Nuruddin Al Indunissy
20 FAKTOR KEGAGALAN
RUQYAH .
Al Qur'an Al Kareem itu lebih agung daripada sekedar kata penyembuhan,
apalagi penyembuhan alternatif yang saat ini di tuduhkan kepadanya dengan
embel-embel ruqyah syar'iyyah atau cukup ramah dihati muslimin-muslimah
dengan kata ruqyah.
Al Qur'an al Kareem, tidak hanya mengobati atau menyembuhkan penyakit
medis atau nonmedis, fisik atau psikis bahkan kedudukannya lebih tinggi dari
do'a. Al Qur'an adalah mukzizat yang tidak berfungsi sebagai penyembuh
namun juga mengubah kehidupan seseorang, tidak hanya sekedar mengikis
pengaruh dan memusnahkan syaitan yang kecil dan hina dihadapan Allah
dan manusia itu sendiri.
Namun, banyak sahabat-sahabat muslim -- yang dirahmati Allah dan saat
ini nyaman dalam naungan-Nya setelah menemukan kehidupan baru dalam
jalanan sunnah ini -- masih saja mendapati gangguan sihir dan jin yang
seakan tidak mungkin dimusnahkan.
Baiklah, saya berharap anggukan antum adalah sebuah sinyal kerjasama
untuk melahap habis tulisan ini hingga akhir. Jangan biarkan syaitan di
ubun-ubun antum mengalihkan fokus kepada yang lainya. Ketahuilah...
Ketahuilah bahwasannya Rasulullah ﷺ telah menanamkan harapan yang pasti
bagi semua hamba Allah yang beriman. Kabar yang sahih dari yang kekasih..
adalah Abu Hurairah radliallahu 'anhu yang mengabarkan dari Nabi ﷺ ,
bahwasanyya beliau bersabda:
ﻣَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺩَﺍﺀً ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻟَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً
"Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya
juga." [Shahih Bukhari 5246]
Juga dari Jabir dari Rasulullah ﷺ , beliau bersabda:
ﻟِﻜُﻞِّ ﺩَﺍﺀٍ ﺩَﻭَﺍﺀٌ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃُﺻِﻴﺐَ ﺩَﻭَﺍﺀُ ﺍﻟﺪَّﺍﺀِ ﺑَﺮَﺃَ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ
"Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obatnya tepat, maka sembuhlah
penyakit itu dengan izin Allah 'azza wajalla." [Shahih Muslim 4084]
Jika nurani anda berkata bahwa al Qur'an ini adalah obat yang tepat, lalu hal
apakah lagi yang menghalangi anda dari kesembuhan?
Setelah dokter memvonis bahwa penyakit anda tidak ada obatnya dan sang
kekasih Allah bersabda; "Likulli da'in dawaaaa!" lalu masihkan anda ragu?
Ikhwatal iman, baik para sahabat ataupun praktisi Rehab Hati dan Qur'anic
Healing Indonesia. Ketahuilah..
Ada lebih dari 20 hal yang menyebabkan ruqyah itu gagal, meskipun pada
intinya tidak ada ruqyah yang gagal; hanya saja Allah itu maha tinggi, tentu
saja ada proses yang harus dijalani untuk menggapai rahmat-Nya.
10 KESALAHAN PASIEN
1. Pasien tidak mau diruqyah.
Ketika hati pasien masih ragu atau menolak, maka disana ada krisis
keyakinan yang menjadi prisai kuat yang menghijab langit.
Kesalahan lainnya adalah, pasien "hanya ingin diruqyah" bukan ingin
sembuh. Akhirnya pasien hanya menunggu waktu ruqyahnya dan tidak
mendengarkan isi tausiyyah raqi (peruqyah)-nya. Dia tidak paham
mekanisme kesembuhan dengan ruqyah syariyyah.
Karena tidak paham siapa yang menyembuhkan, akhirnya pasien bersafari
mencari "peruqyah hebat". Padahal obat terhebat ada didalam dadanya.
