ayat yang berselisih dengan ayat lain, sudah cukup
alasan untuk tidak dapatnya dipertahankan dan diyakinkan tentang kesuciannya.
AW: Kalau
begitu kitab Bibel yang dianggap suci oleh penganutnya itu lantas bagaimana?
BM:
Sebetulnya pertanyaan saudara itu harus dijawab oleh saudara sendiri karena
saudara saudara sendiri masih mempunyai kitab itu. Tetapi saya tolong
menjawabnya. Setiap agama mempunyai kitab suci. Akan tetapi kalau di kitab
sucinya itu ternyata terdapat beberapa ayatnya yang berselisih atau berlawanan
dan tidak cocok antara yang satu dengan yang lain, apakah penganut-penganut
agama itu masih berkeyakinan bahwa kitab sucinya itu tetap suci. Padahal yang
dinamai kitab suci adalah wahyu, ilham dari Tuhan. Mustahil sekali kalau wahyu
Tuhan itu tidak cocok. Di satu ayat Tuhan berkata YA lalu di ayat yang lain
lagi menyatakan TIDAK. Di satu ayat Tuhan berkata “A” lalu di ayat lain Tuhan
berkata lagi bukan “A” tetapi “B.” Kalau sampai terjadi demikian, tidak mustahil
bahwa tangan manusia sudah ikut campur di dalamnya.
AW: Betul
begitu, Tetapi maaf. Kalau Bapak tidak berkeberatan, saya minta lagi.
BM: Minta
yang mana lagi yang dimaksudkan oleh saudara?
AW: Minta
satu ayat lagi yang berselisih di Bibel.
BM: Agaknya
saudara akan menguji saya tentang Bibel.
AW: Tidak,
betul-betul tidak. Hanya minta satu saja. Betul-betul saya hanya minta satu
ayat saja lagi.
BM: Saudara
minta satu ayat lagi atau lebih, saya bisa tunjukkan. Tetapi waktunya sudah
jauh malah. Kecuali kalau saudara suka menerima sampai pagi.
AW: Tidak,
betul-betul hanya minta satu ayat lagi. Setelah itu kita lanjutkan pasal-pasal
yang lain. YANG HADIR: Teruskan sampai waktu subuh, kita setuju dan akan tetap
tenang.
BM: Baiklah
saya penuhi pengharapan saudara Antonius. Silahkan saudara periksa di kitab
Samuel yang kedua pasal 10 ayat 18.
AW: Baik, di
pasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Tetapi kemudian, larilah segala orang syam
itu dari hadapan orang Israil, maka daripada orang Syam itu dibinasakan Daud
tujuh ratus ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang berkuda, tambahan pula
dikalahkannya Sobach, panglima perang mereka itu, sehingga matilah ia di sana
…”
BM: Cukup
dibaca sampai disitu dulu, saya akan bertanya pada saudara, di ayat ini ada
berapakah jumlahnya kuda kereta yang dibinasakan oleh Daud.
AW: Di ayat
ini menyebutkan 700 (tujuh ratus) banyaknya yang dibinasakan oleh Daud.
BM: Di ayat
itu juga ada berapakah jumlahnya orang berkuda yang dibinasakan oleh Daud?
AW: Menurut
ayat ini ada 40.000 (empat puluh ribu) orang berkuda yang dibinasakan oleh
Daud.
BM: Dan di
ayat itu juga, siapakah namanya panglima perang yang dibunuh?
AW: Menurut
ayat ini panglima perang yang dibunuh bernama Sobach.
BM: Betulkah
semuanya itu, silahkan periksa lagi.
AW: Betul
demikian jawaban-jawaban saya berdasarkan ayat ini.
BM: Kalau
begitu silahkan saudara periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 19 ayat
18.
AW: Di sini
ada menyebutkan: “Maka larilah segala orang Syam dari hadapan orang Israil,
maka dibinasakan Daud daripada orang Syam itu tujuh ribu ekor kuda kereta, dan
empat puluh ribu orang yang berjalan kaki, tambahan pula dibunuhnya Sofach
panglima perang itu…”
BM: Saya
akan bertanya; Ada berapakah jumlah kuda kereta yang dibinasakan oleh Daud
menurut ayat ini?
