Saya langsung mendengarkan ceramah Syekh Shalah
'Abud di Masjid Nabawi, beliau menjelaskan maksud
hadits 70ribu umat ini masuk surga tanpa hisab tanpa adzab. Sifat mereka tidak
selalu minta ruqyah, tidak tathayyur (percaya khurafat), tidak berobat dengan kayy
(besi panas), dan mereka selalu tawakkal kepada tuhan mereka. Maksud laa
yastarquun adalah: mereka tidak bergantung kepada ruqyah orang lain, karena hal
itu akan mengurangi tawakkal dan usaha.
Empat sifat yang menonjol dari 70ribu yang masuk
surga tanpa hisab tanpa adzab tidak berarti hanya empat itu saja. Karena
seseorang yang hanya berpegang kepada 4 sifat itu merasa cukup untuk masuk
surga tanpa hisab tanpa adzab, juga tidak difatwakan oleh siapapun. Bagaimana
kalau dia masih takabbur, memutus silatur rahim, korupsi, makan riba, apakah
dia bebas masuk surga tanpa hisab tanpa adzab?
Manhaj ulama salaf dalam memahami hadits diruju'
ahli hadits yang tsiqah.
Sebenarnya dibolehkan minta ruqyah berdasarkan
hadits-hadits Rasulullah SAW:
1- Rasulullah SAW memerintah istri beliau ‘Aisyah
RA untuk minta ruqyah karena pengaruh ‘ain (pandangan mata orang yang hasad
:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَسْتَرْقِيَ
مِنَ الْعَيْنِ .
Dari ‘Aisyah RA berkata: “Aku pernah diperintahkan oleh
Rasulullah SAW agar aku minta ruqyah dari ‘ain. (HR. Muslim)
2- Rasulullah SAW memerintah istri beliau Ummu
Salamah RA:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِجَارِيَةٍ فِي بَيْتِ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى بِوَجْهِهَا سَفْعَةً فَقَالَ بِهَا نَظْرَةٌ
فَاسْتَرْقُوا لَهَا يَعْنِي بِوَجْهِهَا صُفْرَةً.
Rasulullah SAW bersabda kepada seorang budak wanita di rumah
Ummu Salamah istri Nabi SAW, beliau melihat di wajahnya belang. Beliau
bersabda: “Pada wajahnya pengaruh pandangan. Maka mintakanlah ruqyah untuk
dia.” Yaitu di wajahnya belang kekuningan. (HR. Muslim)
3- Rasulullah SAW memerintah shahabat beliau:
عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَ صَوْتَ صَبِيٍّ يَبْكِي
فَقَالَ مَا لِصَبِيِّكُمْ هَذَا يَبْكِي فَهَلا اسْتَرْقَيْتُمْ لَهُ مِنَ
الْعَيْنِ. رواه أحمد
Dari ‘Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW masuk, maka beliau
mendengar suara anak kecil menangis, beliau berkata: “Kenapa anak kecil kalian
ini menangis? Kenapakah kalian tidak memintakan ruqyah untuknya dari ‘ain. (HR.
Ahmad)
4- Rasulullah SAW memerintah shahabat beliau:
عن عُرْوَةَ بْن الزُّبَيْرِ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ صَبِيٌّ يَبْكِي
فَذَكَرُوا لَهُ أَنَّ بِهِ الْعَيْنَ قَالَ عُرْوَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلا تَسْتَرْقُونَ لَهُ مِنَ الْعَيْنِ.
Dari ‘Urwah bin Az-Zubair RA ayahnya menyampaikan bahwa
Rasulullah SAW masuk rumah Ummu Salamah istri Nabi SAW, di rumah ada seorang
anak kecil menangis, maka mereka menyebutkan bahwa ank itu terkena ‘ain. ‘urwah
berkata: Rasulullah SAW bersabda: Kenapakah kalian tidak memintakan ruqyah
untuk dia dari ‘ain?” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)
5- Rasulullah SAW meruqyah kedua cucunya yang
bernama Al-Hasan dan Al-Husain:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ يَقُولُ
أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ
وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لامَّةٍ وَيَقُولُ هَكَذَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يُعَوِّذُ
إِسْحَقَ وَإِسْمَعِيلَ عَلَيْهِمْ السَّلام .