Pasien tidak paham makna kesembuhan yang sebenarnya. Kebanyakan
pasien mengharapkan kesembuhan jasadi saja tanpa melihat qalbu/ruhani
yang menjadi sumber sakitnya jasad/jasmani.
Jadi saat diteraphy itu sakit, ia akan fokus kepada sakit yang ditimbulkan
syaitan bukan fokus kepada bacaan yang dibacakan untuk teraphy qalbunya.
Kondisi lain adalah, pasien sudah ingin sembuh tapi belum mau berubah.
Padahal Allah tidak hanya ingin menyembuhkan hamba-Nya, namun ingin
mengubah kehidupan hambaNya. Akhirnya hamba Allah itu hanya mencari
kesembuhan dan melakukan perubahan apapun, ia mencari kesembuhan
tanpa mencari ridha Allah yang menjadi inti atau sebab kesembuhan
utamanya.
2. Pasien masih betah dalam kesyirikan.
Kadang pasien tidak tahu bahwa syirik itu ada tingkatan dan jenisnya,
mereka hanya tahu syirkul akbar (syirik besar dan nyata semisal melakukan
ritual dan berlindung kepada syaitan dengan kekayaan, kesaktian dll) tanpa
tahu syirik lain semisal syirku khofin (syirik ketakutan), syirkul mahabbah
(syirik kecintaan), syirkut ta'ah (syirik ketaatan), sampai kepada syirku
shagiran (syirik halus/ria) yang membahayakan.
Ini jelas bahaya, ketika misalnya saja ia masih berambisi atau cinta kepada
dunia maka ia sudah masuk kedalam lingkup syirkul mahabbah hingga diajak
sedekah saja pelit.
3. Tidak Komitment dengan Jemaah, Al Qur’an dan Sunnah.
Pasien tidak istiqamah dalam menapaki jalan sunnah, atau ia masih tertarik
dengan gemerlap dunia. Bahkan ia masih bergantung kepada dokter atau
selain daripada Qur'an dan Sunnah.
4. Mengeluh dan Berputus Asa dari rahmat Allah azza wa jalla.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, bahwa “Putus asa itu lebih jelek
daripada kematian! Jika kematian hanya memisahkan jasad dengan ruh,
maka putus asa memisahkan antara ruh kita dengan Allah azza wa jalla”.
Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir".(Yusuf: 87).
5. Pasien tidak mau memperbaiki kondisi hatinya.
Pasien masih enggan bersilaturahim yang menjadi penyebab terbesar
timbulnya kedengkian. Apalagi perbuatan durhaka kepada kedua orang tua
dan saudara sendiri. Bahkan Allah mensifati orang yang berbuat durhaka
kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy 'orang yang
sombong lagi celaka'.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman: "Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (Maryam: 32).
6. Tidak mau bertaubat dan merasa aman dari dosa.
Taubat adalah menyesal, namun seorang manusia tidak akan pernah
bertaubat sehingga ia mengerti kesalahannya sendiri.
Dengan merasa aman dari ancaman Allah, secara tidak langsung kita
meremehkan Allah Subhannahu wa Ta’ala, dan selanjutnya kita akan enggan
bertaubat dan terus menumpuk dosa. Padahal dengan menjalani kehidupan,
hakikatnya kita sedang berjalan menuju kematian. Naudzubillah..
7. Tidak Kenal Musuh Sendiri.
Karena awam, pasien tidak tahu persis siapa musuhnya sendiri. Ia tidak tahu
tipu daya iblis dan sejauh mana anarkisme syaitan kepada anak Adam
alaiyhi salam.
8. Masih nyaman bersahabat dengan syaitan.
Termasuk dalam hal ini, manusia masih nyaman jadi pecundang syaitan
tanpa keinginan bangkit untuk menyerang dan memusuhinya.