AW: Menurut
ayat ini, menyebutkan ada 7000 (tujuh ribu).
BM: Di ayat
ini juga yang dibinasakan oleh Daud apakah 40.000 orang yang berkuda atau
40.000 orang yang berjalan kaki.
AW: Di ayat
ini yang dibinasakan oleh Daud ada menyebutkan 40.000 yang berjalan kaki, bukan
orang berkuda.
BM: Pun di
ayat ini juga, disebutkan siapakah namanya panglima perang, apakah bernama
Sobach-kah atau Sofach?
AW: Di ayat
ini disebutkan bernama Sofach.
BM: Coba
saudara perhatikan dengan seksama perselisihan di dua ayat ini. Satu ayat saja
sudah terdapat 3 macam selisih. Di kitab Samuel yang kedua pasal 10 ayat 18
menyebutkan; yang dibinasakan oleh Daud sebanyak 700 (tujuh ratus) kuda kereta,
sedangkan di kitab Tawarikh yang pertama pasal 19 ayat 18 menyebutkan 7.000
(tujuh ribu) kuda kereta. Yang manakah yang benar di dua ayat itu. Di kitab
Samuel yang kedua itu juga ada menyebutkan 40.000 (empat puluh ribu) orang
berkuda, sedangkan di kitab Tawarikh I, 40.000 orang berjalan kaki. Yang
manakah yang benar, 40.000 orang berkudakah yang dibinasakan oleh Daud atau
40.000 orang berjalan kaki. Di kitab Samuel yang kedua itu juga ada menyebutkan
panglima perangnya bernama Sobach sedangkan dikitab Tawarikh yang pertama
menyebutkan panglimanya bernama Sofach. Yang manakah yang benar, Sobach-kah atau
bernama Sofach?
AW: Sudah
cukup puas; saya sudah menyadari dan saya sudah mulai insyaf.
BM: Mulai
sadar dan insyaf yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Jiwa dan
kesadaran saya mulai terbuka. Besok malam saya akan lukiskan kandungan hati
saya, setelah saya menerima jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan saya yang
lain pada Bapak.
BM: Baiklah
saya persilahkan.
AW: Apakah
sebabnya orang-orang pandai (sarjana) di negeri Barat banyak yang memeluk agama
Kristen? Kalau agama Islam suatu agama yang benar dan ajran-ajarannya sesuai
dengan Ilmu pengetahuan dan modern, tentunya mereka masuk Islam.
BM:
Sebelumnya saya memberikan jawaban, saya akan bertanya, saudara sendiri
termasuk sarjana. Mengapa saudara memeluk (tertarik pada, red) agama Islam?
AW: Ya,
karena hasil diskusi ini yang membawa saya lebih menyelami dan memilih
ajaran-ajaran agama Islam.
BM:
Sekiranya tanpa diskusi yang menghasilkan tambahnya meneliti ajaran-ajaran
Islam, apakah mungkin saudara menjadi pemeluk agama Islam yang sadar?
AW: Menurut
pikiran saya tidak mungkin.
BM:
Orang-orang di negeri barat yang saudara sebut itu sekiranya seperti saudara
pula dalam menganut suatu agama.
AW: Ya,
betul.
BM: Memang
betul, Karena di zaman ini dari mereka ada banyak yang sudah memeluk agama
Islam atas hasil penyelidikan dan penelitian yang mendalam.
AW: Akan
tetapi ada orang-orang Islam yang berpindah agama menjadi pemeluk agama
Kristen.
BM: Dari
manakah saudara ketahui.
AW: Di
negeri kita sendiri. Buktinya dengan bertambahnya pembangunan Gereja, sekolah
Kristen nampaknya sementara senantiasa bertambah jumlahnya.
BM: Apakah
orang-orang Islam yang masuk agama Kristen itu terdiri dari sarjana-sarjana
Islam.
AW: Saya
tidak mengetahuinya, hanya dari kata-kata saja. Akan tetapi saya sendiri sampai
saat ini belum menemukan malah belum mendengar sarjana-sarjana Islam masuk
Kristen.
