Perdana Akhmad,S.PsiPENJELASAN ULAMA TENTANG CARA MERUQYAH:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
- Makna Ruqyah:
Asy-Syaikhul ‘Allamah Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
والرُّقْيَة: القراءة على المريض
“Ruqyah adalah bacaan untuk mengobati orang yang sakit.” [I’aanatul Mustafid, 1/150]
- Beberapa Hadits tentang Cara Meruqyah:
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ عَنْهُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا
“Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam apabila sakit, beliau membacakan untuk dirinya al-mu’awwidzaat (bacaan-bacaan untuk memohon perlindungan kepada Allah) dan meniup dengan sedikit ludah, maka tatkala sakitnya semakin keras akulah yang membacakan untuk beliau dan aku mengusap diri beliau dengan tangan beliau sendiri karena mengharap (kepada Allah) adanya keberkahan tangan beliau.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha juga berkata berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى الْإِنْسَانُ الشَّيْءَ مِنْهُ، أَوْ كَانَتْ بِهِ قَرْحَةٌ أَوْ جُرْحٌ، قَالَ: النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا، وَوَضَعَ سُفْيَانُ سَبَّابَتَهُ بِالْأَرْضِ، ثُمَّ رَفَعَهَا بِسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا
“Bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam apabila seseorang merasakan suatu penyakit, bisul atau luka, maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan jarinya seperti ini –Sufyan (rawi hadits) meletakkan jari telunjuknya ke bumi- kemudian beliau mengangkatnya seraya membaca:
بِسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا
“Bismillaahi turbatu ardhina, bi riyqoti ba’dhina, liyusyfaa bihi saqiimuna, biidzni Robbinaa”
Dengan nama Allah, bahwa tanah bumi kami disertai ludah sebagian kami, agar sembuh dengan sebab itu orang sakit kami, dengan izin Rabb kami.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan ini lafaz Muslim]
An-Nawawi rahimahullah berkata,
وَمَعْنَى الْحَدِيثِ أَنَّهُ يَأْخُذُ مِنْ رِيقِ نَفْسِهِ عَلَى أُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ ثُمَّ يَضَعُهَا عَلَى التُّرَابِ فَيَعْلَقُ بِهَا مِنْهُ شَيْءٌ فَيَمْسَحُ بِهِ عَلَى الْمَوْضِعِ الْجَرِيحِ أَوِ الْعَلِيلِ وَيَقُولُ هَذَا الْكَلَامَ فِي حَالِ الْمَسْحِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Makna hadits: Beliau membasahi jari telunjuknya dengan ludah beliau sendiri, kemudian meletakkan jarinya di atas tanah sehingga menempel sedikit debu tanah tersebut, lalu beliau mengusap bagian tubuh orang yang terluka atau sakit dan membaca doa ini ketika mengusapnya, wallaahu a’lam.” [Syarhu Muslim, 14/184]
Dari Sahabat yang Mulia Tsabit bin Qois bin Syammaas radhiyallahu’anhu, dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ - قَالَ: أَحْمَدُ وَهُوَ مَرِيضٌ - فَقَالَ: «اكْشِفِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ» ثُمَّ أَخَذَ تُرَابًا مِنْ بَطْحَانَ فَجَعَلَهُ فِي قَدَحٍ ثُمَّ نَفَثَ عَلَيْهِ بِمَاءٍ وَصَبَّهُ عَلَيْهِ
“Bahwa beliau menjenguk Tsabit bin Qois –Ahmad berkata: Ketika itu Tsabit bin Qois dalam keadaan sakit- maka beliau bersabda (membaca),
اكْشِفِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ
“Iksyifil ba’sa Robban naasi ‘an Tsabit bin Qois bin Syammaas”
“Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia dari Tsabit bin Qois bin Syammaas.” Kemudian beliau mengambil tanah dari Bathhaan (satu lembah di Madinah), meletakkannya dalam bejana, lalu beliau meniupnya dengan air dan menyiramkannya kepada Tsabit.” [HR. Abu Daud, lihat Fathul Baari, 10/208 dan Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/88 no. 16951]
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata,
وقد ثبت عنه صلى الله عليه وسلم أنه رقى لثابت بن قيس بن شماس في ماء ثم صبه عليه
“Telah tsabit (diriwayatkan dengan sanad yang jayyid) dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau meruqyah Tsabit bin Qois bin Syammaas di air dan menyiramkan air tersebut kepadanya.” [Fatawa Nur ‘alad Darbi, 1/329]
- Mengajari Tauhid dan Cara Meruqyah Diri Sendiri kepada Orang yang Sakit:
Inilah tugas penting seorang yang meruqyah, yaitu mengajari kaum muslimin untuk bertawakkal kepada Allah ta’ala dan memurnikan seluruh ibadah hanya kepada-Nya serta memperingatkan bahaya kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan, kemudian mengajarinya doa-doa untuk meruqyah dirinya sendiri, tidak boleh meminta ruqyah kepada orang lain, karena hal itu dapat mengurangi kesempurnaan tauhid atau bahkan menghilangkan tauhid sama sekali.