9. Tidak kenal dengan Ruqyah Mandiri.
Ini salah satu kesalahan terbesar pasien ruqyah menahun yang tidak kunjung
bebas dari sihir, ia menggantungkan dirinya kepada peruqyah lain. Selain
merupakan kesyirikan gaya baru, pasien menunjukan kelemahan dan
kemalasannya untuk melawan dan menghancurkan pengaruh syaitan dalam
dirinya.
Ruqyah Mandiri bisa dilakukan dan ditargetkan untuk menyembuhkan diri
sendiri, tentang hal ini saya sudah menulis "Tutorial Ruqyah Syar'iyyah dan
50 Tehnik Self Healing" bisa diakses/dibaca atau di download dan dicetak di
www.nai-foundation.com
10. Tidak Memiliki Benteng Ghaib.
Salah satu tugas praktisi ruqyah adalah mengeluarkan jin atau memutus
belenggu sihir dalam diri pasien. Adappun kembalinya jin kedalam tubuh
pasien setelah keluar adalah tugas pasien.
Kesalahan ke 10 adalah, pasien tidak punya amalan yang akan
membentenginya dari syaitan atau ritual sunnah yang akan membentengi
hatinya dari bisikan syaitan.
Untuk membangun benteng ghaib, selain menegapkan amalan wajib dan
ritual sunnah. Pasien harus mau menghindari dosa-dosa besar yang
nenghalangi turunya Rahmat Allah dalam Prosessi penyembuhan dengan
Ruqyah Syar’iyyah.
- Menjaga keikhlasan dalam setiap kondisi.
Iblis sudah bersumpah untuk menjerumuskan seluruh manusia, kecuali orang
mukhlisin (orang ikhlas). Ikhlas merupakan benteng yang tidak akan pernah
bisa ditembus iblis.Coba lihat kembali surah al Hijr ayat 39-40.
- Selalu memohon perlindungan Allah .
Menempatkan Allah dihati sebagai tempat bergantung dan berlindung
dimanapun berada.
- Tadabbur Al Qur’an
Menghiasi dan menghidupkan rumah dan jiwaraga kita dengan alQur’an.
Setidaknya membaca 10 Ayat Albaqarah (1-4, 255-257, 284-286), al Falaq
dan An Naas selepas Maghrib.
- Menghindari zina, riba dan dosa-dosa besar lain.
Mengenai riba, ada 60 tingkatan dosa dalam riba, dan tingkatan terkecil
adalah sebanding dengan menyetubuhi ibu sendiri.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman: "Orang-orang yang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila". (Al Baqarah: 275)
- Dhawamul wudhu, membangun Qiyamullail, menjaga pandangan, lisan,
perut, kemaluan, tangan dll
- Berdoa ketika keluar rumah, masuk masjid, masuk kamar mandi dan ketika
mau tidur.
- Membaca Dzikir “Lailaaha illallahu, wahdahu laa syariikalahu, lahulmulku
walahul hamdu, wahua ‘ala kulli saiyiing qadiir” 100 kali selepas subuh.
- Ambil wudhu dan baca Ayat Kursi sebelum tidur.
- Dll.
Selain sederetan kesalahan pasien, berikut ini saya garis bawahi 10
kesalahan praktisi ruqyah syariyyah yang harus diperhatikan:
10 KESALAHAN PRAKTISI
1. Salah Kondisi.
Praktisi tidak memperhatikan kondisi kejiwaan dan qalbu pasien untuk
diteraphy. Semisal pasien belum taubatannasuha yang menyebabkan
pengaruh syaitannya masih terlalu kuat.
Ingat, "Alqur'an adalah obat yang baik, namun hanya berlaku bagi jiwa yang
baik dan qalbu yang hidup".
2. Salah Fokus.
Praktisi tidak memperhatikan kebutuhan pasien berupa kesembuhan dengan
sebab ruqyah syar'iyyah yang dinisbatkan kepadanya namun fokus pada hal
lain yang menyebabkan terjadinya fitnah iblis yang lain berupa syahwat dunia
yang menipu. Semisal money oriented atau ahwat oriented.