BM: Kalau
begitu orang-orang Islam di Indonesia yang berpindah agama bukan dari hasil
penelitian; jadi masuknya bukan karena keyakinannya.
AW: Mengapa
bapak berpendapat demikian.
BM: Saudara
membuktikan sendiri bahwa orang-orang Islam di Indonesia ada banyak sekali,
yang miskin, melarat dan menderita dalam hidupnya. Mereka butuh uang, makan,
pakaian dan obat-obatan, Kesempatan ini dipergunakan oleh beberapa orang
penganut Kristen untuk mempengaruhi mereka dengan jalan membagi-bagikan
makanan, pakaian, obat-obatan dan lainnya kalau tidak keliru.
AW: Ya, saya
pernah baca di majalah Kiblat.
BM: Di zaman
ini ada beberapa orang di negeri barat yang mulanya beragama Kristen setelah
menyelidiki dan meneliti ajaran-ajaran Islam, yang menunjukkan kebenaran ajaran
Islam mereka berterusterang berpindah menjadi penganut Islam; mereka itu
golongan sarjana, malah diantaranya terdapat pendeta Kristen yang menjadi
pemeluk agama Islam.
AW: Betul,
saya sendiri pernah membaca di Majalah Kiblat.
BM: Jadi
sudah jelas, bahwa orang-orang di negeri yang beragama Kristen lalu berpindah
menjadi pemeluk Islam disebabkan dari hasil penelitiannya tentang kebenaran
ajaran-ajaran Islam, umumnya orang-orang yang di negeri barat kalau melakukan
sesuatu penelitian dan penyelidikan menggunakan kecerdasan otaknya secara
ilmiah. Mereka menjadi penganut Islam dengan kesadaran dan keyakinannya.
AW: saya
menerima keterangan bapak.
BM:
Sedangkan orang-orang Islam di Indonesia yang berpindah agama menjadi pemeluk
agama Kristen umumnya bukan dari hasil penyelidikan dan penelitiannya yang
tentunya bukan di atas dasar kesadaran dan keyakinannya, melainkan karena perut
lapar, karena hidupnya yang Senin Kamis, butuh makan, uang, pakaian, maupun
obat-obatan. Dengan keterangan saya ini Saudara bisa bandingkan sendiri sebab
musababnya orang-orang Kristen di negeri Barat yang masuk Islam dan orang-orang
Islam di Indonesia yang masuk agama Kristen.
AW: Tetapi
tentu ada juga orang-orang Indonesia yang tidak miskin masuk agama Kristen
BM: Tetapi
tentu itu umumnya bukan berasal dari penganut agama Islam, mungkin dari agama
yang lain lagi. Jadi masih ada yang akan ditanyakan lagi.
AW: Ya,
sedikit, besok malam saja. Sekarang sudah jauh malam.
BM: Baiklah,
besok malam, agar lebih sempurna.
PERTEMUAN YANG KESEMBILAN
Kaitkata:alquran, Bapa, bible, dosa, Islam,
kontradiksi, kristen, penebus, Roh suci, salib, syahadat, TRINITAS, yesus Allah
‘MASUK
ISLAM’
BM:
Pertemuan kita sudah berlangsung beberapa kali dan berjalan lancar. Pada
pertemuan yang sekarang ini, apakah masih ada pertanyaan-pertanyaan saudara
yang akan diajukan.
AW: Sejak
siang tadi, saya telah pikirkan dan pertimbangkan secara mendalam tentang
hasil-hasil pertemuan kita yang menimbulkan kesadaran saya untuk menentukan
pendirian saya agar memilih agama yang mana yang harus saya ikuti.
BM:
Alhamdulillah, kalau saudara sudah dapat menentukan sendiri. Jadi bagaimana
kepercayaan saudara sekarang ini terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, tuhan Anak dan
Ruhul Kudus).
AW: Memang
soal inilah yang sedang saya renungkan sejak tadi siang, oleh karena saya masih
merasa terikat oleh satu “Patokan” yang hingga saat ini belum dapat saya
pecahkan. Padahal keterangan bapak sangat memuaskan sejak semula kita bertemu.
BM:
Sekiranya saudara tidak berkeberatan, cobalah saudara terangkan. Mungkin saya
dapat membantu saudara.