Dari Ibnu Abbas RA berkata: Nabi SAW membacakan perlindungan
untuk AL-Hasan dan Al-Husain, beliau berkata: “Aku lindungi kalian dengan
kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari syaithan dan binatang berbisa dan ‘ain
yang berbahaya.” Beliau berkata: “Demikianlah Ibrahim dahulu melindungi Ismail
dan Ishaq ‘alaihimus salam.” (HR. Bukhari dan Turmudzi)
6- Malikat Jibril mengajarkan ruqyah kepada
Rasulullah SAW:
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ جِبْرِيْلَ
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَافَقَهُ مُغْتَمًّا
فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ مَا هَذَا الْغَمُّ الَّذِيْ أَرَاهُ فِي وَجْهِكَ؟ قَالَ:
الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ أَصَابَتْهُمَا عَيْنٌ. قَالَ صَدقَ بِاْلعَيْنِ فَإِنَّ الْعَيْنَ
حَقٌّ أَفَلاَ عَوَّذْتَهُمَا بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ؟ قَالَ: وَمَا هُنَّ يَا
جِبْرِيْلُ؟ قَالَ: قُلْ اَللَّهُمَّ ذَا السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ وَالْمَنِّ
اْلقَدِيْمِ ذَا الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ وَلِيَّ الْكَلِمَاتِ التَّامَّاتِ
وَالَّدعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَاتِ عَافِ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ مِنْ أَنْفُسِ
الْجِنِّ وَأَعْيُنِ الْإِنْسِ. فَقَالَهَا النَّبْيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَامَا يَلْعَبَانِ بَيْنَ يَدِهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {عَوِّذُوْا أَنْفُسَكُمْ وَنِسَاءَكُمْ وَأَوْلَادَكُمْ
بِهَذَا التَّعْوِيْذِ فَإِنَّهُ لَمْ يَتَعَوَّذِ الْمُتَعَوِّذُوْنَ
بِمِثْلِهِ}.
Dari ‘Ali RA bahwa malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW
ditemuinya tampak sedih, maka ia berkata: “Wahai Muhammad kenapa kesedihan aku
lihat di wajahmu? Beliau menjawab: “Al-Hasan dan Al-Husain terkena ‘ain.” Dia
berkata: “Benar terkena ‘ain, ‘ain adalah nyata. Kenapakah tidak engkau
lindungi mereka dengan kalimat-kalimat itu?” Beliau bertanya: “Kalimat apa itu,
wahai Jibril?” Dia menjawab: “Katakanlah: “Ya Allah Yang Memiliki segala
kekuasaan yang agung dan pemberian yang terdahulu, Yang Memiliki Wajah yang
mulia, Pemelihara kalimat-kalimat yang sempurna, dan do’a-do’a yang terijabahi,
sehatkanlah Al-Hasan dan Al-Husain dari pengaruh jiwa-jiwa jin dan pandangan
mata manusia.” Maka Nabi SAW memabacakannya. Kemudian mereka bisa berdiri dan
bermain dihadapannya. Nabi bersabda: “Lindungilah diri kalian, wanita-wanita
kalian, dan anak-anak kalian dengan perlindungan ini, karena sesungguhnya tidak
ada perlindungan yang dipakai orang-orang yang berlindung yang seperti ini.”
(Tafsir Ibnu Katsir, Tarikh Dimasyqa, dan Kanzul ‘Ummal)
7- Perintah Rasulullah SAW kepada Asma’ binti
‘Umais untuk meruqyah banyak orang karena ia seorang wanita yang ahli ruqyah:
عنَ جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ يَقُول رَخَّصَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لآلِ حَزْمٍ فِي رُقْيَةِ الْحَيَّةِ
وَقَالَ لأَسمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ مَا لِي أَرَى أَجْسَامَ بَنِي أَخِي ضَارِعَةً
تُصِيبُهُمُ الْحَاجَةُ قَالَتْ لا وَلَكِنِ الْعَيْنُ تُسْرِعُ إِلَيْهِمْ قَالَ
ارْقِيهِمْ قَالَتْ فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ ارْقِيهِمْ .
Dari Jabir bin ‘Abdillah RA berkata: Rasulullah SAW
membolehkan untuk bagi keluarga Hazm dalam ruqyah ular, dan beliau berkata
kepada Asma’ binti ‘Umais: “Kenapakah aku lihat tubuh-tubuh keturunan saudaraku
kurus-kurus karena kefakiran? Ia jawab: “Tidak, akan tetapi ‘ain yang cepat
mengenai mereka.” Beliau bersabda: “Ruqyahlah mereka!” Ia berkata: “Aku
paparkan ruqyah kepadanya.” Beliau bersabda: “Ruqyahlah mereka!” (HR. Muslim)