Sahabat yang Mulia Utsman bin Abil ‘Ash Ats-Tsaqofi radhiyallahu’anhu berkata,
أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَجَعًا يَجِدُهُ فِى جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“Bahwa beliau pernah mengadu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang rasa sakit di badannya sejak masuk Islam, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepadanya: Letakkan tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit dan bacalah:
بِسْمِ اللَّهِ
“Bismillaah” (Dengan nama Allah) tiga kali.
Lalu baca sebanyak tujuh kali:
أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“A’uudzu billaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru” (Aku berlindung kepada Allah dan kemampuan-Nya dari kejelekan yang aku dapati dan aku khawatirkan).” [HR. Muslim]
- Penjelasan Ulama tentang Cara Meruqyah:
Disebutkan dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,
وهي تكون بالقراءة والنفث على المريض، سواء كان يرقي نفسه أو يرقيه غيره، ومنها قراءة القرآن في الماء للمريض وشربه إياه
“Cara meruqyah adalah dengan membaca dan meniup kepada orang yang sakit, sama saja ketika ia meruqyah dirinya atau meruqyah orang lain, dan diantara caranya adalah membaca Al-Qur’an di air untuk orang sakit dan meminumkan air tersebut kepadanya.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/88 no. 16951]
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata,
فالرقية تكون بالقرآن، وبالدعوات الطيبة على محل الألم، ينفث على محل الألم: في صدره، أو رأسه، أو يده، أو رجله
“Ruqyah dilakukan dengan membacakan Al-Qur’an dan doa-doa yang baik terhadap bagian tubuh yang sakit, seraya meniup bagian yang sakit tersebut, apakah di dadanya, kepalanya, tangannya atau kakinya.” [Fatawa Nur ‘alad Darb, 1/325]
Beliau rahimahullah juga berkata,
الرقية تكون على المريض بالنفث عليه، وتكون في ماء يشربه المريض أو يتروش به
“Meruqyah orang yang sakit adalah dengan meniupnya (setelah membaca), dan boleh juga dengan membaca pada air dan si sakit meminumnya atau mandi dengannya.” [Fatawa Nur ‘alad Darb, 1/329]
Beliau rahimahullah juga berkata,
ولا حرج في القراءة في الماء والزيت في علاج المريض والمسحور والمجنون، ولكن القراءة على المريض بالنفث عليه أولى وأفضل وأكمل
“Tidak mengapa membacakan ruqyah di air dan minyak untuk mengobati orang yang sakit, yang kena sihir atau yang gila, akan tetapi membacakan langsung disertai tiupan kepada orang sakit tersebut lebih utama, lebih afdhal dan lebih sempurna.” [Majmu’ Al-Fatawa, 19/339]
Asy-Syaikh Mubarok bin Muhammad Al-Mili Al-Jazaairi rahimahullah berkata,
وصفة الرقية أن يقرأ القارئ على محل الألم أو على يديه للمسح بهما، أو في ماء ونحوه، وينفث أثر القراءة نفثاً خالياً من البزاق، وإنما هو نفس معه بلل من الريق
“Sifat ruqyah adalah seseorang membacakan ruqyah atas bagian tubuh yang sakit atau atas kedua tangannya untuk kemudian mengusapkannya ke tubuh yang sakit, atau membaca di air dan yang semisalnya, dan setelah membaca langsung meniup ke tubuh yang sakit tanpa meludah, yang keluar hanyalah udara disertai sedikit ludah.” [Risalatusy Syirki wa Mazhohiruhu, hal. 248]