AW: Ialah
soal Trinitas. Soal ini masih berbekas dalam jiwa saya.
BM: Baiklah,
saudara terangkan saja.
AW: Tuhan
Bapak, Tuhan Anak dan Rohul Kudus itu walaupun tersusun dari tiga oknum, tetapi
tetap pada hakekatnya Tunggal juga. Karena yang satu tidak dapat terpisah
dengan yang lain. Persoalan inilah yang masih berbekas dalam keyakinan saya.
Sedangkan soal-soal lain, mengenai ayat-ayat di Bibel, dosa waris, kebenaran
Al-Qur’an, Kebenaran Nabi Muhammad selaku utusan tuhan, teristimewa
perselisihan ayat-ayat di Bibel dan keterangan-keterangan serta
penjelasan-penjelasan bapak yang berdasarkan fakta objektif dan interesant itu
bagi saya sudah beres dan saya menyerah.
BM: Baiklah,
lanjutkan.
AW: Tetapi
soal Trinitas itu masih terlukis saja dalam keyakinan saya. Sehingga belum
dapat secara bulat (ikhlas) bagi saya untuk mengorbankan keyakinan saya begitu
saja tanpa penjelasan-penjelasan yang cukup luas yang sungguh mengatasi
keyakinan saya.
BM: Jadi
yang tiga oknum itu, saudara masih mempercayai bahwa ketiga-tiganya itu adalah
Tuhan semuanya.
AW: Ya,
begitulah, tetapi sudah mulai tipis.
BM: Jadi
Tuhan Bapak itu Tuhan?
AW: Ya.
BM: Tuhan
Anak, Yesus, apakah Tuhan?
AW: Ya.
BM: Apakah
Rohul Kudus juga Tuhan?
AW: YA,
semuanya tiga tetapi tetap satu (tunggal), seperti telah saya terangkan tadi.
Supaya lebih jelas, saya buatkan misal.
BM: Baiklah,
silahkan saudara buatkan misal.
AW: Bapak
sekarang sedang menghisap rokok
BM: Ya
sekarang sedang merokok. Saudara-saudara yang hadir melihat juga. Saya sekarang
sedang merokok.
AW: Rokok
yang bapak isap itu, terdiri dari tiga susunan ialah: Batang Rokoknya, Apinya,
Merah api pada rokok
BM: Ya
betul, teruskan.
AW: Batang
rokok, apinya dan merahnya itu menjadi satu juga walaupun terdiri dari pada 3
susunan, akan tetapi pada hakekatnya satu juga, ialah rokok, ketiganya tidak
dapat terpisah, melainkan berpadu menjadi satu (tunggal). Demikian juga halnya
dengan Trinitas itu.
BM: Misal
atau perumpamaan yang saudara berikan walaupun dianggap benar, tetapi tidak
tepat.
AW: Jadi
bagaimana, saya minta dibantah kalau tidak tepat.
BM: Saya
tidak akan membantah, malah saya hargai pendapat saudara itu. Saya hanya ingin
bertanya mengenai perumpamaan yang saudara kemukakan tadi. Tetapi pertanyaan
saya ini, minta diberi jawaban yang tepat.
AW: Baik,
semoga saya bisa menjawabnya.
BM: Tadi
saudara memberikan perumpamaan tentang rokok dalam hal persamaan dengan
Trinitas.
AW: ya, betul
begitu.
BM: Saya
ingin bertanya, dan saya sekarang sedang merokok. Apakah batang rokok ini,
rokok-kah atau bukan.?
AW: Ya.
Betul batang rokok
BM: Apakah
apinya rokok ini, rokok-kah atau bukan?
AW: Bukan.
BM: Apakah
merahnya api pada rokok ini rokok-kah atau bukan?
AW: Bukan.
BM: Nah,
sekarang saya tanyakan lagi: Apakah Tuhan Bapak itu Tuhan atau Bukan?
AW: Ya,
betul Tuhan.
BM: Apakah
Anak Tuhan (Yesus) itu Tuhankah (Tuhan bapak) atau bukan?
AW: Bukan
BM: Apakah
Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan?
AW: Mestinya bukan juga.