3. Salah Niat.
Praktisi tidak memperhatikan kesuksesan teraphy pada pasien, sehingga
yang terjadi adalah menjadikan rumahnya menjadi klinik "Rumah Sakit Jin",
dimana korban jin datang lalu di hantam dengan dentaman ayat-ayat al
Qur'an pengusir syaitan.
Syaitan pergi lalu bayar!
Besok syaitan balik lagi, pasien datang lagi. Dan...
Bayar lagi.
4. Menyalahi Sunnah.
Praktisi ruqyah syar'iyyah yang dengki kepada sunnah adalah cikal bakal
fitnah terhadap ruqyah dan al Qur'an itu sendiri. Ia tidak menjadikan sunnah
sebagai kekuatan..
Padahal sunnah adalah panglima kekuatan dari balatentara Allah!
5. Salah Akidah.
Praktisi yang lemah akidahnya, hidupnya masih bergantung kepada selain
Allah, maka ia tidak memiliki kekuatan apa-apa kecuali kekuatan dari
kebutuhan yang mengikatnya.
Ia akan mudah ditakuti syaitan!
Misinya duit, bukan effektifitas dakwah tauhid atau mengangkat masyarakat
dari lembah kesyirikan. Sehingga saat ruqyah syariyyah ini naik daun, maka
hatinya diliputi kekhawatiraan seandainya kliniknya bangkrut. Hatinya yang
sakit semakin sakit dan hampir-hampir saja turun kejalanan dan berkata
klinik saya paling syar'ie yang lain sihir...
6. Salah Posisi!
Praktisi menempatkan dirinya sebagai dokter, sehingga menyelisihi Rasulullah
ﷺ yang telah bersabda; "Anta rafiq, wallahu tabib"; "Kamu itu teman" kata
Rasulullah, dan "Allah-lah tabib" atau sang penyembuh.
Praktisi menempatkan dirinya sebagai "Penyembuh", sehingga ketika pasien
tidak sembuh ia malu atau bahkan frustasi. Dan semua pintu kesembuhan
benar-benar tertutup yang akhirnya pasien dia lari tidak tentu arah dan
menebar fitnah.
Praktisi ruqyah selayaknya menempatkan diri sebagai "Teman Pengobatan"
atau "Rafiq ath-Thib" bagi pasien, yang menemani pasien menemui
kesembuhan yang haqiqi yaitu kesembuhan dari Allah azza wa jalla,
kesembuhan dunia dan akhiratnya.
7. Salah tempat.
Pengkondisian tempat untuk teraphy adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sebab-sebab kesembuhan. Tempat yang panas, tidak segar dan bising
tidak baik untuk teraphy. Apalagi jika di tempat tersebut masih ada maksiat
dan kesyirikan yang bebas gentayangan.
8. Salah Diagnosa!
Salah diagnosa akan mengakibatkan salah obat atau salah teraphy.
Diagnosa, konseling dan tausiyyah harus melebihi porsi ruqyah itu sendiri.
Hingga betul-betul diketemukan solusi yang terbaik atau teraphy yang tepat.
9. Salah Target!
Praktisi hanya menargetkan kesembuhan pada jasad, dan lupa melakukan
pengobatan qalbu/ruhani yang menjadi penyebab sakitnya jasad. Kesalahan
lain praktisi menargetkan teraphy pada penyakit, dan lupa mencari sebab
sumber penyakit tersebut.
10. Salah Teknis!
Praktisi tidak mau mengembangkan teknis pengobatannya, ia hanya berpaku
pada satu teknis tanpa mau belajar tehnik At Thib An Nabawi lain.
Kadang
hanya berpaku pada satu guru atau satu referensi tanpa ingin memperluas
ilmu pengetahuan baik di dunia digital atau dunia nyata (pengalaman,
pendidikan dll)
Demikian semoga menjadi bekal untuk memperbaiki diri, dan jadi bekal mati
untuk kita semua.
Sampai ketemu di buku Rehab Hati Session 2
Barokallahufiik.
Nuruddin Al Indunissy
[Author & Trainer Rehab Hati Indonesia]