BM: Kalau
saudara mengatapan apinya rokok itu bukannya Rokok dan merahnya rokok ini bukan
rokoknya, maka jelaslah bahwa Yesus itu bukan Tuhan dan Rohul Kuduspun bukan
Tuhan.
AW: Ya,
BM: Kecuali
sekiranya saudara ada menyebutkan: Apinya rokok ini adalah rokok, maka adalah
saudara berkata: Yesus itu adalah Tuhan dan Rohul Kudus itu pun Tuhan juga.
AW: Ya,
betul tepat sekali jawaban bapak.
BM: Sekarang
bagaimana kepercayaan saudara, apakah Yesus itu Tuhan atau bukan.
AW: Bukan!
BM: Apakah
Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan.
AW: Terang
bukan Tuhan!
BM: Kalau
begitu masihkah saudara berkeyakinan terhadap Trinitas.
AW: Sudah
Lenyap!
BM: Kalau
sudah lenyap, lantas bagaimana?
AW: Ya,
keyakinan saya sekarang, hanya ada SATU TUHAN.
BM: Jadi
saudara mempercayai bahwa TUHAN TUNGGAL?
AW:
Seharusnya demikian; saya percaya bahwa Tuhan itu Tunggal, Tidak ada Tuhan yang
lain lagi.
BM: Yang
dimaksudkan Tuhan oleh saudara, apakah Tuhan Allah atau bagaimana?
AW: Tentu
saja Tuhan ALLAH
BM: Pada
pertemuan yang lalu, saudara telah mengaku kebenaran Nabi Muhammad SAW selaku
utusan Allah.
AW: Ya, saya
tidak berdusta
BM: kalau
begitu saudara telah mengakui bahwa: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
Muhammad adalah Utusan Allah.”
AW: Betul,
saya mulai saat ini masuk Islam, menjadi penganut Agama Islam, dan termasuk
ummatnya Nabi muhammad SAW.
HADIRIN
DENGAN SUARA SERENTAK: Alhamdulillah, Alhamdulillah, saudara Antonius sekarang
menjadi saudara kita.
BM: Saudara
yang hadir ikut menyaksikan sendiri, bahwa pada malam ini tangal 18 Maret 1970
jam 10.15 menit malam, saudara Antonius telah masuk Islam.
HADIRIN:
Kami telah menyaksikan.
BM: Saya
minta saudara Antonius membacakan “Kalimah Syahadah,” saya bacakan dulu lalu
saudara diharap mengikutinya menyebutkan pengakuan.
“Asyhadu
Anlaa ilaa ha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.”
Tahukah
saudara artinya?
AW: Ya,
tetapi sebaiknya saya minta dituntun membacanya, pertama-tama bapak, supaya
tidak keliru. “Saya menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah
dan saya mengaku sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Pesuruh Allah.”
BM: Betulkah
saudara-saudara yang hadir?
HADIRIN:
Betul. Cukup, sudah sah Islamnya.
BM: Marilah
kita bersama-sama berdo’a dan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT dan
diharap saudara Antonius dan saudara-saudara yang hadir semuanya mengucapkan
Amien. Setelah doa dibacakan, saya harap saudara-saudara yang hadir berjabatan
tangan dengan saudara Antonius selaku saudara kita yang baru. Apakah nama
saudara Antonius masih ada lanjutannya.?
AW: Nama
saya yang sebenarnya “Antonius Widuri.”
BM: Bolehkah
saya tambah tanpa mengubah nama yang asal (aslinya)?
AW: Ya, saya
setuju.
BM: Saya
tetapkan nama saudara sekarang “Antonius Muslim Widuri.” Jadi ditambah dengan
kata Muslim.
AW: Saya
terima namanya menjadi namanya dan cocok buat saya.
BM:
Saudara-saudara yang hadir tentu sudah mendengar juga tambahan nama ini.
HADIRIN:
Nama itu wajar dan cocok, bagus.
BM:
Bersediakah saudara melakukan Shalat, Puasa, Zakat dan ajaran-ajaran Islam
lainnya?
AW: Selaku
seorang Islam, saya wajib mentaati ajaran-ajaran Islam menurut kemampuan
(kemampuan saya).
BM: Terima
kasih. Apakah saudara ingin memberikan sekedar sambutan atau menyampaikan
beberapa buah kata besok malam, karena ada kawan yang akan mengadakan sekedar
selamatan?
AW: Baiklah,
saya penuhi besok malam.
RIWAYAT
HIDUP KYAI HAJI BAHAUDIN MUDHARY
Lahir di
Sumenep 23 April 1920 dan berpulang ke Rahmatullah 4 Desember 1979 di Surabaya.
Meski ia belum pernah mereguk pendidikan alam pesantren, namun kadar
kebesarannya berangkat dari benih pengaruh kuat ayahandanya –KH. Ahmad Sufhansa
Mudhary– yang ulama dan teman berbincang dari kakaknya alm. K.H. Abdul Hamid
Mudhary, yang sama sekali tidak pernah mengenyam sekolah formal ataupun
Pesantren, kecuali berkhidmat kepada ayahandanya saja. Alhasil, beliaupun mampu
mereguk ilmu keislaman disamping mahir bahasa Arab, Belanda dan Jepang.
Jabatan yang
pernah diembannya antara lain, Komandan Sudanco, Ketua Muhammadiyah, Ketua
Masyumi, Wedana di Bangkalan serta ketua Perserikatan Muslim Tionghoa di Madura
(sekarang PITI).
Almarhum
dalam kesehariannya sangat sederhana lagi bersahaja. Ia juga humoris dengan
petuah yang penuh warna “parigan” (sesemon Madura). Ada pesan menjelang akhir
hayatnya yang hingga kini menjadi pegangan putra dan cucu-cucunya; “Jangan
sesekali meninggalkan sholat, selalu rukun dan memelihara tali silaturahim
serta jangan berebut harta pusaka, usahakan setiap malam sholat lail
(tahajjud).”
Seusai
menamatkan Kweek School Muhammadiyah di Yogjakarta tahun 1940, tokoh ulama jawa
timur ini terus menimba ilmu sambil menekuni buku literatur berbahasa Arab,
Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Cina dan Jepang, teristimewa yang erat
kaitannya dengan filsafat dan kerohanian.
Ulama ahli
metafisika yang memiliki “kasyf” tersebut juga amat terampil memafhumi hampir
seluruh alat musik mulai petik,gesek, tiup sampai tuts piano. Muasal kelangkaan
ilmunya, alhasil orang menyebut “Tera Ta Adamar” (bhs Madura) bermakna
benderang tanpa pelita, lantaran bertumpu pijak yang berkhidmat pada ladang
spiritual terutama ibadah sholat sebagai mi’rajnya kaum muslimin menuju titik
sumbu Rabbul Izzati. Itulah sebabnya hakikat ilmu letaknya bukan di kepala
tetapi di hati.
Semasa
hayatnya diamalkan untuk pendidikan dan dakwah Islamiyah. Tahun 1947 memangku
sebagai Komandan Resimen Hizbullah, dua tahun kemudian mendirikan Yayasan
Pesantren Sumenep. Selama perjuangan fisik bersama-sama rekan-rekannya setahun
lebih meringkuk di Penjara Kalisosok Surabaya. Berikutnya tahun 1954 Ketua
Muhammadiyah cabang Sumenep, Kepala SMA Yayasan Pesantren, mengajar bahasa
Jerman dan Perancis di SMA Sumenep sekitar tahun 1960-1965 serta dosen di IKIP
Negeri dan pernah mendirikan Akademi Metafisika. Hingga akhir hayatnya, selain
mengasuh Pesantren Kepanjin Sumenep juga menjabat Kepala Kantor Departemen
Agama Sumenep, Ketua Umum GUPPI Jawa Timur, Ketua MUI Jawa Timur dan anggota
DPRD Tingkat I Jawa Timur. Banyak buah penanya, senantiasa mewarnai langgam
kehidupan rohaninya yang mapan.
sumber :
Penerbit
Kiblat Centre Jakarta 1981
Versi di
atas ini merupakan kumpulan posting dalam milis
di
lingkungan ISNET yang diposting oleh:
From: Dwi
Santoso <DWIST@ptcpi.com>